Mohon tunggu...
Suherman
Suherman Mohon Tunggu... Lainnya - Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Rakyat Biasa yang Hobi Membaca dan Menngamati

Selanjutnya

Tutup

Cryptocurrency Pilihan

DeSci: Revolusi Blockchain untuk Membebaskan Ilmu Pengetahuan dari Jerat Monopoli

29 Januari 2025   16:12 Diperbarui: 29 Januari 2025   21:19 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desci (Sumber: Bitcoin.com/News)

Pernahkah Anda merasa kesal karena harus merogoh kocek dalam-dalam hanya untuk mengakses satu jurnal ilmiah? Atau mungkin Anda pernah mendengar kisah peneliti Indonesia yang kesulitan mendapatkan dana untuk riset karena dianggap "kurang menguntungkan"? Masalah-masalah seperti ini seringkali terjadi di dunia sains, baik di Indonesia maupun global. Namun kini, ada solusi yang menjanjikan, yaitu DeSci (Decentralized Science). Dengan memanfaatkan teknologi blockchain, DeSci berupaya membuka akses ilmu pengetahuan lebih luas tanpa dikendalikan oleh pihak-pihak besar atau jurnal berbayar. Apakah Anda siap melihat bagaimana DeSci bisa merubah cara kita mengakses dan mendanai riset?

Cerita Nyata: DeSci Mengubah Cara Riset Dibiayai
Bayangkan seorang peneliti muda asal Indonesia, seperti Rina, yang telah lama berusaha meneliti obat untuk penyakit langka yang mengancam hidup banyak orang di Indonesia. Namun, Rina terhalang oleh biaya akses jurnal ilmiah yang mahal dan kesulitan mendapatkan dana dari lembaga besar karena topik risetnya dianggap tidak menguntungkan secara finansial. Rina hampir menyerah, sampai akhirnya dia menemukan gerakan DeSci.

Dengan bergabung dalam platform seperti VitaDAO, Rina bisa mengumpulkan dana riset melalui penjualan token kripto yang dijual kepada masyarakat umum, bukan hanya korporasi besar. Komunitas yang memiliki token tersebut kemudian memilih riset mana yang mereka anggap paling penting untuk didanai. Dalam waktu singkat, Rina berhasil mengumpulkan dana yang cukup untuk melanjutkan risetnya, bahkan mendapatkan dukungan dari ilmuwan terkenal di seluruh dunia.

Kasus ini bukan hanya terjadi di luar negeri. Di Indonesia, banyak ilmuwan muda yang kini mulai melihat potensi DeSci sebagai solusi untuk mempercepat penemuan solusi lokal yang relevan, tanpa bergantung pada lembaga besar atau pendanaan luar negeri yang terbatas. Dalam konteks Indonesia, DeSci bisa menjadi jalan bagi para peneliti untuk lebih mandiri dalam menjalankan riset yang berfokus pada masalah kesehatan, lingkungan, dan teknologi yang mendesak.

Contohnya, di Bali, sekelompok ilmuwan yang berfokus pada pelestarian terumbu karang kini memanfaatkan platform berbasis DeSci untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan untuk riset mereka. Mereka mengumpulkan dana dari berbagai negara dan mendapatkan dukungan dari komunitas global yang peduli terhadap keberlanjutan ekosistem laut. Ini adalah contoh bagaimana DeSci tidak hanya memberi akses pendanaan, tetapi juga membangun kolaborasi global yang kuat.

1. Latar Belakang: Kekuatan di Balik DeSci
DeSci muncul sebagai respons terhadap sistem sains yang terpusat dan terbatas. Selama ini, banyak riset ilmiah dikendalikan oleh lembaga besar atau jurnal berbayar, seperti Nature dan Science. Akibatnya, penelitian penting di bidang penyakit langka atau perubahan iklim yang tidak menguntungkan secara finansial sering kali terabaikan. Sejak 2020, gerakan DeSci mulai berkembang berkat kemajuan teknologi blockchain. Platform seperti VitaDAO menawarkan model baru, yaitu mengumpulkan dana riset melalui penjualan token kripto yang bisa dipilih oleh komunitas. Di Indonesia, ini bisa jadi peluang baru untuk mempercepat riset yang tertinggal.

2. Dampak dan Implikasi: Sains untuk Semua?
DeSci menawarkan tiga perubahan mendasar:

  • Transparansi: Semua data riset, dari proposal hingga hasil penelitian, tercatat di blockchain dan bisa diakses oleh siapa saja. Ini membuka kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk ikut mengawasi perkembangan riset.

  • Pendanaan Inklusif: Masyarakat umum dapat berinvestasi dalam riset, bukan hanya lembaga pemerintah atau perusahaan besar. Ini berarti lebih banyak riset lokal yang bisa didanai.

  • Kolaborasi Global: Platform seperti LabDAO memungkinkan ilmuwan dari berbagai negara, termasuk Indonesia, berbagi data dan hasil riset secara real-time.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cryptocurrency Selengkapnya
Lihat Cryptocurrency Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun