Mohon tunggu...
Suhindro Wibisono
Suhindro Wibisono Mohon Tunggu... karyawan swasta -

. ~ ~ ~ ~ " a critical observer " ~ ~ ~ ~ ( 5M ) ~ SPMC = "Sudut Pandang Mata Capung" ~ yang boleh diartikan ~ "Sudut Pandang Majemuk" || MEMPERHATIKAN kebenaran-kebenaran sepele yang di-sepele-kan ; MENCARI-tahu mana yang benar-benar "benar" dan mana yang benar-benar "salah" ; MENYUARAKAN kebenaran-kebanaran yang di-gadai-kan dan ter-gadai-kan ; MENGHARAP kembali ke dasar-dasar kebenaran yang di-lupa-kan dan ter-lupa-kan ; MENOLAK membenarkan hal-hal yang tidak semestinya, menolak menyalahkan hal-hal yang semestinya. (© 2013~SW)

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

"PDIP dan Jokowi Terjerembab Politik Dagang Sapi"

14 April 2014   22:25 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:41 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13974674501000476853

[caption id="attachment_331626" align="aligncenter" width="296" caption="Image source: viva.co.id"][/caption]

Kompasiana. Dengan kuatnya beredar nama JK dibursa Cawapres, itulah kehebatan Golkar yang kebetulan punya tokoh populer. Saya termasuk yang tidak anti JK, juga ketika jadi Wapres dulu, dan artikel ini tidak dimaksud anti JK, hanya ingin mengupas kenyataan yang ada. Jadi maaf sebelumnya.

Ketika Akbar Tanjung memimpin Golkar, kepiawaiannya menempatkan strategi dua kaki mewariskan eksistensi Golkar, dan JK sekaligus pernah menikmati menjadi pemimpin Golkar, tradisi hebat itu juga menempatkan Golkar tetap dalam pusaran kekuasaan yang signifikan walau kalah dalam kompetisi pada pemilu-pemilu selanjutnya. Ketika Golkar sekarang dipimpin oleh ARB, ketokohannya memang "seperti" tidak menjual untuk menjadi RI-1, bahkan Akbar Tanjung sering menentangnya secara terbuka, tapi justru pada era ARB lah Golkar saat ini sedang bermain politik dengan tiga kaki. Hebat kan?!

Mendengar pidato ARB setelah bertemu Jokowi terakhir, yang mengatakan Golkar akan mengajukan calon Presiden sendiri, tapi juga akan mendukung Pemerintahan PDIP oleh Jokowi di Parlemen jika memang dimenangkan oleh Jokowi. Luar biasa, menggambarkan kepiawaian Golkar dalam berpolitik, jika ARB menang, maka Pemerintahan ada dalam kekuasaannya. Lalu jika JK digandeng oleh Jokowi lewat Nasdem/PKB sebagai Cawapres, hebatnya .... Golkar mencalonkan Cawapres tapi dimodalin Nasdem/PKB, dan kalau menang, maka Golkar tetap ada di Pemerintahan. Dan ketika JK tidak bergabung dengan Jokowi, lalu Jokowi menang pemilihan Presiden, maka ARB sudah mengatakan mendukung Pemerintahan di Parlemen, apakah mungkin itu gratis? Itulah yang saya maksud politik tiga kaki untuk selalu ada dalam Pemerintahan. Cantiknya permainan politik Golkar, yang lain rela "dikadalin" karena permainannya memang cantik ....hehehehe...

Menurut saya, PDIP dan Pak Jokowi tidak perlu banyak meminta dukungan pada partai politik yang bukan koalisi utama, karena seperti yang diucapkan ARB di-media, bahwa Golkar akan membantu Pemerintahan di Parlemen, bagaimana rakyat dapat menerima bahwa hal itu bukan politik dagang sapi? Bukankah politik itu perebutan kekuasaan, jadi mana mungkin gratis? Atau jangan-jangan "kamus" yang digunakan oleh ARB dan Jokowi berbeda, sehingga output-nya berbeda tafsir? Kalau memang ada miss persepsi itu, apakah nantinya tidak justru akan menciptakan permusuhan? Silahturami memang bagus, tapi stop janji-janji saling memberikan dukungan, percayalah justru akan menciptakan blunder politik. Tapi kalau merasa dengan Golkar tidak menjanjikan apa-apa, justru sebaiknya stop ber-anjangsana ke partai politik yang memang tidak akan berkoalisi, karena itu berarti bukti penggunaan kamusnya beda, dan akan berakhir rentan saling merasa di-kadali, kecuali memang ada rekaman ucapan dalam pertemuannya sebagai saksi.

Sebetulnya saya mewacanakan PDIP berkoalisi dengan satu partai saja untuk memenuhi syarat pencalonan, yakni dengan Nasdem atau PKB, karena saya yakin tidak ada yang gratis untuk setiap dukungan koalisi. Tapi kalau PDIP atau Pak Jokowi masih tidak yakin berkoalisi dengan hanya satu partai, boleh juga koalisi dengan PKB + Nasdem, jangan lebih. Karena kalau terlalu gemuk koalisi, rakyat justru akan menilai "Tidak ada bedanya dengan pemerintahan sebelumnya yang kini masih berkuasa". Takutnya banyak masyarakat jadi kehilangan antusias mendukung.

Saya dengar Pak Jokowi sudah mewacanakan bahwa tidak akan bagi-bagi jatah Menteri dan akan memilih Menteri dari kalangan Profesional. Itu sudah bagus, tapi rakyat kelas menengah yang lebih melek politik tentu saja lebih melihat koalisi yang dijalin dengan banyak partai tidak akan bisa diperoleh dengan gratis. Padahal ketika dapat jatah Menteri di-Pemerintahan yang sekarang ini saja, Golkar juga tidak memberi dukungan 'buta' ke partai penguasa, begitu juga PKS. Jadi untuk apa koalisi gemuk diutamakan kalau bukan itu realita ukuran dukungannya? Semoga PDIP dan Pak Jokowi tidak terjebak dengan janji-janji-nya sendiri pada partai koalisi yang sedang aktif digalang saat ini.

Untuk yang kesekian kalinya saya suarakan sebagai rakyat yang ingin Pak Jokowi jadi presiden, kalau tidak bertujuan menjarah uang Negara, tapi bertujuan bersih-adil-tegas, percayalah koalisi dengan rakyat adalah yang paling benar, karena memang rakyat tidak yakin bahwa DPR itu mewakili rakyat, karena yang terlihat adalah DPR 100 persen mewakili partainya. Dan banyak rakyat juga sudah sadar bahwa tidak ada dukungan yang gratis .... Apa lagi bukankah menurut data yang diwacanakan selama ini, mayoritas anggota DPR yang lama juga akan jadi anggota DPR lagi? Dan itu berarti kelakuannya juga tidak banyak berubah bukan?

Kalau ingin lebih hebat dan pasti menang dalam pemilihan Presiden yang akan datang ini, ada rahasia kata-kata sakti yang ingin saya sampaikan pada Pak Jokowi, inilah kata-kata sakti tersebut yang harus disampaikan kepada rakyat: "SAYA AKAN UTAMAKAN BERKOALISI DENGAN RAKYAT, KARENA SAYA AKAN MEMIMPIN PEMERINTAHAN DENGAN BERSIH-ADIL DAN TEGAS". Percayalah tidak perlu dua putaran untuk memenangkan pemilihan Presiden. Kalau tidak ingin menyinggung perasaan peserta koalisi atas ucapan sakti tersebut, bisikkan dulu kata tersebut kepada peserta koalisi supaya jangan tersinggung dan minta dimaklumi karena memang itulah janji yang akan dilaksanakan. (SPMC SW, April 2014)
.
---------------------

Catatan (& Rangkuman):

(Memperhatikan tanggapan yang ada s/d. 15/4/2014 09:00, maka catatan ini ditambahkan)
1. Saya termasuk kelompok yang menginginkan Jokowi jadi Presiden, tapi juga mengkritisi sebagai sumbang saran untuk menjaga kebaikannya (versi saya tentu saja hehehehe).
2. Tapi saya juga mengkhawatirkan Jokowi terjebak permainan cantik Golkar, itulah sebabnya saya lebih condong ke Mahfud MD sebagai calon RI-2 karena beliau termasuk santri yang terbuka seperti Gusdur, jujur, dan bisa tegas. Semoga tidak salah menilai.
3. Mengingat ber-politik adalah cara mendapatkan kekuasaan yang sah supaya bisa memerintah (eksekutif), KOALISI adalah salah satu upaya mendapatkan kekuasaan tersebut, jadi semakin banyak berkoalisi apakah tidak harus berbagi kekuasaan?
4. Ada beberapa tanggapan pada artikel ini yang diberikan "mungkin" hanya baru membaca judul-nya saja.
5. Terimakasih dan mohon maaf kalau telah banyak membuat salah persepsi atas tujuan artikel ini. (SW)
.
--------------------

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun