Mohon tunggu...
Suhendrik N.A
Suhendrik N.A Mohon Tunggu... Freelancer - Citizen Journalism | Content Writer | Secretary | Pekerja Sosial

Menulis seputar Refleksi | Opini | Puisi | Lifestyle | Filsafat dst...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Seni Menjaga Kesehatan Hati: Masa Lalu Hanyalah Memori, Masa Depan Hanyalah Imajinasi

14 Desember 2024   19:50 Diperbarui: 14 Desember 2024   19:50 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup adalah perpaduan dari kenangan yang terus berputar di kepala dan harapan yang terbang bebas di angan. Namun, terlalu larut dalam masa lalu atau berandai-andai tentang masa depan bisa menjadi jebakan yang melelahkan hati. Seni menjaga kesehatan hati sering kali terletak pada kemampuan untuk hidup di antara keduanya, tanpa terbebani oleh yang telah berlalu atau dikhayalkan.

Masa lalu adalah tempat di mana kita menyimpan cerita-cerita lama. Beberapa manis, beberapa pahit. Namun, apa yang telah terjadi, tetaplah terjadi. Tidak ada tombol ulang untuk memperbaiki kata-kata yang salah ucap atau keputusan yang kita sesali. Saat kita terjebak dalam memori masa lalu, hati kita seolah menarik beban yang sudah tidak lagi relevan dengan perjalanan sekarang. Lalu, apa gunanya?

Memaafkan adalah kunci. Tidak hanya memaafkan orang lain, tetapi juga diri sendiri. Karena sering kali, yang paling berat adalah berdamai dengan kesalahan yang kita buat. Ingatlah, masa lalu hanyalah memori, dan memori, pada akhirnya, hanya bayangan yang tidak nyata. Ia ada untuk dikenang, bukan untuk dihuni.

Di sisi lain, masa depan adalah imajinasi liar. Kita sering membayangkan kehidupan yang sempurna, cita-cita yang terwujud, dan semua harapan yang indah. Tapi bukankah masa depan juga penuh teka-teki? Tidak peduli seberapa cemerlang kita menggambarnya, ia tetap menjadi sesuatu yang tidak pasti. Ketika kita terlalu fokus pada masa depan, kita sering kali lupa menikmati apa yang ada di depan mata.

Hidup dalam imajinasi masa depan bisa membuat kita gelisah, penuh ekspektasi yang tak realistis. Apalagi, jika bayangan itu tidak sesuai dengan kenyataan. Untuk menjaga hati, penting untuk mengingat bahwa masa depan hanyalah kemungkinan yang belum tentu terjadi. Lebih baik kita menanam harapan sewajarnya dan bekerja di hari ini, karena hari inilah yang nyata.

Maka, seni menjaga kesehatan hati terletak pada keberanian untuk menerima bahwa masa lalu tidak bisa diubah dan masa depan tidak bisa dipastikan. Hidup di masa kini, meskipun terdengar klise, adalah obat terbaik untuk hati yang lelah. Caranya sederhana: hargai setiap detik yang kita miliki, syukuri hal-hal kecil, dan izinkan diri kita merasa cukup dengan apa yang ada saat ini.

Saat kita mulai terbiasa hidup di momen ini, hati kita akan merasa lebih ringan. Tidak ada lagi beban memori yang terlalu berat atau tekanan imajinasi yang menyesakkan. Hanya ada hari ini, detik ini, dan keajaiban sederhana yang menyertainya. Bukankah itu lebih dari cukup?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun