CERMIN RETAK
Oleh Suharni
Apa yang terlintas dalam benak kita ketika mendengar istilah "Cermin"? ya, cermin merupakan alat yang dapat kita gunakan untuk melihat kondisi kita. Dengan berdiri di depannya, Â cermin akan mengutarakan secara jujur kekurangan yang ada pada diri kita. sebagai salah satu contoh orang yang menggunakan jilbab, saat berdiri di depan cermin akan terlihat apakah jilbab yang dipakainya sudah rapih ataukah belum. Cermin tidak pernah berbohong akan hal itu.
Banyak jenis cermin yang tersedia di pasaran dari cermin cekung, cermin cembung, dan cermin datar. Masing-masing memiliki kegunaan dan manfaatnya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Namun, dari banyaknya jenis cermin tersebut hanya cermin dengan kualitas terbaik yang akan memberikan hasil yang terbaik, jernih dan jelas.
Apapun jenis cermin yang kita gunakan, apa yang akan terjadi bila yang kita gunakan adalah sebuah cermin yang telah usang? atau penuh debu? Atau bahkan cermin yang retak? Tentu hasil yang kita dapatkan tidak akan maksimal atau bahkan cacat. Begitu filosofi cermin, yang akan secara jujur menyampaikan kondisi sebenarnya dari diri kita.
Seorang manusia bagaikan cermin terhadap manusia lainnya. Seorang sahabat merupakan cermin bagi sahabatnya. Sabda Rasulullah SAW mengenai hal ini bahwa :
"jika engkau ingin mengetahui watak seseorang, maka lihatlah kawan akrabnya". (Al Hadits)
Dalam hadits tersebut, dijelaskan bahwa karakter seseorang tidak akan menyimpang jauh dari sahabatnya. Karena hati seorang manusia cenderung akan mencari sahabat yang sepemikiran, satu selera, satu ide dengan dirinya. Bagaimana jika orang yang kita jadikan sahabat adalah notabene orang yang tidak baik? Sahabat yang tidak baik ibarat cermin yang retak yang tidak mampu memberikan gambaran yang utuh akan potensi baik yang ada dalam diri seseorang.
Namun, sebaliknya bagaimana jika seseorang yang kita anggap baik, perjalanan hidupnya yang begitu hebat hingga kita jadikan ia sebagai sahabat bahkan menjadi sumber inspirasi, melakukan perbuatan yang membuat rasa kecewa dalam diri kita? Ada kewajiban pada diri kita untuk mengingatkannya, mengajaknya kembali pada hakikat pribadinya yang indah, menolongnya untuk menemukan kembali kebaikan yang ada pada dirinya agar cermin itu tetap utuh. Ada kewajiban kita untuk membantu membersihkan debu yang menempel pada cermin tersebut agar kembali bersih seperti semula dan mencegahnya agar tidak retak.
Akan tetapi, bagaimana jika tindakan yang kita lakukan tersebut tidak membuahkan hasil? ibarat cermin yang kita jadikan alat untuk mengaca itu telah retak, gambaran itu tidak sempurna dan tidak utuh lagi. Kewajiban kita sebagai sahabat dan sebagai manusia hanyalah samapai pada taraf mengingatkannya, selanjutnya Allah lah yang berwenang untuk membuka dan menggerakkan hatinya untuk kembali.