Mohon tunggu...
Suhindro Wibisono
Suhindro Wibisono Mohon Tunggu... karyawan swasta -

. ~ ~ ~ ~ " a critical observer " ~ ~ ~ ~ ( 5M ) ~ SPMC = "Sudut Pandang Mata Capung" ~ yang boleh diartikan ~ "Sudut Pandang Majemuk" || MEMPERHATIKAN kebenaran-kebenaran sepele yang di-sepele-kan ; MENCARI-tahu mana yang benar-benar "benar" dan mana yang benar-benar "salah" ; MENYUARAKAN kebenaran-kebanaran yang di-gadai-kan dan ter-gadai-kan ; MENGHARAP kembali ke dasar-dasar kebenaran yang di-lupa-kan dan ter-lupa-kan ; MENOLAK membenarkan hal-hal yang tidak semestinya, menolak menyalahkan hal-hal yang semestinya. (© 2013~SW)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Muhammad Sanusi atau Fadli Zon yang Layak Jadi Wagub DKI?

26 Agustus 2014   17:36 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:30 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_355265" align="alignleft" width="200" caption="Image source: izoruhai.wordpress.com"][/caption] [caption id="attachment_355268" align="alignright" width="300" caption="Image source: politik.kompasiana.com"]

1409023219153532082
1409023219153532082
[/caption] Kompasiana. Kemarin pelantikan anggota DPRD DKI periode 2014~2019, gosip menariknya tentu saja pemilihan Ketua DPRD-nya itu sendiri. Lalu setelah itu, gosip yang juga sensi adalah menerima atau menolak "Permohonan pengunduran diri Gubernur Jokowi". Gosip inilah yang akan digoreng oleh banyak media dan menjadi sarana unjuk gigi para tokoh vokal, siapa tahu menjadi sarana gratis supaya eksis. Tapi logika waras mestinya tidak akan jadi masalah, karena bukankah tidak ada dasarnya dan akan sangat memalukan kalau ada yang menolak, tapi kalau urat malu bahkan sudah tidak punya lagi, apapun bisa terjadi bukan? Akan menuai hujatan kalau sampai ditolak, karena bisa dianggap menghalangi suksesi pemerintahan, dan tuduhan itu mestinya ya tidak bisa disepelekan. Moga-moga tidak ada yang lupa berpikir waras ya. Yang paling seru adalah siapa akan menjadi Wagub DKI menggantikan Ahok yang otomatis naik pangkat jadi Gubernur karena Jokowi mengundurkan diri setelah terpilih menjadi Presiden. Wacana yang berkembang Gerindra menghendaki Wagub adalah hak-nya dengan alasan karena memang sesuai perjanjian waktu koalisi untuk siapa mencalonkan DKI-1 dan siapa mencalonkan DKI-2, konon ketika Pilkada tahun 2012 yang lalu begitulah kesepakatannya. Sepintas sepertinya masuk akal, bagaimana menurut Anda para pembaca? Kalau menurut saya berdasarkan Sudut Pandang Mata Capung (SPMC), jika memang benar ada perjanjian itu, perjanjian koalisi PDIP dan Gerindra untuk DKI-1 dan DKI-2, maka hak Wagub DKI sekarang ini selayaknya menjadi hak PDIP. Pemikirannya begini, bagaimana kalau seandainya PDIP juga ngeyel, perjanjiannya adalah Gerindra berhak sebagai Wagub, jadi kalau gitu sekarang Gubernurnya ya jangan diisi dari Gerindra. Bagaimana hayo? Lucu kan? Tapi kan dasarnya perjanjian yang sama juga? Jadi Gerindra ternyata juga bergeser dari perjanjian tersebut karena keadaan yang hak awalnya adalah DKI-2 kini otomatis jadi DKI-1, bukankah juga tidak ada yang salah kalau DKI-2 menjadi hak-nya PDIP karena Jokowi terpilih jadi Presiden. Dan yang namanya koalisi ya tentu saja harus ada keduanya bukan? Selain dari hal tersebut diatas, ada yang lebih penting semoga para tokoh partai tidak hanya karena serakah jabatan sampai harus melupakan tujuan kebaikan. Kalau misalnya Wagub juga diisi oleh tokoh dari Gerindra, bukankah justru paket kerja DKI-1 dan DKI-2 terancam tidak efektif? Jika Wagub-nya dari Gerindra, itu berarti PDIP digiring terpaksa harus jadi "oposisi" bukan? Lalu bisa jadi akan berlanjut ke hal-hal lain, misalnya Jokowi memang pernah berjanji untuk membantu DKI kalau menjadi Presiden, tapi kalau keadaan tersebut sehingga membuat Jokowi hanya membantu DKI dengan setengah hati, bagaimana? Apakah bisa disalahkan? Bukankah itu semua tidak ada kepastian ukurannya? Lalu ketika itu misal Ketua DPRD-nya adalah tokoh dari PDIP dan Wakil Ketua DPRD-nya dari Gerindra(sekarang belum fix), lengkap sudah kacaunya keadaan karena konflik politik saling silang kepentingan. Semoga para tokoh yang terkait berpikir waras, jangan karena serakah jabatan justru menyengsarakan rakyat banyak. Padahal kalau Wagub-nya dipilih dari PDIP, Ahok akan segera hebat sebagai Gubernur DKI, bahkan bukan tidak mungkin DKI akan segera lebih hebat dibanding waktu Ahok masih di posisi DKI-2. Karena kalau DKI-2 dari PDIP dan kemudian ditarik benang merah sampai dengan "Koalisi Permanen Merah Putih", bukankah oposisi bahkan mungkin jadi tidak ada lagi di DPRD DKI? Wow ...betapa akan segera hebatnya DKI ..... (SPMC SW, Agustus 2014) . ----------------- . Catatan: Berikuti perolehan suara dan kursi 10 partai politik untuk DPRD DKI Jakarta: 1. PDIP: 1.231.843 suara (28 kursi) 2. Gerindra: 592.568 suara (15 kursi) 3. PPP: 452.224 suara (10 kursi) 4. PKS: 424.400 suara (11 kursi) 5. Golkar: 376.221 suara (9 kursi) 6. Demokrat: 360.929 suara (10 kursi) 7. Hanura: 357.006 suara (10 kursi) 8. PKB: 260.159 suara (6 kursi) 9. NasDem: 206.117 suara (5 kursi) 10. PAN: 172.784 suara (2 kursi) Total kursi: 106 ( Sumber data di Catatan: http://t.co/SqI66ypEhX ) ************************

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun