DETAKMU
Aku menari
di hatiku yang tertambat pada rindu yang sedang cantik cantiknya
segenap harap yang ku genggam
Telah menjadi tumpukan kenangan
yang tak luruh di kekang sang waktu
Ditikam malam yang semakin dingin
Di antara hening kutemukan zona nyamanku
terukir dalam lekuk
Yang kini kerap kudapati sebagai fosil-fosil sunyi
Padanya  manik-manik sepi selalu  berkelakar menertawakan gemuruh hati yang teramat manis kusesap
Setelah aku  bicara terus terang tentang hati,
Musim penghujan  adalah penutup dari hati yang berduka
diantara gerimis telah berbaur air tuhan yang mengalir dari sekat hati
pertanda rasa ini telah sejiwa berdarah daging dan bertulang
Rancunya  hati membaca rasi bintangmu adalah kenyataan yang teramat pait dalam bab rindu sebab kata, frasa, dan  klausa telah tersusun  menjadi kalimat  dari rindu yang tak ingin pulang Â
Kini,
Detakmu memang perlahan
namun
berita angin yang gelisah
kutemui kentalnya aroma perjamuan
di sungai yang berarus rindu
Aku terus  menyakinkan diri
Aku terus berdamai pada realita
tanpa hatimu, Â
Itulah hidupku
https://youtu.be/i3UmC93OyvA
...
Suhawan tridoyo
Purwokerto, 19022020
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H