Assalamaulaikum, Warrahmatullahi Wabarrokatuh, salam sehat selalu..kali ini admin menuliskan sebuah artikel tentang anak tunadaksa. nah mau tahu tentang tunadaksa? mau tahu karakteristik anak tunadaksa? Â serta masalah apa saja yang dihadapi oleh anak tunadaksa? baca artikel ini dengan penuh penghayatan ya..Â
1. Pengertian Tunadaksa?
Seperti dikutip dari  situs resmi direktorat pembinaan sekolah luar biasa, tuna daksa berasal dari kata "tuna" yang berarti rugi, kurang, dan "daksa" berarti tubuh. Dalam banyak literature cacat tubuh atau kerusaklan tubuh tidak terlepas dari pembahasan tentang kesehatan sehingga sering dijumpai judul " physical and health impairments" (kerusakan gangguan fisik dan kesehatan).sebagai contoh : otak, adalah pusat kotrol seuruh rubuh manusia, apabila ada sesuatu yang siah pada otak ( luka atau infeksi ), dapat mengakibatkan sesutu pada fisik/tubuh, emosi atau temadap fungsi --fungsi mental.Â
Sementara Astati (2010) mendefinisikan tunadaksa sebagai penyandang bentuk kelainan atau kecacatan pada sistem otot, tulang, dan persend- ian yang dapat mengakibatkan gangguan koordinasi, komunikasi, adaptasi, mobilisasi, dan gangguan perkembangan.Â
dari berbagai penjelesan tersebut pada dasarnya yang dengan adanya ketunaan dalam diri seseorang seringkali eksistensinya sebagai manusia 'terganggu'. Sebagai akibat dari ketunaan dan pengalaman pribadi anak maka dibutuhkan keterampilan sesuai dengan kemampuan dirinya. Oleh karena itu orang-orang yang terlibat didalam pendidkan bagi 'anak luar biasa' harus mempunyai keterampilan dalam mengungkapkan dalam kebutuhan-kebutuhan personal psikologis yang dibutuhkan anak luar biasa. Layanan bimbingan dan konseling sangat diperlukan bagi anak luar biasa (ALB).
Anak --anak tuna daksa sebenarnya tidak selamanya memilki ketebelakangan mental. Ada yang mempunyai kemampuan daya piker lebih tinggi dibandingkan anak normal. Bahkan tidak jarang kelainan yang dialami seorang anak tuna daksa tidak mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan fisik serta kepribadiannya. Demikian pula ada pula diantara anak tuna daksa hanya mengalami sedikit hambatan sehingga mereka dapat mengikuti pendidikan ssebagaimana anak normal lainnya. Secara umum perbedaan antara anak tuna daksa dengan anak normal terutama dapat dalam tingkat kemampuannya. Namun hal ini Juga sangat tergantung dari berat ringannya ketunaan yang mereka sandang
2. Karakteristik Tunadaksa?
Karakteristik anak tuna daksa mempengaruhi kemampuan penyesuainan diri dengan lingkungan. Kecenderungan untuk bersifat pasif demikianlah pada halnya dengan tingkah laku anak tuna daksa sangat dipengaruhi oleh jenis dan derajat ketunaannya.
Jenis kecacatan itu akan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai kompensasi akan kekurangan atau kecacatan. Ditinjau dari aspek psikologis anak tuna daksa cenderung merasa malu, rendah diri dan sensitiva serta memisahkan diri dari lingkungan. Derajat keturunan akan mempengaruhi kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan, kecenderungan untuk bersifat pasif. menurut dari berbagai ahli karakteristik anak tunadaksa terdapat beberapa hal yang mendasar diantaranya :Â
Dr. Nurhastuti, M.Pd  (Dosen PLB Universitas Negeri Padang) dalam buku Bahan Ajar "PERSPEKTIF PENDIDIKAN ANAK TUNADAKSA" Tahun 2019 menjelaskan bahwa : Â
- Mengalami hambatan dari segi fisik, baik di salah satu atau beberapa bagian tubuh. Misalnya memiliki kelemahan pada kaki, tangan, jari -- jari, atau bagian tubuh lainnya.
- Mengalami hambatan dalam faktor motorik, baik untuk berpindah tempat, bergerak, berjalan, ataupun kurang bisa mengontrol koordinasi tubuhnya. Penyandang icerebral palsy sering kali melakukan gerakan ritmis yang bisa saja beranjak menjadi kekakuan dan kelumpuhan.Â
- Memiliki rasa kurang percaya diri dikarenakan keadaan pada kerusakan pada alat gerak tubuh yaitu: tulang, sendi, dan ototÂ
- Keadaan anak yang lemah di bidang fisik menyebabkan mereka kurang memiliki rasa percaya diri. Kadangkala jika tak di dampingi oleh orangtua dan pendidik yang mmapu memahami, anak penyandang tunadaksa cenderung menutup diri sehingga potensi lain yang dimilikinya dan seharusnya bisa dikembangkan menjadi terhambat.Â
- Hambatan dalam faktor sensorik yang meliputi pengendalian berbagai bagian tubuh oleh otak. Hambatan ini bisa memengaruhi penglihatan, pendengaran, bahasa, dan daya gerak. Inilah yang membuat para penyandang disability sering kali mengalami gangguan/hambatan dalam beberapa kategori bukan hanya pada satu kategori saja. Hal ini dikarenakan dengan cacat ganda.Â
- f. Hambatan dalam faktor kognisi yang membuat penyandang tunadaksa memeiliki kecerdasan di bawah rata -- rata. Hal ini terlebih karena 5 berbagai faktor lain seperti kurang percaya diri dan penangkapan yang sulit dibandingkan dengan faktor lainnya.Â
- Hambatan dalam mempersepsi sesuatu hal dengan tepat. Penyandang tunadaksa biasanya terjadi karena adanya satu hal yang ada di otak. Hal inilah yang menyebabkan keabnormalan fisik sehingga menjadi tunadaksa. Kelainan yang ada di otak ini (gangguan pada syaraf penghubung dan jaringan saraf otak) kebanyakan juga memengaruhi fungsi persepsi mereka sehingga kebanyakan penyandang tunadaksa menanggapi satu stimulus yang berbeda dengan tanggapan orang -- orang lainnya. Sebutan untuk ini adalah ketidaksingkronan persepsi terhadap satu stimulus sehingga membentuk respons yang kurang sesuai.Â
- Hambatan dalam segi emosi dan sosial. Kekurangpercayaan diri yang terjadi pada penyandang tunadaksa sangat memengaruhi emosi dan hubungan sosial mereka dengan orang lain. Perasaan malu, minder, rendah diri, dan sesitif sering kali hadir saat mereka harus bersosialisasi, terutama dengan anak-anak lain yang bukan penyandang disabillity. Oleh karena pandangan terhadap diri mereka sendiri yang buruk maka penyandang tunadaksa sering melakukan penolakan pada orang -- orang yang mendekat pada mereka.
- Â i. Kurang mampu mengembangkan konsep diri dan mengaktualisasikan dirinya. Secara kognitif kebanyakan penyandang tunadaksa sama dengan anak -- anak lainnya, namun kurang percaya diri menghambat proses pembelajaran mereka sehingga kurang pula memunculkan konsep diri yang utuh. Kurangnya kepercayaan diri ini pulalah yang menghambat aktualisasi diri para penyandang tunadaksa, terutama saat harus bergaul dengan orang -- orang di lingkungan sekitarnya. Minder, malu, dan rendah diri meredam potensi mereka yang semestinya bisa berkembang dengan optimal dan maksimal.
3. Masalah Emosi yang dihadapi Tunadaksa?
  menurut Dinie Ratri Desiningrum dalam bukunya yang berjudul Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus (2016: 98) menjelaskan bahwa  perkembangan Emosi Anak Tunadaksa Ketunaan yang ada pada anak tunadaksa secara khusus tidak akan menghambat dalam perkembangan emosi pada anak tunadaksa. Hambatan ini dialami setelah anak mengadakan interaksi dengan lingkungannya. Seringnya ditolak, seringnya mengalami kegagalan, ditambah kurangnya dukungan dari orangtua, menyebabkan anak tunadaksa sering nampak muram, sedih dan jarang menampakkan rasa senang. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H