H. Muhammad Aras merupakan salah satu pengusaha sukses yang namanya sudah tidak asing lagi. Di bawah bendera perusahaan PT. Megatama Buana Perdana yang didirikannya sejak tahun 1997, ia membangun sejumlah perumahan di berbagai daerah yang membawanya masuk sebagai salah satu pengusaha top papan atas di Sulawesi Selatan.
Pertengahan September lalu, Penulis berkesempatan mewawancarai pengusaha yang akrab disapa Opa di kantornya. Berikut petikan wawancara penulis dengan Opa yang juga anggota Dewan Pembina Real Estate Indonesia (REI) Sulsel seputar sepak terjangnya dalam dunia bisnis properti.
Bagaimana awalnya Opa bisa mencapai sukses sebagai pengusaha properti sukses seperti sekarang?
Saya tidak pernah membanggakan bahwa saya ini sudah sukses. Saya menganggap diri saya masih sama seperti dulu. Saya memulai bisnis ini dari nol karena berasal dari keluarga tidak mampu dan bukan orang kaya . Kalau saya bisa sukses seperti sekarang itu berkat bantuan dari teman-teman.
Sekitar tahun 1996, saya mulai menjadi pengembang, pertama di wilayah Sungguminasa terus ke Polewali, Palopo, Sidrap, Bulukumba, lalu Makassar. Sudah hampir 20 tahun saya berkecimpung di dunia properti.
Dalam mengembangkan bisnis properti selama 20 tahun tentu tidak mudah, ada banyak gelombang dan tantangan yang kita hadapi, tapi kita harus tekun menghadapinya. Kalau kita mau maju tapi baru kena ombak kecil sudah out kita tidak akan bisa maju. Jadi kita harus selalu optimis.
Bisnis properti pasti ada pasang-surutnya, apa yang membuat Opa selalu optimis?
Bisnis properti memang selalu ada pasang surutnya, tapi kalau dikatakan merugi sih tidak. Jadi kalau ada pengembang bilang begitu itu hanya omong kosong, sebab tidak pernah ada istilah ‘rumah tua’. Rumah walaupun sudah sepuluh tahun yang lalu dibangun, kemudian sekarang saya cat kembali lalu saya renovasi sudah jadi seperti rumah baru lagi.
Menjadi pengembang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Saya sudah alami pasang surutnya. Mulai dari tahun 1999, saat krisis moneter, saya masih tetap langgeng karena saya tidak pernah pesimis dalam hal bisnis properti karena tidak ada orang yang tidak butuh rumah.
Selain profit, apa yang menjadi tujuan utama Opa dalam berbisnis?
Saya sudah cukup puas kalau sudah bantu teman dan masyarakat untuk memiliki rumah. Karena itu, saya tidak pernah mengejar target berapa besar keuntungan yang akan saya peroleh di satu proyek. Yang saya harapkan adalah bagaimana masyarakat bisa dibantu untuk memiliki rumah.
Barangkali itulah alasan banyak orang tanya, “apa resepnya mengapa Opa selalu terlihat segar terus? Saya jawab, resepnya jangan target-targetan. Kalau seandainya saya pasang target sepuluh miliar, misalnya, lalu tiba-tiba hanya untung dua miliar, saya pasti stres dan kecewa. Makanya, saya tidak pasang target berapa besar keuntungan saya nantinya.
Ketika mau mengembangkan sebuah perumahan di daerah baru, biasanya apa strategi Opa?
Kita angkat perekonomiannya dahulu. Semisal, insyallah saya akan membangun Pusat Niaga Paotere di daerah Paotere di tanah seluas 1,6 hektare. Kalau sekarang kita lihat, Paotere itu potensinya bagus tapi kumuh. Saya mau atur sedemikian rupa lingkungannya agar lebih tertata agar sehingga bisa mendongkrak perekonomian.
Sebab saya yakin sekali Paotere itu adalah daerah ekonomi yang cukup bagus, sebab disitu ada pelabuhan perahu, tempat pelelangan ikan, perkampungan nelayan, lokasinya dekat dari bandara dan pelabuhan. Jadi yang kita angkat itu perekonomiannya dahulu, kalau ekonominya sudah mapan maka perumahan sudah pasti ada dengan sendirinya.
Dalam mengembangkan suatu proyek, saya memakai sistem step by step. Dalam menjalankan sebuah proyek, saya baru pindah kalau sudah 75%. Jadi saya tidak pernah meng-aset tanah semisal harganya murah lalu saya beli kemudian disimpan. Justru bagi saya kalau saya lihat suatu wilayah bagus prospeknya berapapun harganya akan saya beli.
Selain properti, apakah Opa pernah mencoba bisnis yang lain?
Saya tidak pernah berbisnis selain properti. Saya selalu berkecimpung di bisnis perumahan
Menurut Opa apa saja yang harus diperhatikan kalau seseorang mau membeli rumah?
Untuk orang yang mencari rumah ada lima syarat: 1. Lokasi, 2. Lokasi, 3. Lokasi, 4. Keamanannya, 5. Harga. Lokasinya dekat apa? Dekat sekolah, pasar, kantor, terminal itu yang mereka cari, kemudian baru keamanannya, biar harganya murah tapi tiap malam rumahnya dilempari batu orang tidak mau. Kalau soal harga, untuk rumah menengah ke atas umumnya mereka hampir tidak mempersoalkan harga.
Bagaimana pandangan Opa tentang prospek bisnis properti di Makassar?
Saya optimis sekali dengan bisnis properti di Makassarkarena saya lihat sangat menjanjikan.Makanya saya banyak ajak teman-teman saya di Jakarta untuk masuk kesini. Buktinya sekarang Ciputra sudah masuk dan sebentar lagi Alam Sutera juga akan ikut masuk mengembangkan perumahan di Makassar.
Naik turunnya bisnis properti erat hubungannya dengan Perbankan, bagaimana pesan Opa terhadap dunia Perbankan, di Makassar khususnya, agar bisnis properti tetap lancar.
Naik turunnya bisnis properti memang tergantung pada Perbankan. Kalau Perbankan buka keran sudah pasti bisnis properti tetap hidup, tapi kalau Perbankan tutup keran seperti terjadi sekitar tahun 1999 bisnis properti bisa mati. Tapi kalau sekarang hampir semua Bank buka kredit pembiayaan rumah (KPR).
Pada orang-orang Perbankan, saya sering katakan bahwa anda tidak perlu takut melayani KPR sebab tidak ada rumah yang turun harganya. Kalau kemudian ada konsumen lalai membayar, kreditnya macet, ya sudah anda jual saja karena pasti akan dapat untung.
REI Sulsel baru saja memilih Raymond Arfandy sebagai Ketua DPD REI Sulsel 2011-2014, tanggapan Opa?
Selaku anggota REI, saya berharap Raymond Arfandy, selaku Ketua Umum DPD REI Sulsel yang baru, mau meluangkan waktunya untuk membantu para anggotanya, baik dalam urusan perizinan maupun perbankan.
Terakhir, pesan Opa bagi orang yang mau terjun ke dunia bisnis?
Untuk memulai usaha harus punya nyali besar dan selalu positif thinking. Jangan berpikir rugi! Karena kalau anda tidak melangkah maka anda tidak akan pernah sampai ke tujuan. Kalau mau buat jembatan jangan bertanya ada apa disebelah, tapi bangun dulu jembatannya.Setelah itu, baru bertanya ada apa disebelah.
Teks : Suhmawardi - Foto : Zack
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H