Mohon tunggu...
Akhmad Sujadi
Akhmad Sujadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Enterpreneur

Entepreneur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Getaran Kereta yang Bikin Warga Betah Tinggal di Pinggir Rel

31 Oktober 2014   12:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:04 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1414715742179514223

[caption id="attachment_370804" align="aligncenter" width="300" caption="kondisi warga pinggir rel di lintas Tangerang. (foto: Yos Asmat)"][/caption]

Oleh; Akhmad Sujadi

Kawasan pinggir rel , khususnya di DKI Jakarta banyak dimanfaatkan warga untuk tempat hunian, tempat usaha dan ada pula untuk tempat ibadah. Akibat dari penggunaan lahan perketetaapian untuk hunian, rel KA di DKI Jakarta lingkunganya menjadi kotor karena warga sering membuang sampah di rel. Akibatnya selajutnya kawasan pinggir rel menjadi kumuh.

Selain kumuh, karena warga membuang limbah rumah tangga, kadang buang air besar (BAB) juga di rel, maka bau tak sedap dan tak sehat kerap ditemukan di pinggir rel. Memang penumpang saat ini tidak terkena dampak bau tidak sedak dari sampah dan limbah di pinggir rel karena semua jendela kereta  tertutup sejak semua kereta dan KRL ber-AC.  Meskipun penumpang tidak kena dampak, petugas pengontrol rel, petugas pemeliharaan jakn rel paling menderita akibat budaya buruk warga yang tinggal di pinggir rel.

Pemukiman kumuh di pinggir rel, konon sudah lebih dari 40 tahun. Seorang warga, Anggun mengaku sudah senyawa dengan rel kereta. Bunyi klakson lokomotif, deru mesin kereta, jeritan roda dan getaran rumahnya ketika kereta lewat membuat, wanita 39 tahun ini betah tinggal di daerah pinggir rel (DPR). Ia dan keluarga sudah lebih dari 15 tahun tinggal, namun ada pula yang sudah 40 tahun.

Komplek DPR tidak semuanya dihuni para kaum papa, kaum miskin kota berpenghasilan tidak mencukupi, namun orang punya uang juga ada yang memilih tinggal di kompleks DPR bukan Senayan ini. Beberapa spot kawasan memang, warga membangun rumah dengan bahan ala kadarnya. Mereka takut suatu saat dibongkar Sapol PP atau PT. KAI. Mereka akan rugi besar bila dibangun dengan bahan tembok dan permanen.

Meskipun ada rasa khawatir tidak sedikit warga yang mengambil lahan negara ini berani membangun rumahnya sedikit mewah. Umumnya mereka merasa aman tinggal di lahan yang mereka diami saat ini.  Beberapa spot ada bangunan bertingkat, besar. Umumnya bangunan bertingkat dan besar ini ada sebagian kamar yang dimanfaatkan  untuk kos-kosa, sabagian untuk tempat tinggal keluarganya.

Bisnis kontrakan di pinggir rel menjanjikan karena umumnya lebih murah dibanding tempat lain. Kos-kosan di komleks DPR bukan Senayan ini ada yang sangat murah dengan tarif hanya  Rp 100.000,- namun ada yang cukup mahal karena fasilitas ber AC, kamar terpisah dan sedikit nyaman. Karena bisnis kos-kosan dan umumnya tidak memiliki lahan parkir, mereka dengan enaknya parkir sepeda motor mepet dengan rel KA

Parkir motor di rel KA aktif dapat dijumpai di Duri-Tanahabang, Duri-Pesing. Mereka tidak sadar perbuatanya salah. Berkali-kali ditegur pun karena tidak punya lahan, mereka terpaksa parkir di pinggir rel. Untuk menciptakan keselamatan perjalanan KA, ketertiban dan keindahan kota Jakarta, langkah paling tepat ya bongkar kawasan pinggir rel. Kembalikan ROW perkeretaapian untuk kelancaran perjalanan KA

Beberapa orang yang ditemui penulis di kawasan rumah sedikit elit dibanding bangunan liar di Bongkaran Tanahabang, menuturkan tinggal di pinggir rel mudah akses. Kemana pun akan pergi, karena rel KA di Jakarta umumnya di tengah kota akan mudah,  maka mereka lebih memilih tinggal di DPR. Karena mudah akses, mereka lebih hemat ongkos bila dibanding punya rumah namun di luar kota, misalnya di Bekasi, Bogor. Mereka enggan bangun pagi berdesakan naik angkutan umum untuk bekerja atau anaknya sekolah di Jakarta.

Tinggal di daerah DPR bukan senayan berisiko. Debu beterbangan ketika musim kemarau ketika kereta lewat membuat tidak sehat. Berisiko suatu saat bisa ketabrak kereta. Berisiko dan tidak tenang ketika suatu saat rumah dibongkar dan berbagai resiko lainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun