Mohon tunggu...
Suhartini Tini
Suhartini Tini Mohon Tunggu... -

Saya seorang sarjana jurnalis, yang tidak lagi menjadi wartawan. Karena itu, melalui kompasiana ingin menuliskan pengalaman dan temuan berita dilapangan. Karena menulis adalah penyaluran inspirasi dan pendapat.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mari Jadi Pemilih Cerdas

19 Maret 2014   16:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:45 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tak terasa 20  Hari lagi tepatnya tanggal 9 April 2014, rakyat Indonesia akan melaksanakan pesta demokrasi. Rakyat banyak yang apatis, malas memilih karena dilapangan sudah banyak yang pasang tarip.  Kondisi menyedihkan ini sebenarnya terjadi setiap pemilihan, hanya saja tidak pernah diberikan solusi. Masyarakat mengaku apatis dan kecewa dengan caleg yang sudah duduk di legislatief, mereka hanya muncul dan muncul kembali pada saat pemilihan, padahal mereka punya hak ‘reses’ untuk berkunjung kepada masyarakat pemilih. Dan anehnya masyarakat tidak belajar pada masa lalu yang hanya diberi satu kali setelah itu tak datang lagi. Saat ini, masyarakat harus mulai cerdas...!!!

Mari Memilih Dengan Cerdas

Jika masyarakat ingin perubahan, mulai saat ini kita harus melakukan perubahan dari diri sendiri, keluarga dan sekitar tempat tinggal untuk melakukan yang terbaik pada Pemilu 2014 nanti. Ada beberapa hal penting yang harus dilihat masyarakat (pemilih) pada saat memilih nanti. Hal penting tersebut sebagai tolok ukur pantas atau tidaknya si calon dipilih.

Pertama, kenali latar belakangnya. Untuk mengetahui latar-belakangnya ini, kita bisa melihat dari riwayat pendidikan, tempat bekerjanya, hubungannya dengan masyarakat serta kabar tentangnya saat ini dan masa lampau. Dari mana mendapatkan informasi tersebut ?, tentunya cari sumber yang bisa dipercaya seperti tetangga atau guru, jangan percaya sumber yang asal-salan atau tim suksesnya.

Kedua, pahami karakternya. Sebelum kita memilih kita wajib mengetahui bagaimana watak dari si calon yang akan kita dukung untuk menang pada Pemilu 2014. Sebagai contoh, ada beberapa argument dari masyarakat mengatakan;  “nanti kalau sudah duduk pasti korupsi dan sombong”. Hal tersebut berkaitan erat dengan karakter si calon. Sombong itu karakter diri, tidak pelu kaya, miskinpun kalau memang karakternya sombong, dia akan sombong. Sama seperti korupsi, kalau memang dari awalnya sudah member uang duluan untuk dipilih, pasti ujung-ujungnya korupsi, karena dia harus mengembalikan uang yang dikeluarkannya. Tinggal bagaimana kita membangun rasa percaya kepada calon, sekaligus memahami karakternya pada saat kampanye. Karakter itu dapat dilihat pada saat calon tersebut berkomunikasi dengan masyarakat, pasti kelihatan mana calon yang obral janji dan mana yang jujur.

Ketiga, lihatlah visi dan misinya. Sebagai pemilih kita harus mengetahui apa yang akan diperbuat oleh calon tersebut, ketika ia duduk untuk mewakili rakyatnya. Biasanya calon yang cerdas akan membuat visi dan misinya dengan melihat problema yang ada di tengah-tengah masyarakat. Poin pendukungnya adalah, pastikan calon tersebut adalah putra daerah dan pastikan kita memiliki ikatan yang baik dengan calon tersebut. Pada poin ini kita bukan diajak untuk bernepotisme. Secara logika, Dewan Perwakilan Rakyat merupakan orang-orang yang akan mewakili rakyat untuk melakukan pengawasan dan ikut merumuskan kebijakan proi rakyat.

DPR akan menyuarakan hal-hal yang harus diperhatikan dari tiap-tiap daerah. Putra daerah pastinya akan lebih mengerti persoalan yang ada di daerahnya ketimbang orang lain yang bukan putra daerah. Bila ketiga poin dijalankan secara bersamaan, sudah pasti daerah akan dibangun dengan program yang sudah dirancangnya.

Sudah saatnya kita cerdas, Rabu 9 April 2014 nanti seluruh penduduk yang sudah berusia 18 tahun punya hak untuk memilih. Saya memilih…anda memilih…kita semua memilih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun