Mohon tunggu...
Suherman
Suherman Mohon Tunggu... Lainnya - Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Rakyat Biasa.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Kerupuk Coklat Dalam Kearifan Lokal

29 Desember 2024   20:14 Diperbarui: 1 Januari 2025   11:56 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wadah Kerupuk Legend (Source: Wikipedia)

Pernah nggak sih, kamu beli sesuatu yang bikin kaget, tapi dalam arti yang menyenangkan? Saya baru aja ngalamin, dan sampai sekarang, rasanya masih bikin saya senyum-senyum sendiri. Ceritanya berawal dari sebuah Blek kerupuk coklat yang saya beli di warung langganan.  

Awalnya, ini cuma belanja iseng. Saya sedang nyari camilan murah meriah buat nemenin Makan Mi Rebus. Di tengah deretan snack modern yang warna-warni dan penuh gimmick, ada satu produk yang kelihatan sederhana banget: kerupuk coklat. Warung itu memang sudah lama menjual kerupuk ini, tapi entah kenapa, kali ini ada sesuatu yang berbeda.  

Lebih Besar dari Ukuran Biasanya
Saat membuka bungkusnya, saya nyaris nggak percaya dengan apa yang saya lihat. Kerupuknya lebar, jauh lebih besar dari biasanya! Sebagai seseorang yang sering beli camilan ini, saya tahu persis ukurannya dulu. Kalau biasanya lebarnya cuma seukuran Satu telapak  tangan, sekarang Berubah Menjadi Dua Telapak Tangan.

Kerupuk Coklat yang Telah Bertransformasi (Source: Koleksi Pribadi)
Kerupuk Coklat yang Telah Bertransformasi (Source: Koleksi Pribadi)
"Wah, kok tambah gede aja?" pikir saya, sambil menimang-nimang kerupuk itu. Rasanya seperti menemukan harta karun kecil di antara produk-produk lain yang sekarang malah cenderung menyusut.  

Lebih menarik lagi, harga kerupuk ini nggak berubah. Tetap sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Di tengah tren harga yang terus naik dan ukuran produk yang semakin mini, kerupuk coklat ini seperti sebuah anomali.  

Rasa yang Tetap Juara
Setelah gigitan pertama, saya semakin yakin bahwa ini bukan sekadar soal ukuran. Rasa gurih khasnya masih melekat, bahkan terasa lebih enak. Kerupuknya renyah, dengan aroma Ikan yang samar tetapi bikin nagih. Kalau kamu pernah coba kerupuk ini, kamu pasti tahu sensasi nikmat yang saya maksud.  

Tapi yang bikin penasaran adalah alasan di balik perubahan ini. Kenapa kerupuk ini malah membesar saat produk lain semakin kecil? Apakah ini strategi marketing? Atau justru cerminan kejujuran pedagang yang nggak tergoda ikut arus?  

Fenomena "Shrinkflation" di Dunia Camilan
Sebelum kita bahas lebih jauh, mari kita bahas sedikit tentang fenomena yang terjadi di dunia bisnis makanan. Kamu pasti sering dengar istilah "shrinkflation," kan? Ini adalah strategi produsen untuk mengurangi ukuran produk demi menekan biaya, tapi tetap menjualnya dengan harga yang sama.  

Contoh kecil: bungkus keripik kentang yang isinya sekarang cuma separuh kantong, atau minuman botol yang diam-diam volumenya berkurang. Semua ini dilakukan supaya konsumen merasa harga produk masih terjangkau, meskipun sebenarnya mereka mendapatkan lebih sedikit.  

Namun, kerupuk coklat ini memilih jalan berbeda. Di saat banyak produsen mengikuti tren shrinkflation, kerupuk ini malah semakin lebar. Apakah ini strategi yang berlawanan?  

Strategi atau Kejujuran?
Sebagai konsumen, tentu saya bertanya-tanya. Apa sebenarnya alasan di balik keputusan ini? Ada beberapa kemungkinan yang muncul di kepala saya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun