Meski orang lain dapat menjadi cermin untuk kita berkaca diri, namun hendaknya cermin yang memiliki kualitas terbaiklah yang menjadi alat untuk kita berkaca. Hingga tidak ada celah bagi kita untuk memupuk kecewa.
Retaknya cermin tersebut tidak boleh menjadikan kita berputus asa sehingga menjadikan diri ikut retak. Pemahaman bahwa tidak ada manusia yang sempurna harus tertanam dalam diri kita. Hanya satu manusia yang sempurna, terhindar dari kesalahan, manusia ma'shum, yakni Rasulullah Muhammad SAW.
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Al-ahzab-ayat-21).
Pada akhirnya hanya orang-orang terbaik saja yang seharusnya menjadi cermin terbaik kita. Adapun sebagai manusia yang sering khilaf dan lupa ada kewajiban saling menasehati, hingga kita dapat saling berkaca untuk memperbaiki kekurangan dan meneladani kebaikan.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H