Mohon tunggu...
Akhmad Sujadi
Akhmad Sujadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Enterpreneur

Entepreneur

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

KA Cepat Bukan Hanya untuk Indonesia tapi Juga Warga ASEAN

2 Februari 2016   14:29 Diperbarui: 2 Februari 2016   16:01 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Kereta Api Cepat Manca Negara"][/caption]Polemik pembangunan KA berkecepatan tinggi (KA Cepat) Jakarta-Bandung yang sudah digroundbreaking Presiden Jokowi pada 21 Januari 2016 silam, masih terus terjadi. Pro kontra mengemuka silih berganti melalui media. Menteri BUMN Rini M. Soemarno sebagai menteri penghelat nafas KA Cepat menjadi sasaran tembak sejumlah pihak yang kontra dengan pembangunan KA Cepat yang merupakan kerjasama antar BUMN ini.

Meskipun terjadi pro kontra, pembangunan KA Cepat sepanjang 142 km yang menghubungkan dua kota penting di Jawa Jakarta dan Bandung, ini harus terus berlanjut. Berbagai perijinan yang konon sedikit tumpah tindih, trase dengan LRT sudah teratasi. Sambil membenahi kekurangan di sisi administrasi, mari kita dukung pembangunan KA Cepat yang akan menambah ikon dan citra bangsa dalam kancah kerjasama Ekonomi Masyarakat ASEAN (MEA) yang sudah berlaku sejak akhir tahun 2015 lalu.

Meskipun MEA sudah terdengar lama di telinga. Karena daya saing bangsa Indonesia lemah di berbagai lini, banyak kalangan meragukan kiprah negara kita menembus dan mampu bersaing dengan negara tetangga di MEA. Bahkan ada yang khawatir negera kita bakal menjadi bulan-bulanan dan dengan jumlah penduduk terbesar, Indonesia akan menjadi pasar bagi negara-negara ASEAN.

Untuk dapat bersaing di kancah MEA, pemerintah dan berbagai elemen masyarakat masih mencari strategi, seolah belum siap bertempur di kancah persaingan. Kerjasama perdagangan bebas ASEAN atau MEA selama ini diindikasikan sebagai ajang persaingan antar negara, antar masyarakat untuk saling mengalahkan, saling mematikan.

Cara pandang persaingan mestinya harus diubah menjadi kerja sama saling membangun, saling melengkapi kebutuhan, saling berbagi sesama negara ASEAN agar kekurangan di salah satu anggota dapat dipenuhi dari tetangga kita. Dengan demikian kerjasama ini bukan persaingan antar negara yang ditonjolkan, namun kerjasama membangun kawasan yang sejahtera, aman,saling melengkapi dan saling menghormati.

Potensi setiap negara ASEAN berbeda-beda. Ada negara penghasil beras, Indonesia, Vietnam, Burma Thailand merupakan produsen dan konsumen beras. Namun penduduk Indoenesia yang demikian besar membutuhkan pasokan beras lebih besar dari negara-negara ASEAN. Untuk memenuhi konsumsi terkadang Indonesia perlu impor dari negara tetangga, misalnya di saat panen didalam negeri tidak memenuhi target.

 Kemudian selain menghasilkan beras, Thailand juga terkenal dengan buah-buahan yang lebih bagus dari Indonesia. Surplus buah di Thailand dengan harga lebih murah menjadikan buah-buahan dari negeri Gajah Putih ini mudah memasuki pasar Indonesia. Sementara buah lokal dalam negeri yang rasanya lebh enak namun penampilanya tidak menarik kurang laku di pasaran.

 Sebenarnya potensi sesama negara ASEAN sama-sama ada kelebihan dan kekurangannya. Cuma negara kita kalah bersaing dalam mutu dan kemasan. Sehingga rakyat kita yang konsumtif lebih memilih buah durian Thailand dibanding durian Sumatera yang lebih manis. Karena itu ke depan Indonesia harus memperbaiki kualitas produk dan kualitas kemasan, sehingga buah dan makanan dalam negeri mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Karena dari sisi pangan, kesehatan, telekomunikasi, dan infrastruktur kepelabuhanan Indonesia keok, maka potensi KA Cepat Jakarta-Bandung harus dipandang sebagai produk unggulan Indonesia dan sebagai modal untuk bersaing di MEA. Sehingga daya unggul di KA Cepat ini dapat menarik wisatawan dari semua negara di ASEAN. Karena itu pasar KA Cepat Jakarta-Bandung bukan sekedar rakyat Indoneisa utamanya pada koridor Bandung dan Jakarta, namun seluruh negara ASEAN.

Proximity atau kedekatan wilayah dan budaya akan menarik saudara kita di negara ASEAN untuk datang mencicipi KA Cepat pertama di Indoenisia dan ASEAN. Kedatangan saudara-saudara kita dari sesama negara ASEAN adalah peluang meningkatkan pariwisata, ekonomi dan peluang meningkatkan kesejahteraan. Sekarang mari berhenti berpolemik, siapkan diri masing-masing untuk menangkap peluang efek domino keberadaan KA Cepat pertama di negeri ini.

Kita tahu di Asia KA Cepat baru ada di Jepang, Korea Selatan, China, Iran dan sebentar lagi Indonesia. Sangat sedikit negara di Asia yang memiliki KA Cepat. Indonesia menjadi negara pertama di kawasan ASEAN yang memilki KA Cepat. Kita harus bangga dengan KA Cepat yang akan segera dapat kita nikmati di negara sendiri, tidak perlu ke Jepang atau ke China untuk menikmati KA Cepat. Sebaliknya, jadikan warga ASEAN menikmati KA Cepat di negara kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun