Mohon tunggu...
Suhendrik N.A
Suhendrik N.A Mohon Tunggu... Freelancer - Manusa biasa yang tak berharap apa-apa

Bergerak di literasi jalanan (Perpustakaan Jalanan) Bambu Pena Indramayu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jakarta: Kota dengan Sejuta Cerita dan Derita

7 Juli 2024   13:46 Diperbarui: 7 Juli 2024   13:56 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Jakarta (Bing Image AI)

Jakarta adalah kota megah yang penuh gegap gempita. Di setiap sudutnya, riuh hiruk-pikuk kehidupan terasa. Gedung pencakar langit menjulang, menyentuh angkasa, namun di balik gemerlap itu ada luka yang menganga. Kota ini memiliki pesona yang menarik banyak orang untuk datang, namun di balik pesonanya, ada berbagai masalah yang terus menggerogoti.

Hari itu, Andi, seorang pekerja kantoran, baru saja keluar dari gedung tinggi di pusat kota. Waktu sudah menunjukkan pukul enam sore, saat di mana jalan-jalan Jakarta berubah menjadi lautan kendaraan. Kemacetan, raja jalan yang tak kenal waktu, menjerat setiap perjalanan dalam deru dan peluh. Bising klakson dan asap knalpot bersatu, menciptakan simfoni harian yang tak terelak. Andi hanya bisa menghela napas panjang, berharap perjalanan pulangnya tidak terlalu lama.

Di sisi lain kota, Ibu Siti sedang menatap langit yang mulai mendung. Banjir adalah tamu tahunan yang datang tanpa diundang. Menggenangi jalan, rumah, dan mimpi-mimpi yang tenggelam. Air kotor mengalir, membawa sejuta duka. Namun Ibu Siti tetap tabah, melawan dengan tegar jiwa. "Mudah-mudahan tahun ini tidak parah," gumamnya sambil menyiapkan karung-karung pasir di depan rumahnya.

Sementara itu, di sudut jalan yang lain, Ali, seorang pengemudi ojek online, sedang beristirahat sejenak di pinggir jalan. Polusi, kabut kelabu yang mengintai di angkasa, menyelimuti setiap helaan napas dengan beban yang terasa. Udara berat, penuh racun, merusak harapan. Namun Ali tidak punya pilihan. Ia harus bekerja, mencari nafkah untuk keluarganya. Meski semangat tak pudar, terus berjuang dalam keterbatasan.

Di bawah jembatan layang, Nisa dan teman-temannya, anak-anak jalanan, bermain sambil menawarkan jasa mengelap kaca mobil. Kemiskinan adalah bayang-bayang di balik kemewahan. Anak-anak seperti Nisa mencari nafkah di tengah gemerlap kota. Kontras yang nyata, tajam seperti pisau. Namun senyum mereka adalah cahaya dalam gelap yang pilu.

Jakarta, kota dengan sejuta cerita dan derita. Namun juga sejuta harapan, dan cinta yang membara. Di tengah problemanya, ada kekuatan yang tak lekang. Andi, Ibu Siti, Ali, Nisa, dan jutaan warga lainnya, adalah bagian dari kekuatan itu. Membangun mimpi, menjemput asa, di kota yang tak pernah diam.

Ketika malam tiba, Jakarta terlihat seperti lautan cahaya. Gedung-gedung tinggi bersinar, jalan-jalan ramai, dan kehidupan terus berdenyut. Meski penuh dengan masalah, kota ini tetap berdiri tegak. Di setiap sudutnya, ada cerita tentang perjuangan dan harapan. Jakarta adalah cerminan dari semangat manusia yang tak pernah padam. Meski badai masalah terus datang, warga Jakarta akan selalu menemukan cara untuk bangkit, dan terus berjalan menuju masa depan yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun