Ketika Teknologi Bertemu Kemanusiaan
Di tengah konflik yang berkepanjangan di Palestina, bantuan kemanusiaan seringkali terhambat oleh blokade, birokrasi, dan keterbatasan akses keuangan tradisional. Namun, pada tahun 2021, sebuah terobosan menarik terjadi: Bitcoin digunakan sebagai alat untuk menyalurkan bantuan ke Palestina. Bagaimana cryptocurrency, yang sering dianggap sebagai instrumen spekulatif, bisa menjadi solusi dalam situasi krisis?
Artikel ini akan mengupas kisah inspiratif penggunaan Bitcoin untuk bantuan kemanusiaan, relevansinya dengan isu terkini, serta pelajaran yang bisa kita ambil untuk Indonesia.
1. Bitcoin sebagai Alat Bantuan Kemanusiaan: Kasus Palestina
Pada Mei 2021, saat konflik antara Israel dan Palestina memanas, organisasi nirlaba Aid For Gaza menggunakan Bitcoin untuk mengumpulkan dan menyalurkan dana bantuan. Mereka menerima donasi dalam bentuk Bitcoin dan mengonversinya menjadi kebutuhan pokok seperti makanan, obat-obatan, dan perlengkapan medis.
Mengapa Bitcoin?
- Cepat dan Tanpa Batas: Bitcoin memungkinkan transfer dana lintas negara dalam hitungan menit, tanpa terhalang oleh blokade atau pembatasan bank.
- Transparan: Setiap transaksi Bitcoin tercatat di blockchain, sehingga donatur bisa memastikan dana mereka digunakan dengan benar.
- Aman: Bitcoin tidak bisa disita atau dibekukan oleh pihak ketiga, menjadikannya alat yang efektif di daerah konflik.
2. Relevansi dengan Isu Terkini di Indonesia
Di Indonesia, cryptocurrency semakin populer. Data Bappebti menunjukkan bahwa jumlah investor kripto mencapai 16 juta orang pada 2023. Namun, penggunaan kripto untuk tujuan sosial dan kemanusiaan masih jarang dibahas.
Contoh Terkini:
- Pada bencana alam seperti gempa di Cianjur atau banjir di Kalimantan, penggalangan dana masih mengandalkan platform tradisional seperti rekening bank atau dompet digital. Padahal, kripto bisa menjadi alternatif yang lebih efisien, terutama untuk donasi internasional.
3. Kelebihan dan Tantangan Penggunaan Bitcoin untuk Bantuan