Mohon tunggu...
Suhendrik N.A
Suhendrik N.A Mohon Tunggu... Freelancer - Citizen Journalism | Content Writer | Secretary | Pekerja Sosial

Menulis seputar Refleksi | Opini | Puisi | Lifestyle | Filsafat dst...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menyerah atas Keadaan? Mungkin Nanti tapi Tidak Saat Ini!

9 September 2024   10:12 Diperbarui: 9 September 2024   13:10 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Pernahkah kalian berpikir unruk menyerah atas keadaan yang tengah kita lalui saat ini? Hal ini mungkin saja sering terlintas dalam benak kita semua, terutama ketika kita menjalani hidup yang cukup monoton dan menemui jalan buntu yang dimana tidak memberikan penawaran sama sekali untuk kita menemukan solusi atas segala keresahan yang tengah kita lalui. Namun, kita selalu menemukan suatu kekuatan yang berusaha membantu kita dalam kesusahan saat itu dan berpikir untuk menyerah-Setidaknya, tidak sekarang!.

Saat ini, mungkin saja kita hanya sekedar lelah, seolah segala upayah yang kita lakukan tidak lah membuahkan hasil sesuai dengan harapan yang kita punya. Dunia seakan-akan sedang bercanda dan menuntuk lebih kepada kita, sehingga kita tidak dapat lagi untuk memenuhi ekspetasinya karena diluar kemampuan kita. Terbesit dikepala untuk melepaskan segalanya dan mengakui kekalahan,. Tapi, mungkin saat ini bukanlah waktunya untuk kita menyerah.

Kata menyerah mungkin akan selalu ada sebagai salah satu keputusan yang dapat kita ambil dimasa depan nantinya. Jadi, untuk apa kita buru-buru untuk mengambil keputusan ini? Kenapa kita tidak cukup untuk bersabar menjalaninya, mungkin saja kita akan menemukan nilai yang kita harapkan, walapun mungkin akan sedikit lebih jauh dan panjang untuk kita melangkah. Atau mungkin saja ketika kita memutuskan untuk terus melangkah dijalan yang kita pilih saat ini, kita menemukan sebuah sudut pandang yang baru, atau paling tidaknya kita mendapatkan suatu pemahan lebih mendalam tentang diri kita sendiri ini,

Ketika kita memutuskan untuk menunda menyerah bukan berarti kita harus terus memaksakan diri tanpa kenal batas. Ini lebih kearah memberikan diri kita sebuah ruang dan waktu untuk terus beradaptasi, merenung, dan mungkin juga menemukan jalan keluar lainya yang lebih mudah, hanya saja saat ini sedang tidak terlihat oleh kita. Mungkin saja saat ini kita sedang memasuki periode tersulit dalam hidup kita, akan tetapi siapa yang tahu jalan keluar mungkin saja lebih dekat dari yang kita duga.

Perlu digarisbawahi, bahwa menyerah yang dimaksud dalam tulisan ini bukan berarti kita mengakhiri hidup kita, akan tetapi menyerah yang dimaksud ialah menyerah untuk mengejar impian-impian yang dapat dikatakan mustahil atau tidak masuk akal oleh oranglain. Seperti menyerah menjadi Copywriter karena sudah beberapa kali mencoba untuk menjajahkan tulisan yang kita buat kepada beberapa media, namun berakhir hanya menjadi penolakan tayang oleh media-media tersebut. 

Alangkah baiknya jika kita koreksi lagi apakah ada yang kurang dari tulisan yang kita buat, atau mungkin ada ketidak sesuaian tulisan yang kita butuhkan dengan ketentuan yang diberikan oleh media yang kita tujuh, atau mungki kurang menariknya tulisan yang telah kita buat, sehingga media tersebut tidak melirik sama sekali atas hasil tulisan kita ini. 

Bisa saja kita menyerah saat ini atas penolakan demi penolakan yang telah kita terima itu, akan tetapi bukan saat ini karena terlalu cepat kita menyerah atas ketidakpastian dan keraguan kita atas tulisan yang kita buat. Alangkah lebih bijaknya jika kita lebih melatih kembali skill menulis kita, dan tidak menyalahkan media atau orang lain atas tulisan kita yang nyatanya masih kutang layak untuk terpublish.

Akan tetapi pada akhirnya juga menyerah merupakan pilihan yang bijaksana jika kita mengambilnya pada waktu dan kondisi yang tepat. Mungkin hal itu bisa kita ambil ketika kita sudah benar-benar yakin untuk mengambil keputusan ini, bukan karena kelelahan atau ketidakpastian atas segala yang sedang kita perjuangkan. 

Jika keputusan untuk menyerah hanya didasari atas kelelahan atau ketidakpastian atas segala yang sedang kita perjuangkan, lebih bijak bila kita untuk jedah sesaat, memberikan diri kita sedikit waktu lagi untuk bertahan, bukankah tulisan akan indah dan nyaman dibaca bilamana memiliki "Spasi", layaknya hidup terkadang kita hanya butuh jedah untuk menikmati point of view yang selama ini kita lewatkan karena terlalu fokusnya diri kita mengejar sesuatu. 

Namun bilamana setelah memberikan jedah, dan kita tetap tidak memiliki opsi lainya selain menyerah, maka akan lebih bijak lagi untuk kita menyerah menggapai sesuatu itu, dan berpindah atau mengubah tujuan kita. Namun, itu tetaplah "nanti"  bukan saat ini, karena hidup terlalu indah untuk kita tinggalkan dan memilih menyerah atas kehidupan yang kita lalui saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun