Mohon tunggu...
Suherlina Meifi Trilestari
Suherlina Meifi Trilestari Mohon Tunggu... -

Communication -Broadcasting University of Indonesia ( Keep dreaming,make it happen.family is my breath)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Impact Konten Film Horor Indonesia

6 November 2011   16:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:59 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

ini hanya argument saya tentang hal yang saya lihat dan nilai,sorry no fans,sorry to say,terkadang banyak pertanyaan di benak saya yang sampai sekarang masih mengganjal tentang horor movies di Indonesia jaman sekarang ketika saya menonton film horor Indonesia,sampai saya merasa not interest for watching it again . Mayoritas kontennya ga jauh dari yang namanya "over seks dan kekerasan". memang sih sesekali dianggap biasa, tapi apa mereka ga mempertimbangkan pengaruh negatif ke masyarakat Indonesia sendiri, yang berujung ke kriminalitas,misalnya pemerkosaan anak di bawah umur,remaja,dsb. PROFIT mungkin jadi alasan film maker yang mengandalkan seks dapat meraih keuntungan lebih,apapun usahanya menciptakan ide kreatif yang ujung-ujungnya tak lepas dari over seksualitas. tapi sebenarnya secara tidak langsung "image" film horor Indonesia jaman sekarang membentuk karakteristik yang sangat kontroversial. ketika masih banyak persaingan film-film lain yang masih menganggap penting kualitas dan pesan moral yang positif. kalau horor kenapa tidak sekalian yang menakutkan, tapi tidak terlalu menonjolkan sisi adegan seksnya. kalau kita melihat film horor negara lain,misalnya horor thailand,asia,jepang,dll. memang ada beberapa diantara mereka yang memberi insert adegan "panas" di sela adegan yang menakutkan. tapi kapasitasnya masih wajar. karya film horor lainnya justru tidak ada,mereka lebih fokus terhadap adegan horor.justru common sense nya lebih dapet. Miris setiap kali membaca berita, kriminal pemerkosaan semakin merajalela,bahkan tidak pandang usia. menciptakan image karakteristik positif bangsa melalui film sangat punya impact yang besar, karena gaya imitasi seseorang merekam adegan yang ada sangat kuat,termasuk anak-anak. apalagi akses jaman sekarang semakin mudah, jadi anak-anak pun dapat mengakses melalui internet dengan mudah. kreatif bukan berarti menjerumus dan mempengaruhi hal negatif. kalau dijawab tergantung personalnya selektif menerima materi filmya, hal itu mungkin kurang efektif, karena seseorang mempunyai tingkat imitasi apa yang mereka lihat kuat.kreatif dan bermutu :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun