Mohon tunggu...
Suhindro Wibisono
Suhindro Wibisono Mohon Tunggu... karyawan swasta -

. ~ ~ ~ ~ " a critical observer " ~ ~ ~ ~ ( 5M ) ~ SPMC = "Sudut Pandang Mata Capung" ~ yang boleh diartikan ~ "Sudut Pandang Majemuk" || MEMPERHATIKAN kebenaran-kebenaran sepele yang di-sepele-kan ; MENCARI-tahu mana yang benar-benar "benar" dan mana yang benar-benar "salah" ; MENYUARAKAN kebenaran-kebanaran yang di-gadai-kan dan ter-gadai-kan ; MENGHARAP kembali ke dasar-dasar kebenaran yang di-lupa-kan dan ter-lupa-kan ; MENOLAK membenarkan hal-hal yang tidak semestinya, menolak menyalahkan hal-hal yang semestinya. (© 2013~SW)

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Renungan Idul Fitri - 1 Syawal 1437 H

6 Juli 2016   15:47 Diperbarui: 6 Juli 2016   16:32 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Maaf kalau dianggap terlalu “SENSI”)
 .
 .
 Opini Renungan Sensi : Suhindro Wibisono.
 .
 #‎SPMC‬ SW - Mengamati suasana menjelang dan tibanya lebaran, memprihatinkan ketika terjadi “panen” BOM, bahkan ledakan bom juga terjadi didekat tempat-tempat yang dianggap suci oleh umat muslim se dunia.
 .
 RENUNGKAN, bukankah beragama itu bertujuan memanusiakan manusia itu sendiri? Memanusiakan manusia itu maknanya juga bersikap toleransi terhadap manusia lainnya, terhadap semua manusia apapun agamanya, dan tidak melakukan SARA itulah ukurannya. Masih ingatkah Anda ketika Natal dan Tahun Baru tiba, kenapa begitu banyak yang menyebarkan wacana “haram” memberi ucapan selamat kepada umat yang merayakannya? Yakin itu toleransi? Lalu adakah wacana mengharamkan dari umat lain bagi mereka yang merayakan Idul Fitri saat ini? Kenapa ada juga muslim yang tidak mempermasalahkan memberi ucapan selamat Natal juga Selamat Tahun Baru, kenapa hal yang sepertinya remeh-temeh itu saja tidak ditemukan kebenaran yang pasti? Kenapa membiarkan agama terkesan membingungkan umat awam? Atau karena tidak adanya pemimpin umat yang boleh mewakili secara keseluruhan umat setidaknya untuk negara ini?
 .
 RENUNGKAN, mengapa hal-hal diatas itu bisa terjadi? Kalau boleh jujur berkata, bukankah pelaku peledakan bom  itu setidaknya simpatisan muslim juga? Banyak yang menuduh pelakunya justru musuh Islam, dan pendapat itu memang tidak salah. Lalu apa yang sudah dilakukan oleh yang menuduh “musuh Islam”? Ketika Ahok sebagai Gubernur DKI di demo dan minta dilengserkan, lalu juga selalu di tausiahkan oleh beberapa kyai agar tidak dipilih lagi karena haram hukumnya dan lain-lain. Masih ingatkah Anda betapa hebohnya penggalangan demo itu? Masih ingatkah Anda betapa hebohnya perang wacana di dumay? Memangnya apa yang sudah dilakukan Gubernur Ahok yang mencederai kita sebagai bangsa, apakah yang bersangkutan merampok uang negara? Apakah Ahok gembong narkoba, gembong pelaku bom bunuh diri?
 .
 RENUNGKAN, kalau hanya karena Ahok bukan muslim lalu dihujat, lalu kenapa Gus Dur justru pernah memberi sponsor Ahok untuk maju jadi Gubernur? Gus Dur adalah kyai, lalu ada beberapa  “kyai” dan juga habib yang menolak Ahok dan mengharamkannya sebagai pemimpin, pertanyaannya ...... kyai siapa yang benar? Lha kalau urusan begitu saja Islam tidak bisa menyatukan suara, terpikirkah oleh Anda apa tanda tanya dalam benak mereka yang bukan muslim? Bukankah itu semua terkesan plin-plannya pembenaran sesuai kepentingannya? Adakah yang bisa menegahi itu? Pendapatnya siapa yang harus dipercaya ummat? Pembiaran yang berlarut-larut itulah juga pemicu masalah, betapa muslim sendiri juga menikmati itu semua, menikmati bahwa agamanya boleh untuk dimanfaatkan keranah-ranah kepentingan pribadi yang menurut saya justru menjerumuskan agama Islam itu sendiri.
 .
 RENUNGKAN, adakah demo seheboh penolakan Gubernur AHOK, demo seheboh keinginan pelengseran AHOK terhadap pelaku bom bunuh diri itu? Bukankah pelaku bom bunuh diri dinyatakan musuh Islam? Kenapa tidak ada yang serius memberantas segalak menolak Ahok sebagai Gubernur? Susahkah mencari siapa biang pelaku bom bunuh diri itu? Susahkah mencari siapa peminang pengantin untuk pelaku bom bunuh diri? Sadap semua tempat ibadah, tempat ibadah semua agama, sebarkan intel untuk mengejar oknum jahat yang menggunakan agama sebagai topengnya, tangkap penyebar bibit makar dan perusak kesatuan kita sebagai bangsa dan negara, mumpung belum menggurita yang justru berpotensi menjadikan negara ini porak-poranda.
 .
 RENUNGKAN. Pembiaran, ewuh pekewuh karena “sentimentil” agama, ibarat membiarkan api dalam sekam, itu sangat membahayakan kesatuan NKRI. Maaf..... apakah banyak manfaatnya ketika Presiden "mengecam dengan keras" pelaku bom diseluruh dunia itu? Juga pemimpin agama yang "mengutuk"-nya? Tindakan nyata jauh lebih bermanfaat, itu menurut saya, maaf kalau tidak berkenan, dan sekali lagi mohon maaf pada suasana lebaran mungkin dianggap kurang sopan saya mengajak me-RENUNGKAN kenyataan kita dalam berbangsa dan beragama. Minal aidzin walfa idzin. (#SPMC SW, Rabu, 6 Juli 2016)
 .
 ~~~~~~~~~~~~~~~
 .
 Selamat Hari Raya Idul Fitri, 1 Syawal 1437 H. / 2016 M.
 Mohon Maaf, Lahir dan Batin.
 .

 ~~~~~~~~~~~~~~~
 .
 Sumber gambar:
 www.infolengkap .net

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun