Mohon tunggu...
Suharyo AP
Suharyo AP Mohon Tunggu... wiraswasta -

trainer dan penulis buku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jika Muhammadiyah dan NU Tidak Ada

22 Juli 2013   08:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:13 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sejak berdiri, Muhammadiyah  (1912) dan Nahdlatul Ulama (NU, 1926), tidak pernah berhenti berkarya di negeri ini. Kedua ormas besar tersebut telah melahirkan SDM handal yang telah ikut membangun negeri ini. Coba lihat Bung Karno yang pernah aktif di Majelis Dikdasmen Pekanbaru, Pak Soeharto (alumni SMP Muhammadiyah Jogya), Pak Jendral Sudirman (Kantu Pandu Hisbul Wathon, kepanduan di Muhammadiyah), para menteri di sejumlah kabinet banyak orng Muhammadiyah, dll. Terlepas dari kekurangannya, semuanya punya jasa besar bagi bangsa ini.

Begitu juga kader NU, banyak yang berjasa pada bangsa ini. Tim BPUPKI, di sana ada putra NU, dan sejumlah Menteri mulai dari awal kabinet dibentuk sampai sekarang banyak kader NU. Dan Gus Dur, Presiden RI merupakan mantan Ketua Tanfidiyah NU.  Dari contoh kecil ini, sangat tampak dengan jelas bahwa ke dua ormas keagamaan ini begitu banyak berbuat baik kepada bangsa kita.

Sekarang kedua ormas ini, terus bergarak dan menambah “garakan” baru, baik dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, hukum, sosial, dan tentu keagamaan. Di setiap jengkal negeri ini, ada garapan Muhammadiyah dan NU. Bangsa ini harus bersyukur punya Muhammadiyah dan NU.  Terlebih keduanya selalu berada dalam garis perjuangan yang on the track.

Kedua ormas ini tidak pernah merasa puas. Selalu mengembangankan sayapnya sampai ke luar negeri. Maka, bermunculanlah Ranting atau Cabang istimewa di negara lain. Koordinasi dan konsulidasi terus jalan. Tantangan dakwah ke depan semakin menantang. Bukan lagi persoalan lokal yang dihadapi, justru banyak menghadapi tantangan dunia internasional. Orang Muhammadiyah dan NU harus menjawab berbagai tantangan dakwah terhadap bangsa lain yang jauh lebih kritis dan rasional.

Dengan demikian, bisa dibayangkan, bagaimana jika Muhammadiyah  dan NU tidak ada? Bangsa ini akan kehilangan sayap pentingnya dalam menjawab berbagai tantangan bangsa yang sangat mendesak. Lha wong ada Muhammadiyah  dan NU yang cukup getol membekali anak negeri dengan ajaran agama dan moral masih saja korupsi dan penyimpangan tumbuh di negeri ini. Bagaimana kalau kedua ormas ini tidak melakukan sesuatu apalagi harus tidak ada ?

Maka, dalam hemat penulis, sampai kapanpun Muhammadiyah dan NU harus tetap ada. Hal ini untuk menjawab berbagai persoalan bangsa yang terus menantang. Bukankah Ali bin Abi Tholib pernah berkata, kebatin yang diorganisir dengan baik akan mengalahkan kebenaran yang tidak diorganisir dengan baik.

Maka, akan lebih anggun lagi kalau ke dua ormas ini terus mengembangkan lebih dahsyat lagi program kerjanya agar lebih menyentuh pada semua lapisan masyarakat, dan untuk menyiapkan SDM yang lebih mumpuni perlu kita didorong agar ke duanya sama-sama mewujudkan pogram mencetak seribu atau puluhan ribu doktor di tubuh masing-masing agar bangsa ini semakin tercerahkan. Semoga. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun