Mohon tunggu...
suhatman pisang
suhatman pisang Mohon Tunggu... Jurnalis - Pernah Menjadi Jurnalis Kompas TV ,SCTV,Indosiar,Skm.Canang Padang

Jurnalis Utama

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Sang Pemenang

15 Februari 2024   09:15 Diperbarui: 15 Februari 2024   09:33 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku Sang Pemenang
By : Suhatman Pisang

Buk, ini pertarungan. Bukan soal pilihan kita, suka kita,apalagi keinginan kita. Ini pertarungan sang penguasa melawan penguasa, yang sedang berkuasa melawan yang ingin berkuasa.

Siapa yang rela kekuasaan nya hilang ? Siapa yang ikhlas memberikan singasana emas ke orang ? Siapa yang sudi fasilitas berjibun terbang ? Siapa yang mau tak di jamu ? Siapa yang bisa tiba tiba tak didengar ? Siapa ? Siapa ? Saya ? Anda ? Kalian ? Hemmmm. Jangan munafik lah. Berkuasa itu keinginan diri. Berkuasa itu ambisi. 

Berkuasa itu enak.
Yang maju bertarung adalah keinginan mu, bertempur yang kau mau, perang kau lakukan.

Sebuah lomba pasti ada juara, sebuah perang pasti ada pemenang. Ada pecundang. Ada yang kalah ada yang terduduk lemas kehabisan tenaga ada yang tersungkur bercucuran darah, merintih menahan pedih dan rasa sakit kalah.

Buk, masih ingatkah ibuk ketika kita duduk bertiga bersama ayah di teras rumah, suatu siang yang hujan gerimis aku berkata : Negri ini milik dua ratus juta lebih suara , suara yang sama dengan suara ibuk, suara ayah, suara aku suara anak cucu mu. Suara profesor, suara doktor, suara sarjana segala sarjana, suara rakyat badarai di ujung desa, suara pariyem yang tak tahu angka, suara perampok di kota kota dan suara kyai ulama, semua sama satu suara. Hitung sajalah suara orang yang menerima Bansos, BLT, Bantuan hana hini dari sang Bapak hitung sajalah. Dan ternyata di negri ini orang orang pada setia, setia di suapi, enak di beri, enak di kasih, selalu ingin begitu dan begitu. 

Persetan di hujat, persetan di cap melarat, acuhkan dituding hina. Karena jika ditanya mereka iri karena tidak dapat.
Di garis finish lomba ternyata aku lah sang pemenang : Aku berhasil menenangkan ibuk dan Ayah agar tidak memakai hati dalam memilih karena kita akan kalah. Dan akhirnya akulah sang pemenang yang sudah bisa membuat ibuk tenang .

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun