Mohon tunggu...
Suhindro Wibisono
Suhindro Wibisono Mohon Tunggu... karyawan swasta -

. ~ ~ ~ ~ " a critical observer " ~ ~ ~ ~ ( 5M ) ~ SPMC = "Sudut Pandang Mata Capung" ~ yang boleh diartikan ~ "Sudut Pandang Majemuk" || MEMPERHATIKAN kebenaran-kebenaran sepele yang di-sepele-kan ; MENCARI-tahu mana yang benar-benar "benar" dan mana yang benar-benar "salah" ; MENYUARAKAN kebenaran-kebanaran yang di-gadai-kan dan ter-gadai-kan ; MENGHARAP kembali ke dasar-dasar kebenaran yang di-lupa-kan dan ter-lupa-kan ; MENOLAK membenarkan hal-hal yang tidak semestinya, menolak menyalahkan hal-hal yang semestinya. (© 2013~SW)

Selanjutnya

Tutup

Politik

"Nasib Sandiaga Uno Tergantung PDIP"

2 Agustus 2016   18:18 Diperbarui: 2 Agustus 2016   18:37 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Opini Logika ala (‪#‎SPMC‬) Suhindro Wibisono.

 Nyimak berita politik satu dua hari ini, ketika Sandiaga Uno terberitakan resmi dideklarasikan oleh Gerindra untuk maju sebagai calon Gubernur DKI pada Pilkada 2017 yang akan datang, lalu kemaren resmi PKS juga memberi dukungan pada Sandiaga Uno, aneh justru saya tidak melihat adanya kepastian disitu.

 Gerindra punya 15 suara, PKS punya 11 suara, akumulasi keduanya cukup untuk memajukan calon karena syaratnya hanya 22 suara. Tapi kenapa tidak kedua partai secara bersamaan mengumumkan pencalonan Sandiaga Uno? Bukankah kedua partai tersebut yang paling akrab menjalin shohib? Itulah keutamaan cermatan saya bahwa Sandiaga Uno belom tentu dicalonkan oleh Gerindra, dan sangat tergantung dengan arah angin PDIP.

 Andai PDIP "bisa" membujuk Ibu Risma (Walkot Surabaya) untuk maju ikut Pilkada DKI, dan menganggap butuh rakyat pemilih fanatik Gerindra dan PKS, sangat mungkin Sandiaga Uno hanya akan dijadikan Cawagub. Keberuntungan Sandiaga Uno adalah karena Gerindra dan PKS bukanlah partai pendukung Pemerintahan Jokowi-JK, saya pikir Ibu Mega pasti sudah mengkalkulasi hal itu, sehingga PDIP sangat kecil kemungkinan mau gabung mereka. Jadi ada kemungkinan Sandiaga Uno bisa maju sebagai Cagub.

 PDIP sedang berhitung untuk cari calon, mengajukan Risma berarti membuang suara di Jatim, kalau menang di DKI pasti rakyat mengampuni, tapi kalau kalah, PDIP akan membayar mahal. Kemungkinan bisa seru lawan Ahok kalau bisa menggabungkan dengan Ridwan Kamil, tapi apa mau Ridwan Kamil dijadikan Cawagub mendampingi Risma? Dan yang dekat untuk bisa mencalonkan Ridwan Kamil adalah Gerindra. Kalau itu terjadi artinya Sandiaga Uno akan gigit jari. 

Dan kalkulasi saya PDIP tidak akan berani mengajukan Risma kalau tidak didampingi oleh wakil yang akan mendongkrak probabilita bisa menandingi Ahok. Menujuk Djarot sebagai Cawagub mendampingi Risma tidak banyak pengaruhnya, dan akan kesusahan menggandeng Gerindra dan PKS karena apa mungkin Gerindra dan PKS diminta memberi dukungan gratis? Kalau mau PDIP harus mengajukan sendiri, bukankah suaranya cukup? Itu artinya ada kemungkinan akan ada 3 calon Cagub DKI bukan?

 Ahok
 Sandiaga Uno
 Pasangan Risma dan Djarot (Sandiaga Uno)?

 Lalu bagaimana dengan Demokrat yang punya 10 suara, plus PAN 2 suara, PKB 10 suara dan PPP 6 suara, kalau mereka sanggup berkoloni itu artinya bisa mencalonkan satu Cagub sendiri lagi. Tapi seandainya saya ada di posisi Demokrat, saya akan segera umumkan gabung dengan Nasdem, Hanura dan Golkar untuk dukung Ahok. Pertimbangannya adalah, selain tidak punya calon sendiri yang mumpuni, kalau toh mau mencalonkan Yusril, apakah PKB dan PPP setuju dengan calon tersebut? Karena kalau Demokrat tidak segera menyatakan gabung dukung Ahok, kalau keduluan PDIP yang menyatakan mendukung Ahok juga, Demokrat hanya akan jadi penonton saja. 

Karena rasa saya, PDIP dan Demokrat itu susah untuk bisa gabung, apalagi ini untuk urusan Cagub DKI, yang sangat dekat dengan pemerintahan pusat, yang punya APBD besar, yang juga sangat menjadi perhatian langsung dari Ketua Umum partai, lain kalau hanya mau mencalonkan Walkot atau Bupati didaerah yang jauh dari pusat segalanya sono. Jadi sekali lagi kalau Demokrat ingin menyusahkan PDIP, saran saya segeralah gabung memberi dukungan Ahok. Kalau PKB dan PPP sangat mungkin hanya akan mengekor PDIP, sedang PAN bisa saja ikut Demokrat tapi juga bisa ikut PDIP anut grubyuk saja, maklum hanya punya 2 suara, maka sangat menggelikan ketika waktu itu PAN sok mau bersuara akan mencalonkan pilihannya sendiri.

 Jika Demokrat gabung dukung Ahok lebih dulu, sangat mungkin PDIP akan mengajukan calon sendiri, bisa jadi mengajukan Rizal Ramli mantan Menko Maritim dan Cawagubnya Djarot. Itu lebih rasional karena tidak membuang suara di Jawa Timur dengan mengajukan Risma, padahal Risma sangat mungkin bisa terpilih menjadi Gubernur Jawa Timur yang akan datang. Dan kemungkinan Rizal Ramli akan mau karena sudah sangat ingin menggagalkan Reklamasi yang sempat ribut dengan Ahok, dan itu juga bisa dimaknai untuk membuktikan apakah reklamasi itu sejatinya didukung oleh warga DKI atau ditentang.

 Saya pribadi pro reklamasi, bukan karena saya suka Ahok, tapi reklamasi adalah hal yang wajar dilakukan oleh banyak negara di dunia. Sangat ngenes ketika kita tidak setuju reklamasi, sementara ketika itu Singapura melakukan reklamasi justru pakai pasir yang dibeli murah dari Indonesia. Kalau ada hal yang tidak benar dalam pelaksanaan reklamasi, ya silahkan diawasi dan dibenarkan, tapi menolak reklamasi jelas hanya karena asal menetang Ahok saja, dan itu terlalu picik menurut saya, maaf.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun