Iskandar dalam kitab Fathul Rabbani wafaidhatul Rahmani berkata "Ada 4 hal yang dibutuhkan bagi seorang penuntut Ilmu, yaitu: Berikan waktu untuk belajar, bersungguh-sungguh, adanya akal sehat, dan adanya keinginan yang besar untuk belajar." Beliau menyempurnakan yang kelima adanya pendidik yang senantiasa menasehati murid- muridnya.
Kita sama-sama mengetahui, bahwa Allah memberikan waktu di dunia ini 24 jam. Dari 24 jam itu dibagi 3. 8 jam pertama digunakan untuk tidur, 8 jam kedua digunakan untuk bekerja dan bersantai ria, sementara 8 jam ketiga ini khusus miliknya orang-orang yang sukses.Â
Ketika kita menggunakan waktu ketiga, di mana orang kebanyakan enggan untuk mengisinya dengan hal-hal positif, niscaya kita akan berbeda dengan yang lainnya. Misal, sebagai seorang pelajar senantiasa secara konsisten menggunakan waktu untuk membaca, niscaya ia akan berbeda dengan teman-teman lainnya.
Tidak ada keberhasilan yang dilakukan dengan main-main atau setengah -setengah. Keberhasilan hanya milik mereka yang sungguh-sungguh dalam segala hal. Ini sejalan dengan mahfudzat bahasa Arab "Man Jadda wa Jadah" artinya, siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkannya.
Kesehatan dan kesiapan akal juga salah satu kunci kesuksesan dalam menggapai asa. Maka itu, jangan dirusak oleh kenikmatan sesaat. Tidak usah jauh-jauh, ketika kepala pusing saja sulit untuk berpikir, apalagi kehilangan akal. Oleh karena itu, Allah peringatan agar menjauhi minuman atau makanan yang mengganggu kesehatan akal.
Keinginan akan sesuatu membuat orang melakukan apa saja agar tercapai asanya. Ketika seseorang pria tertambat hatinya kepada seorang wanita, walau pun sang kekasihnya jauh di mata, ia pun berusaha menghampiri walau harus berjalan ribuan kilo meter.
Nah, begitu juga dengan sang pelajar yang sudah jatuh cinta dengan belajar, ia pun berusaha sekuat tenaga untuk berjumpa dan bermesraan dengan belajar, berlatih, dan berkarya.
Di samping keempat yang harus ada pada diri para penuntut ilmu, ada yang tidak kala pentingnya dari itu semua, yaitu sang penuntut Ilmu mempunyai guru yang senantiasa menasehati, mensupport, memotivasi, dan menginspirasi.
Suatu hari penulis melihat sebuah tayangan di YouTube tentang seorang pelatih dan pemain bisbol yang berbadan gemoy di antara pemain lainnya. Dipanggillah pemain bisbol tersebut dan dipinta untuk merangkak dari pinggir lapangan yang satu ke pinggir lapangan yang satunya lagi. Dengan mata tertutup Ia merangkak sambil menggendong temannya. Mulailah ia merangkak dengan membawa beban berat dipunggungnya. Awalnya ia masih mampu merangkat hingga ke tengah lapangan. Namun, untuk merangkat selanjutnya ia sudah kelelahan dan hampir menyerah.
Sebagai seorang pelatih tidak tinggal diam, ia pun terus memberikan semangat dengan suara yang lantang sambil ia merangkak dan menepuk-nepuk tanah lapangan dengan keras. Apa yang terjadi, sesuatu yang mustahil terjadi dengan suport yang kuat dari sang pelatih si gemoy mempunyai kekuatan yang luar biasa diluar ekspektasinya. Ia mampu merangkat dengan beban yang berat dari pinggir lapangan yang satu ke pinggir lapangan yang lainnya. Teman-temannya pun dibuat terperanjat, yang pada akhirnya semuanya mengikuti dari belakang.
Maka itu, sang penuntut ilmu butuh guru-guru hebat yang senantiasa menasehati, mensupport, memotivasi, dan menginspirasi.Â