Mohon tunggu...
Dr Ing. Suhendra
Dr Ing. Suhendra Mohon Tunggu... Dosen - Konsultan, technopreneur, dosen, hobby traveller

Tinggal di Jogja, hoby travel dan baca. Sehari-hari sebagai konsultan, dosen dan pembina beberapa start-up

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Doner dan Bakso, Podolski dan Jendral Dudung, Inspirasi Kemandirian

19 Maret 2024   01:04 Diperbarui: 19 Maret 2024   01:14 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Canva akun pribadi

Doner dan Bakso, Podolski dan Jendral Dudung

Oleh: Dr.-Ing. Suhendra

Beberapa hari terakhir, media menayangkan banyak kisah beberapa tokoh yang telah melewati masa jayanya. Ada yang dulu menjadi artis, aleg hingga atlet. Ada sebagian melewati dengan kebahagian bersama keluarga dan orang tercinta. Tapi sayangnya, ada beberapa yang mengisi hari-harinya dengan kesulitan, jauh dari gambaran saat di masa jayanya dulu. Karenanya, tulisan ini mencoba memberikan sisi untaian hikmah yang bisa kita ambil agar kita mendapat pelajaran berharga.

Ada satu masa, kita semua dalam kondisi lapang. Ada tenaga, waktu dan kesempatan. Filosofi semampu mungkin menanam biji ada baiknya kita hayati kembali. Menanam biji selagi kita mampu, agar kelak menjadi tanaman yang bermanfaat, adalah salah satu inspirasi kekuatan mental berfikir positif yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. 

Bahwa betapapun setiap orang yang mengejar kesuksesan dan mendapatkan keberhasilannya, perlu bersiap  menanam biji-biji kemandirian dan adaptasi untuk memastikan bahwa kehidupan setelah puncak kesuksesan tetap penuh dengan makna dan kebahagiaan.

Adalah Lukas Podolski, yang dikenal sebagai salah satu pemain sepakbola terbaik Jerman, tidak membiarkan pensiunnya sebagai atlet menjadi akhir dari perjalanan hidupnya. Dengan menggunakan kekuatan mentalnya, ia merintis usaha Doner Kebab di Berlin yang kini tidak hanya sebagai sumber penghidupan tapi juga sebagai platform untuk berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Kisahnya kini menginspirasi banyak generasi muda Jerman bahwa dengan mindset yang tepat, kita dapat mengubah setiap fasa kehidupan selalu menjadi sebuah awal baru yang berarti.

Tidak jauh berbeda dengan Podolski, Jendral Dudung Abdulrahman menunjukkan kisah inspirasinya. Setelah bertahun-tahun mengabdi sebagai tentara, beliau memilih untuk membuka warung bakso, sebuah usaha yang sederhana namun memiliki dampak besar dalam menunjukkan nilai kemandirian dan kerja keras. Bagi penulis, kisahnya dapat menjadi inspirasi generasi muda bahwa tidak ada pekerjaan yang terlalu kecil, dan dengan kekuatan mental, kita dapat menciptakan makna dan kepuasan dalam setiap usaha.

Baik sebagai atlet maupun sebagai tentara, keduanya pasti telah melewati gemblengan kekuatan mental. Gemblengan mental terbaik selalu mengajarkan akan adanya masa sulit. Di saat tersebut, maka kekuatan mental menjadi benteng terkuat yang memungkinkan mental kita tidak hanya untuk bertahan tapi juga berkembang. 

Sepanjang sejarah, banyak individu yang telah menunjukkan bahwa dengan kekuatan mental yang solid, tantangan apa pun dapat diatasi. Kisah seperti Lukas Podolski dan Jendral Dudung Abdulrahman menjadi bukti nyata bahwa kekuatan mental bukan hanya konsep abstrak, melainkan kunci utama untuk membangun kembali kehidupan yang penuh arti pasca-karir profesional. 

Kekuatan mental bisa didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghadapi situasi sulit dengan keberanian, ketenangan, dan kebijaksanaan untuk menemukan solusi terbaik. Ini bukan hanya tentang bertahan dari tekanan, tetapi juga tentang kemampuan untuk beradaptasi dan berkembang. Kisah Lukas Podolski, yang sukses beralih karir dari sepakbola profesional ke dunia bisnis, merupakan contoh nyata dari aplikasi kekuatan mental. Melalui determinasi dan visi yang kuat, ia berhasil membangun usaha Doner Kebab yang sukses di Berlin, membuktikan bahwa kekuatan mental mampu membuka jalan baru di tengah perubahan.

Kekuatan mental mengajarkan kita untuk hidup dalam perjuangan, bukan hanya untuk bertahan di masa kini tetapi juga untuk mempersiapkan masa depan. Seperti Podolski dan Dudung Abdurrahman, memanfaatkan kekuatan mental untuk merencanakan dan bertindak demi masa depan yang lebih baik adalah kunci. Kita dituntut untuk melihat lebih jauh dari kondisi saat ini, merencanakan dengan bijak, dan bertindak dengan keberanian. Kekuatan mental bukan hanya tentang bertahan dalam badai, tapi juga membangun kapal yang akan membawa kita menuju pantai keberhasilan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun