Mohon tunggu...
suhirman djirman
suhirman djirman Mohon Tunggu... -

suhirman 30 desember 1942. Ph.D. www.suhirman-djirman.com. pensiun dari Akhli Peneliti Utama LIPI, Kepala Kebun Raya LIPI. Pelatih Spiritual Leadership; Pelatih Aikido; Pelatih Taichi, Pelatih Meditasi. Director of Welfare perusahaan internasional. Pelukis, Penulis, Anak tiga; cucu 4.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Spiritual Leadership: Mesuji

15 Desember 2011   02:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:15 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mesuji: kejam dan keji. Sebuah contoh, betapa leadership yang mengandalkan otak daripada hati akan menjuruskan manusia ke arah keserakahan, kekejaman, kekejian. Pelaku kekejaman di Mesuji pasti punya seribu satu alasan untuk menghalalkan kekejamannya. Karena otak manusia adalah alat yang luar biasa untuk menutupi kebiadaban, untuk membenarkan kekejaman. Otak Hitler dan para anggota Gestaponya pandai dan piawai membungkus pembantaian orang Yahudi. Otak Pak Harto dan Orde Barunya pandai dan piawai mencari alasan pembantaian saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air.

Inti alasan pembantaian itu adalah kesombongan, kerakusan terhadap harta maupun kekuasaan. Kerakusan telah membutakan mata manusia. Kerakusan telah membuat manusia melupakan kenyataan bahwa semua manusia adalah bersaudara. Kerakusan telah membuat manusia tidak pernah puas, selalu haus pada harta, pada tanah, pada kekuasaan dan pujian. Mereka tidak menyadari betapa kehausan-kehausan mereka itu akan mereka bawa ke alam kehidupan setelah mati nanti. Mereka tidak menyadari betapa kehausan mereka tidak mungkin dapat mereka puasi dengan keserakahan, betapapun besarnya hasil keserakahan mereka. Keserakahan hanyalah dapat melipatkan kehausan demi kehausan.

Peristiwa Mesuji adalah sebuah pelajaran tentang betapa pentingnya para pemimpin, pemimpin perusahaan, pemimpin pemerintahan, maupun pemimpin masyarakat, mengedepankan hati daripada otak dalam melaksanakan leadership mereka. Otak memang perlu. Tetapi otak sebaiknya tidak kita jadikan panglima. Otak adalah alat, pelaksana. Sedang panglimanya adalah Hati Nurani.

Hati Nurani di dalam dada adalah percikan sinar Tuhan. Hati Nurani, yang virtual, bukan liver, adalah sarana yang dianugerahkan Tuhan kepada kita untuk mengakses petunjuk-petunjuk Tuhan. Petunjuk Tuhan datang setiap saat, setiap saat, ke dalam hati setiap makhluk. Tetapi tidak banyak orang yang mempunyai hati yang bersih, yang dengan mudah dapat mengakses petunjuk-petunjuk Tuhan. Karena hati mereka kotor, kotor oleh kesombongan, kecongkakan, kemarahan, keserakahan.  Dan pikiran kita begitu mudah disetir oleh kesombongan, kecongkakan, kemarahan dan keserakahan itu.

Maka apabila otak sudah menjadi panglima, apabila hati tertutup, sangat mudahlah pemimpin terjun ke kancah api yang membesarkan kesombongan, kecongkakan, kemarahan dan keserakahan; sangat mudahlah pemimpin terperosok ke dalam lembah kekejaman dan kekejian. Mesuji adalah salah satu, hanya salah satu, buktinya.

Semoga peristiwa Mesuji ini menyadarkan kita betapa pentingnya keterampilan kita dalam mendahulukan hati daripada otak, menjadikan hati sebagai panglima sedangkan otak sebagai pelaksana.

Betapa pentingnya kita membersihkan hati setiap saat, sehingga terbebas dari debu-debu kesombongan, kecongkakan, kemarahan dan keserakahan, sehingga langkah-langkah kita senantiasa terbimbing oleh berkat Tuhan.

Salam Kasih, suhirman djirman

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun