Mohon tunggu...
Suhendrik N.A
Suhendrik N.A Mohon Tunggu... Freelancer - Citizen Journalism | Content Writer | Secretary | Pekerja Sosial

Menulis seputar Refleksi | Opini | Puisi | Lifestyle | Filsafat dst...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tantangan Guru: Menjaga Mental Siswa di Tengah Tekanan Mental Pribadi

23 Oktober 2024   09:48 Diperbarui: 23 Oktober 2024   09:58 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Meja Guru (Pixabay/ArtTower)


Di dalam kelas, seorang guru tak hanya berperan sebagai pendidik, tetapi juga sebagai pembimbing dan penjaga mental siswa. Dalam lingkungan yang semakin kompleks, tugas ini menjadi semakin berat. Sementara guru berupaya menciptakan ruang aman bagi siswanya, sering kali mereka juga harus menghadapi tantangan yang datang dari siswa itu sendiri, yang dapat merusak mental mereka.

Di balik setiap senyuman dan kata penyemangat yang diucapkan guru, terdapat beban berat yang sering kali tak terlihat. Setiap hari, mereka memasuki kelas dengan harapan untuk mendidik dan membentuk generasi muda. Namun, di era di mana stres dan tekanan begitu dominan, siswa sering kali membawa berbagai masalah emosional ke dalam kelas. Bullying, masalah keluarga, dan tekanan akademis adalah beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan mental siswa. Dalam usaha mereka untuk menjaga mental siswa, guru sering kali merasa terjepit antara tuntutan untuk memenuhi kurikulum dan kebutuhan emosional siswa yang harus diperhatikan.

Saat seorang siswa menunjukkan perilaku negatif-misalnya, berteriak, mencemooh, atau bahkan mengabaikan instruksi-guru sering kali merasa tertekan. Perilaku ini bukan hanya mengganggu proses pembelajaran, tetapi juga dapat melukai perasaan guru. Di sinilah letak paradoks yang menyedihkan: guru yang seharusnya menjadi pelindung mental justru menjadi sasaran perilaku yang merusak. Ketika siswa tidak menghargai usaha guru, bisa timbul rasa frustrasi yang mendalam.

Bayangkan seorang guru yang telah menghabiskan waktu berjam-jam menyiapkan materi pelajaran. Saat mengajarkan dengan penuh semangat, dia dihadapkan pada sikap acuh tak acuh atau ejekan dari siswa. Reaksi ini bisa membuat guru merasa tidak dihargai, bahkan kehilangan motivasi. Dalam beberapa kasus, tekanan ini dapat menyebabkan guru mengalami stres berat, hingga mengganggu kesehatan mental mereka sendiri. Ironisnya, dalam usaha menjaga kesehatan mental siswa, guru sering kali harus mengorbankan kesehatan mental mereka sendiri.

Namun, tidak semua siswa bersikap negatif. Banyak di antaranya yang berusaha untuk belajar dan berpartisipasi. Di sini, guru perlu menemukan cara untuk memotivasi siswa yang tidak tertarik. Strategi seperti pendekatan personal, komunikasi yang terbuka, dan menciptakan lingkungan kelas yang inklusif dapat membantu. Di tengah tantangan tersebut, dukungan dari rekan guru dan institusi juga menjadi sangat penting. Dalam banyak kasus, lingkungan kerja yang positif dapat memberikan kekuatan tambahan bagi guru untuk terus bertahan dan memberikan yang terbaik.

Satu aspek penting yang sering kali terabaikan adalah pentingnya pendidikan emosional dalam kurikulum. Ketika siswa diajarkan tentang empati, pengendalian diri, dan keterampilan sosial, mereka lebih cenderung memahami dampak dari perilaku mereka terhadap orang lain, termasuk guru mereka. Pendidikan yang holistik tidak hanya memfokuskan pada aspek akademis, tetapi juga kesehatan mental dan emosional.

Selain itu, kesadaran akan pentingnya dukungan mental bagi guru harus ditingkatkan. Sekolah seharusnya menyediakan program yang membantu guru mengelola stres dan menyeimbangkan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Dengan dukungan yang tepat, guru akan lebih mampu menjaga kesehatan mental mereka, yang pada gilirannya berdampak positif pada siswa.

Dalam perjalanan mengatasi tantangan ini, penting bagi guru untuk tidak merasa sendirian. Berbagi pengalaman dengan rekan sejawat dapat menjadi cara yang efektif untuk mengurangi beban mental. Saling mendengarkan dan memberikan dukungan dapat membantu mereka mengatasi stres yang dihadapi sehari-hari.

Akhirnya, meskipun tantangan yang dihadapi guru sangat berat, mereka tetap memiliki kekuatan untuk mengubah situasi. Dengan pendekatan yang tepat, baik untuk siswa maupun diri mereka sendiri, guru dapat menciptakan lingkungan yang mendukung, di mana mental siswa terlindungi, dan guru juga mendapatkan pengakuan dan penghargaan atas peran penting mereka. Dalam proses ini, hubungan yang sehat antara guru dan siswa bisa terbentuk, menciptakan ruang belajar yang penuh empati dan saling menghargai.

Dengan demikian, meskipun tekanan yang dihadapi guru sering kali berat, mereka memiliki kemampuan untuk mengubah tantangan tersebut menjadi kesempatan. Kesadaran dan kolaborasi antara semua pihak di lingkungan pendidikan akan membawa dampak positif bagi mental siswa dan guru, sehingga menciptakan generasi yang lebih sehat dan seimbang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun