Mohon tunggu...
Suhendrik N.A
Suhendrik N.A Mohon Tunggu... Freelancer - Manusia biasa yang tak berharap apa-apa

Bergerak di literasi jalanan (Perpustakaan Jalanan) Bambu Pena Indramayu

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gotong Royong dalam Dinasti Politik: Mengorbankan Keringat Rakyat dengan Semangat Kemerdekaan

12 Agustus 2024   10:34 Diperbarui: 12 Agustus 2024   10:35 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seseorang yang bermain Catur (Bing Image AI)

Gotong royong, konsep yang mengakar kuat dalam budaya Indonesia, sering kali diidentikkan dengan kerja sama demi kesejahteraan bersama. Namun, dalam konteks politik, khususnya dalam pembentukan dinasti politik, konsep ini kerap mendapatkan interpretasi yang berbeda. Di satu sisi, gotong royong bisa menjadi alat untuk menyatukan kekuatan demi mencapai tujuan bersama. Di sisi lain, sayangnya, konsep ini bisa dimanfaatkan oleh segelintir pihak untuk mengamankan kekuasaan mereka dengan mengorbankan keringat rakyat.

1. Gotong Royong dalam Dinasti Politik: Wujud Kolaborasi atau Eksploitasi?

Dinasti politik di Indonesia bukanlah hal baru. Banyak keluarga yang berhasil mempertahankan kekuasaan mereka dari generasi ke generasi, dengan alasan untuk melanjutkan pengabdian kepada masyarakat. Mereka mengandalkan dukungan penuh dari berbagai elemen masyarakat, baik itu dari kalangan pemilih, pejabat, maupun birokrat.

Dalam konteks ini, gotong royong sering kali dikedepankan sebagai cara untuk memperkuat cengkeraman kekuasaan. Namun, sering kali rakyat harus mengorbankan keringat mereka, baik melalui dukungan tanpa pamrih atau dalam bentuk lain yang tak kasat mata. Apa yang awalnya dimaknai sebagai kolaborasi demi kebaikan bersama, bisa beralih menjadi eksploitasi yang hanya menguntungkan segelintir orang.

2. Mengorbankan Keringat Rakyat untuk Melanggengkan Kekuasaan

Ketika dinasti politik berkuasa, ada kalanya rakyat menjadi alat untuk melanggengkan kekuasaan tersebut. Dalam skenario yang ideal, pemimpin politik yang lahir dari dinasti seharusnya menggunakan pengaruh mereka untuk kepentingan masyarakat luas. Namun, kenyataannya, sering kali terjadi penyalahgunaan kekuasaan di mana keringat rakyat dikorbankan demi mempertahankan posisi kekuasaan.

Rakyat, yang seharusnya menjadi penerima manfaat dari gotong royong ini, justru menjadi pihak yang paling dirugikan. Mereka bekerja keras, memberikan dukungan, dan berharap pada janji-janji manis, tetapi pada akhirnya, hanya sedikit yang benar-benar merasakan hasil dari pengorbanan mereka.

3. Semangat Kemerdekaan: Melawan Eksploitasi dalam Dinasti Politik

Semangat kemerdekaan yang kita rayakan setiap tahunnya seharusnya menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya kebebasan dan keadilan. Para pahlawan kita berjuang bukan hanya untuk membebaskan bangsa dari penjajahan, tetapi juga untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur, di mana setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk berhasil.

Dalam konteks dinasti politik, semangat kemerdekaan ini bisa dimaknai sebagai dorongan untuk melawan segala bentuk eksploitasi yang dilakukan atas nama gotong royong. Rakyat harus disadarkan bahwa kebersamaan tidak boleh disalahgunakan untuk kepentingan segelintir orang. Justru, semangat gotong royong yang sejati harus dihidupkan kembali untuk memperjuangkan hak-hak rakyat dan memastikan bahwa pengorbanan mereka benar-benar membawa manfaat bagi semua, bukan hanya bagi para penguasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun