Mohon tunggu...
Suhendrik N.A
Suhendrik N.A Mohon Tunggu... Freelancer - Citizen Journalism | Content Writer | Secretary | Pekerja Sosial

Menulis seputar Refleksi | Opini | Puisi | Lifestyle | Filsafat dst...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sastra & Filsafat

13 Maret 2023   21:06 Diperbarui: 13 Maret 2023   21:13 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita semua tahu bahwa filsafat secara simpelnya merupa suatu ilmu pengetauan yang dimana dalam pengkajianya mengaitkan pemikiran lmiah, atau secara lebih simpelnya lagi dapat kita tarik bahwa filsafat itu ialah ilmu untuk berpikir. Sedangkan sastra sendiri itu merupakkan suatu karya seni yang muncul dari pemikiran dan pengimajinasian si pembuatnya itu. jadi filsafat dan sastra sendiri dapat kita sebut sebagai dua ilmu yang saling berkaitan.

Pada pembahasan sebelumnya sedikit saya singgung mengenai sastra dan filsafat, yang dimana sebelumnya itu sedikit dari hubungan yang terjadi antara filsafat dengan sastra. mungkin juga tulisan ini merupakan kesotoyan saya dalam menjelaskan kaitan antara filsafat dengan sastra, dan bisa dibilang juga tentang keresahan saya tentang studi yang sedang saya geluti saat ini, yang dimana memang berkaitan tentang filsafat. 

Namun juga saya memiliki sedikit hobi yang berkaitan juga dengan kesusastraan, hingga pada suatu hari ketika saya sedang menikmati kopi disalah satu warung kopi dekat kampus tempat dimana saya menimba ilmu saat ini, terbukalah salah satu obrolan yang berkaitan filsafat dan sastra.

Pada saat itu saya ditanya oleh salah satu rekan mengenai apa si yang menjembatani antara filsafat dengan sastra?, sedangkan oleh filsfus era Yunani Kuno seperti Plato sendiri mengusir jauh sastrawan dalam dunia ide-nya. Anehnya sekarang seperti lu sendiri kok bisa-bisanya menekuni hobi di bidang kesusastraan, padahal studi yang lu ambil itu Filsafat.

Dari sanalah akhirnya saya berpikir keras, apa yang dikemukaan oleh teman saya itu ada benarnya juga, bahwa pada era tersebut, akan tetapi yang ditekankan pada era tersebut ialah Mimesis. 

Mimesis berasal bahasa Yunani yang berarti tiruan. Dalam hubungannya dengan kritik sastra mimesis diartikan sebagai pendekatan sebuah pendekatan yang dalam mengkaji karya sastra selalu berupaya untuk mengaitkan karya sastra dengan realitas atau kenyataan. 

Pandangan Plato mengenai mimesis sangat dipengaruhi oleh pandangannya mengenai konsep Idea-idea yang kemudian mempengaruhi bagaimana pandangannya mengenai seni.

Plato menganggap Idea yang dimiliki manusia terhadap suatu hal merupakan sesuatu yang sempurna dan tidak dapat berubah. Idea merupakan dunia ideal yang terdapat pada manusia. Idea oleh manusia hanya dapat diketahui melalui rasio,tidak mungkin untuk dilihat atau disentuh dengan panca indra. 

Idea bagi Plato adalah hal yang tetap atau tidak dapat berubah, misalnya idea mengenai bentuk segitiga, ia hanya satu tetapi dapat ditransformasikan dalam bentuk segitiga yang terbuat dari kayu dengan jumlah lebih dari satu . Idea mengenai segitiga tersebut tidak dapat berubah, tetapi segitiga yang terbuat dari kayu bisa berubah.

Berdasarkan pandangan Plato mengenai konsep Idea tersebut, Plato sangat memandang rendah seniman dan penyair dalam bukunya yang berjudul Republic bagian kesepuluh. Bahkan ia mengusir seniman dan sastrawan dari negerinya. Karena menganggap seniman dan sastrawan tidak berguna bagi Athena, mereka dianggap hanya akan meninggikan nafsu dan emosi saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun