Mohon tunggu...
Suhindro Wibisono
Suhindro Wibisono Mohon Tunggu... karyawan swasta -

. ~ ~ ~ ~ " a critical observer " ~ ~ ~ ~ ( 5M ) ~ SPMC = "Sudut Pandang Mata Capung" ~ yang boleh diartikan ~ "Sudut Pandang Majemuk" || MEMPERHATIKAN kebenaran-kebenaran sepele yang di-sepele-kan ; MENCARI-tahu mana yang benar-benar "benar" dan mana yang benar-benar "salah" ; MENYUARAKAN kebenaran-kebanaran yang di-gadai-kan dan ter-gadai-kan ; MENGHARAP kembali ke dasar-dasar kebenaran yang di-lupa-kan dan ter-lupa-kan ; MENOLAK membenarkan hal-hal yang tidak semestinya, menolak menyalahkan hal-hal yang semestinya. (© 2013~SW)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Penghulu ‪#‎SPMC-SW Ngawinin AHOK dengan PDIP

8 Juni 2016   13:00 Diperbarui: 8 Juni 2016   13:28 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: primadaily.com

"PENGHULU ‪#‎SPMC-SW NGAWININ AHOK DENGAN PDIP"

 Opini Spekulatif Suhindro Wibisono
 

Ada banyak beredar spanduk pasangan "Ahok Djarot", lalu tokoh-tokoh partai PDIP menampik bahwa hal itu hasil ulahnya, dan wacanakan itu adalah kerjaan rakyat yang mendukung pasangan tersebut, kok tampak yakin tahu kalau tidak terlibat? Oh maaf mereka juga hanya menduga ya? Semoga ada benar rakyat yang memasang, walau saya bingung menarik logika rasionalnya, kemungkinan tentu bisa saja, tapi saya tidak berani mengamini pernyataan semacam itu? Spanduk politik dibiayai rakyat, dipasang oleh rakyat, hehehe .....? Maaf saya tidak sampai sono untuk berani beropini gitu. Logikanya piye?

Pak Ahok sudah jelas nyatakan akan maju lewat jalur perorangan dan akan berpasangan dengan Pak Heru dan sebentar lagi sudah akan dapat dukungan sejuta copy KTP warga DKI. Jadi kan sangat kecil kemungkinan Pak Ahok yang pasang, karena justru Pak Ahok yang perintah untuk turunkan spanduk-spanduk itu. Dan Pak Djarot juga tidak mengakuinya. Rakyat mana yang kebanyakan duit, walau memang banyak warga Jakarta yang kaya raya, tapi coba sebutkan secara "nguuuwawur" siapa tokohnya kira-kira, dan saya akan terawang tanggapi secara rasional versi saya tentunya. Kecuali bisa temukan orang yang mengakui memasang bisa kita tanya langsung apa motifnya? Karena kalau motifnya ingin memasangkan pasangan tersebut, lalu apakah menyuruh Pak Ahok menelan ludahnya sendiri?

Tidak rasional menurut saya, sekali lagi maaf. Mungkin ada partai yang sedang galau, partai yang justru banyak tokohnya gaduh, gaduh karena seolah tidak sadar masuk lumpur menjerumuskan partainya sendiri ke lembah memalukan. Tapi kalau boleh mengira-ngira siapa yang pasang spanduk, saya duga kalau tidak kelompok perorangan Ahok ya kelompok partai (perorangan) Djarot, kalau diluar kedua tokoh tersebut bukankah lebih aneh bin ajaib? Lalu siapa dari kedua kubu tersebut, kalau bilang Teman Ahok kan lebih aneh lagi bukan? Jadi memang nasibnya rakyatlah yang selalu menjadi kambing hitam hehehe ..... Rakyat ngefans yang kebanyakan duit. Sak karepmu!

Banyak tokoh PDIP yang sampai saat ini masih berwacana dengan sangat terang benderang bahwa partai PDIP "tidak" akan dukung calon dari jalur perorangan, "tidak" akan dukung calon yang tidak daftar ke PDIP sebagai Balon Gubernur DKI 2017, dan ada lagi syarat lainnya, yang sudah sangat ceto welo-welo bahwa Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tidak memenuhi syarat untuk dicalonkan. Semoga mereka-mereka yang koar-koar itu tidak tampak seperti badut kalau pada akhirnya Ahok justru didukung oleh PDIP. Tapi sungguh harus dihormati, dan semoga memang betul itu adalah suara partai secara bulat, karena kalau itu tidak terjadi, betapa malunya tokoh-tokoh partai tersebut. Atau sebagai politisi memang tidak boleh punya rasa malu? Siap malu? Dan harus plin-plan sesuka hati didepan khalayak umum? Semoga tidak jadi ngenes ya.

Berikut wacana saya agar semua tetap terhormat? Karena Ibu Mega punya kesempatan luar biasa, dan itu kesempatan yang memang sangat mengagumkan, sungguh suatu anugrah dari Tuhan, punya kesempatan begitu luar biasa untuk negara ini. Jika memang PDIP "sreg" ingin mencalonkan Ahok maju, maka lakukan hal berikut.

Ibu Mega minta “PAK AHOK JADI ANGGOTA PARTAI PDIP” lalu beri dukungan seperti Nasdem dan Hanura memberi dukungan. Jadi Ahok tetap maju lewat jalur independen (perorangan),  “ALASANNYA UNTUK MEMBERI DUKUNGAN DI PARLEMEN (DPRD) AGAR TIDAK SELALU GADUH”, bila perlu (tidak harus lho) minta Ahok juga narik Heru untuk jadi anggota partai PDIP, atau Pak Heru dipersilahkan mau gabung dengan partai pilihannya asal masih dalam lingkup KIH (Koalisi Indonesia Hebat) atau tidak berpartai. Bukankah Nasdem dan Hanura juga memberi dukungan ketika Pilpres yang lalu sebagai kelompok KIH. Kalau itu terjadi bukankah semua jadi tidak ada yang dipermalukan? Semua tokoh di PDIP tidak bisa protes toh kenyataannya kader PDIP yang maju (Ahok). Memang itu jadi malangkadak dan nyeleneh, anggota partai tapi tidak dimajukan lewat partainya, ya biarkan saja, kan dipolitik itu hampir semua yang aneh bisa jadi tidak aneh kalau ujung akhirnya adalah kemenangan.

Bukankah politik itu memang adu pinter untuk menarik hati rakyat agar mendukung dengan ukuran akhir kemenangan? Walau sebenarnya Teman Ahok seolah dikalahkan, tapi pada kenyataannya bukankah daftarnya pasangan Ahok-Heru lewat Teman Ahok? Kalau PDIP mau sedikit mengalah, sangat mungkin akan dapat bonus hadiah berlipat ganda, bukankah sejuta dukungan untuk Ahok juga akan sangat mungkin memilih PDIP dikemudian hari jika Ahok ada di PDIP juga? Sangat mungkin Ahok juga akan setuju yang siapa tahu pada waktu akan datang dapat dimajukan menjadi RI-2 bahkan berikutnya RI-1, dan bisakah dibayangkan pada Pileg tahun 2019 yang akan datang, ketika PDIP punya jurkam Pak Jokowi dan Pak Ahok? Adakah Partai lain yang kira-kira mampu menandingi dominasi PDIP? Bukan takabur lho, tapi berlogika rasional dan silahkan kita diskusikan kalau mau komplain.

Meminta Ahok meninggalkan Teman Ahok, jelas menuai kebencian dari banyak pihak, pertama dari "sejuta" pendukung Ahok, kedua mempermalukan Ahok karena Ahok menjadi orang yang tidak bisa dipercaya janjinya. Saya yakin Ahok juga tidak akan mau, dan seandainya saya ada diposisi Ahok, saya akan memilih tetap dijalur perorangan walau harus kalah sekalipun. Jadi janganlah mempermalukan dan menyudutkan tokoh yang akan kita dukung, agar sang tokoh tetap dapat tegak berdiri, karena saya sangat yakin Ahok siap menerima kondisi apapun, bahkan untuk kalah sekalipun dari pada dipermalukan dan mencederai janji kepada sejuta pendukungnya yang sudah mau rela memberikan copy KTP tanpa dibayar.

Ada lagi yang ingin saya sampaikan, jika memberi dukungan pada Ahok lalu ada pamrih untuk menempatkan orang-orang partai di Pemerintahan DKI (Pemprov), sebaiknya jangan beri dukungan sekalian pada Ahok, ingat Ahok pernah berani meninggalkan Gerindra bukan? Ahok memang bukan Jokowi, tapi Ahok tidak akan mengkhianati jika partai masih waras mendukung rakyat. Kalau tidak bisa memberi dukungan dengan kebebasan, mau ikut cawe-cawe dalam pemerintahan, apalagi ikut mengatur tetek-bengek yang sok tahu tentang pemerintahan DKI, sebaiknya jangan mendukung. Percayalah Ahok jauh lebih lihai dari yang kalian duga. Lebih baik mengkritik kebijakan-kebijakannya kalau memang perlu dikritik, atau mengusulkan sesuatu yang mungkin dianggap perlu, tapi bukan perintah sendiko dawuh gusti karena Ahok memang typenya keras, tegas, berani, jujur tapi sekaligus juga peka. Paduan dari karakter itu semua menjadikan Ahok tokoh langka dan terpenting rakyat menyukainya.  Monggo dipertimbangkan .....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun