Mohon tunggu...
Suharto MTsN 5 Jakarta
Suharto MTsN 5 Jakarta Mohon Tunggu... Guru - Pendidik, penulis, Guru Blogger Madrasah, motivator literasi, pegiat literasi

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Permata dan Batu Bara

17 Januari 2024   16:29 Diperbarui: 17 Januari 2024   16:30 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Permata dan Batu Bara

Cing Ato

#SelfMotivated

Pernahkah Anda melihat batu bara? Penulis yakin Anda pasti pernah melihat bahkan pernah memegangnya langsung. Tetapi, pernahkah Anda melihat permata? Penulis yakin pasti pernah. Di mana? Yang pasti kebanyakan dari kita pernah melihatnya. Tetapi tidak langsung melihat bendanya di depan mata kita. Kebanyakan kita pasti melihatnya dari mba google atau televisi. 

Kita melihat batu bara bisa di mana saja, namun untuk permata sangat sulit karena nilainya sangat tinggi dan tempatnya sangat khusus, serta tingkat pengamanan sangat tinggi. Sementara batu bara digeletakkan di mana saja dan tingkat pengamanan biasa saja. 

Segenggam permata nilainya lebih tinggi dari puluhan ton batu baru. Jika dijual permata memakai timbangan gram, sementara batu bara perkilo bahkan sampai per-etonan.

Kok, bisa seperti itu? Bukankah permata dan Batu bara berasal dari unsur material yang sama dan dari tempat pembentukan yang sama? Terus apa yang membedakan sehingga nilai permata lebih tinggi dari batu bara.

Pak Anies Rasyid Baswedan pernah berkata dalam sebuah acara motivasi di pondok pesantren pimpinan ustaz Abdul Somad. Beliau menjelaskan bahwa permata prosesnya cukup lama, di bawah tekanan yang sangat tinggi, dan suhu  sangat tinggi. Sementara, batu baru kebalikan dari proses permata. 

Dari statement di atas tentang proses permata dan batu bara bisa kita jadikan pembelajaran dalam mendidik diri menjadi pribadi yang bernilai dalam hidup ini.

Ketika kita ditanya secara bersama"Siapa yang ingin menjadi permata ?" Pasti jawaban serentak sama. Semuanya ingin menjadi permata dan tidak ada yang ingin menjadi batu bara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun