Mohon tunggu...
Dr Ing. Suhendra
Dr Ing. Suhendra Mohon Tunggu... Dosen - Konsultan, technopreneur, dosen, hobby traveller

Tinggal di Jogja, hoby travel dan baca. Sehari-hari sebagai konsultan, dosen dan pembina beberapa start-up

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Aspirin, Kereta Gantung dan Misi Bangsa Membangun Tekonologi

12 April 2023   21:18 Diperbarui: 12 April 2023   22:53 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Aspirin, Kereta Gantung dan Misi Bangsa Membangun Teknologi

Tahun 2015 saya berkesempatan bekerja di pabrik yang pernah dikenal sebagai pabrik pertama pembuat salah satu obat terlaris di dunia: Aspirin. Nama kotanya: Bitterfeld.

Bayer adalah perusahaan Jerman yang memproduksi pertama kali. Sampai saat ini, obat ini tetap memegang rekor obat paling laku di dunia. Meski pabriknya di bangun pertama kali di Bitterfeld, tetapi skala lab obat ini pertama kali disintesis di kota Wuppertal.

Hebatnya pula, meski pertama kali disintesis secara skala lab di Wuppertal, kota di Jerman Barat, para pemimpin Jerman saat itu rela bila obat fenomenal ini dibuat di Bitterfeld, Jerman Timur. Bahkan di "desa" nya orang Jerman Timur. Padahal, eskalasi emosi Barat-Timur saat itu masih sangat tinggi. Orang Barat masih memadanga sebelah mata orang Timur. Sementara orang Timur menganggap merekalah yang paling heroik membela bangsanya. Hikmah penting yang bisa diambil, bahwa pemimpin yang ingin membangun teknologi perlu membangun "trust" kemampuan rakyatnya, bersamaan dengan menghancurkan "distrust" akibat suku, ras, golongan dan atribut sosial serta artefak lainnya yang berpotensi memisah kekuatan bangsa.

Sempat tinggal dan bekerja untuk misi training di Bayer Wuppertal beberapa bulan, saya juga berkunjung ke lab yang produksi obat paling laku di dunia itu. Di kota Wuppertal ini saya akrab naik transportasi massal unik kota ini yang dikenal dengan nama Schwebebahn, atau bahasa Indonesianya: kereta gantung. Kalau di kota lain, termasuk di Indonesia, kereta gantung dibuat hanya untuk turis, di kota ini kereta gantung menjadi jadi transportasi massal.

Konstruksinya Schwebebahn ini kokoh, rutenya membelah tengah kota yang harga tanahnya di kota ini mahal. Berapapun harganya, dulu kereta gantung ini dibuat bukan tujuan pencitraan. Pemerintah membuat sesuatu secara massal memiliki dua filosofi: melayani rakyat dan membuat bangga rakyat. Membuat bangga karena rakyat melihat sendiri dan menikmati hasil jering payah tangan anak bangsanya menundukkan teknologi.

Saat itu, ditengah kepungan Amerika dan sekutunya, juga Rusia dengan bloknya, Jerman nyaris terisolir. Kepercayaan diri ini ekstrim sangat penting untuk membuat kepala generasi muda tegak di tengah persaingan masa depan yang ketat. Persaingan yang dibawa ke ranah hidup dan mati bangsa.

Konon kalau kereta ini dibuat kembali saat ini, di belahan dunia manapun, dengan kualitas dan panjang yang sama, maka akan menghabiskan dana milyaran dollar (puluhan triliun rupiah). Itu baru uang untuk mengadakan teknologinya. Belum lagi potensi ongkos yang harus dibayar untuk menyewa berbgai modus dan atribut pencitraan.

Satu-satunya yang saya fahami "keberhasilan" pencitraan aspirin yang terkenal saat ini adalah citra aspirin sebagai penghilang sakit.

"Fast pain relief: All of a sudden that i could do things because I didn't have the pain"

(Penghilang nyeri yang cepat: Semua yang memungkinkan aku mengerjakan segala sesuatu dengan spontan karena aku tidak punya rasa sakit )".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun