Saya hanya duduk saja mendengarkan para jamaah sholat yang sedang berdiskusi. Bukan tidak mau ikut berpartisipasi. Rasanya kurang sopan kalau saya tiba-tiba harus mengeluarkan suara untuk berpendapat. Akhirnya saya duduk saja sambil menyimak perkataan mereka. Kesempatan itu tidak saya sia-siakan. Saya mencoba mengingatnya. Pada saat itu saya punya niatan untuk menulisnya di kompasiana.
Setelah beberapa menit mereka berdiskusi-karena memang tidak lama-akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa masjid di Kota lebih banyak jemaahnya daripada di kampung. Kesimpulan ini didapat dari hasil pengalaman salahsatu jemaah yang tinggal di salah satu perkampungan. Ketika shalat, si bapak tersebut hanya menemukan segelintir jemaah saja yang datang untuk menunaikan sholat. Pernyataan ini juga diperkuat dengan jemaah yang lain. Kebetulan dia baru saja pulang dari kampung halamannya daerah Sumatra. Dia mengemukkan bahwa hanya dia, istrinya yang menunaikan shalat subuh berjamaah. Pada ke mana ya penduduknya? hehe!Â
Apakah kesimpulan itu benar? Baiklah saya akan sedikit sharing saja. Di kampung halaman saya daerah bogor-sedikit pojok memang-jamaah shalat itu hanya anak-anak. Bapak-bapaknya tidak ada. Adzan pun hanya dikumandangkan oleh anak-anak. Setelah saya tanyakan ternyata mereka tidak suka dengan salah satu tokoh yang ada di masjid tersebut. "Sebetulnya dia (tokoh masyarakat) ingin mengajak kami untuk berjamaah, akan tetapi dengan caranya yang tidak benar, akhirnya jemaah minder gak mau datang lagi ke masjid. Fix dengan pengalaman saya, kesimpulan mereka benar. Saya tidak tahu, apakah ini juga berlaku di masjid-masjid kampung yang lainnya.
Selama hampir 4 tahun, saya menjadi marbot salah satu masjid yang ada di Bandung. Masjid tersebut berada di lingkungan masyarakat menengah ke atas. Memang benar jamaahnya lumayan banyak. Berjamaah pun tidak pernah kosong. Masjid selalu bersih dan rapih. Ini bisa jadi kemampuan finansial mereka lebih tinggi sehingga mudah untuk membayar pegawai untuk mensejahterakan masjid.Â
Demikian, semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H