JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN
MODUL 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional
Oleh Suharni
"Sebagai seorang pendidik, jadilah seperti air. Teguh pendiriannya namun juga siap untuk menyesuaikan diri dalam menjalani proses belajar"
(Itje Chodidjah)
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Saya Suharni  Calon Guru Penggerak Angkatan 8 dari SMAN 1 Negerikaton yang berada di wilayah Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Pada kesempatan kali ini saya akan menyampaikan jurnal refleksi dwi mingguan modul 2.2 tentang pembelajaran sosial dan emosional.
Seorang guru merupakan sosok seseorang yang tidak hanya mengajar atau memberikan ilmu, akan tetapi lebih dari itu seorang guru adalah seorang pendidik yang bertugas untuk membimbing, menuntun, mengarahkan, dan mendidik anak didiknya agar menjadi anak-anak yang tidak hanya memiliki pengetahuan yang luas, tetapi juga memiliki kepribadian yang baik, akhlak yang mulia.
Dalam pembelajaran modul 2.2 tentang pembelajaran sosial dan emosional ini seorang guru harus dapat mnginterasikan pembelajaran social emosional dalam pembelajarannya di kelas agar dapat mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid sebagaimana yang dipaparkan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa sebagai pendidik, seorang guru hendaknya "menghamba" pada murid, menuntunnya agar potensi dan bakat mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Pada jurnal refleksi dwi mingguan ini saya menggunakan teknik 4F, yaitu Facts (peristiwa), feelings(perasaan), Findings (pembelajaran), dan Future (penerapan).
Facts (Peristiwa)
Modul 2.2 pembelajaran sosial emosional di mulai dari tanggal 4 Agustus 2023 dengan kegiatan mulai dari diri secara mandiri. Pada sesi mulai dari diri, saya diberikan pertanyaan tentang peristiwa yang pernah dirasakan sebagai sebuah kesulitan, kekecewaaan, kemunduran, atau kemalangan, yang akhirnya membantu bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya dan langkah yang dilakukan sehingga dapat bangkit kembali.
Pertanyaan ini mengingatkan saya pada kejadian-kejadian yang telah saya lewati selama menjadi guru. Tentu saja banyak kisah yang membuat saya kecewa atau merasa bersedih baik itu karena sikap dan perilaku murid, rekan sejawat, pimpinan, maupun orang tua/wali murid. Akan tetapi peristiwa-peristiwa yang terjadi tersebut menjadi bekal bagi saya untuk dapat bertumbuh dan berkembang lebih baik lagi.
Setelah mulai dari diri, kegiatan berikutnya adalah eksplorasi konsep. Pada eksplorasi konsep modul 2.2 PSE, saya disuguhkan dengan beberapa kasus yang umum terjadi di lingkup sekolah dan diminta untuk menyajikan penyelesaian terhadap situasi atau kasus yang terjadi berdasarkan pemahaman KSE tentang manajemen diri  berlandaskan kesadaran penuh (mindfulness).
Kegiatan berlanjut pada sesi Ruang Kolaborasi. Pada sesi ini, saya beserta teman-teman CGP didampingi oleh Pengajar Praktik, yaitu Bapak Sugi Hartono dan Ibu Wahyuni, kami dipandu oleh Faasilitator yaitu Ibu Ida Rita Sumanti, menanamkan pemahaman lebih dalam mengenai pembelajaran sosial emosional. Kami di bagi menjadi 3 kelompok berdasarkan jenjang SD, SMP, dan SMA. Dalam kelompok kami berdiskusi tentang kompetensi sosial emosional yang dapat kami terapkan di lingkungan kelas/sekolah.
Kegiatan selanjutnya adalah demonstrasi kontekstual yang dilakukan secara mandiri. Dalam sesi ini CGP diminta untuk membuat RPP terintegrasi KSE. Setelah demonstrasi kontekstual, dilanjutkan dengan Elaborasi Pemahaman yang dipandu oleh Ibu Desi Andriyani selaku Instruktur Nasional secara virtual. Kegiatan ini dihadiri oleh kami para CGP Lampung, denan didampingi oleh para Pengajar praktik dan Fasilitator. Pada sesi ini merupakan sesi penguatan pemahaman terhadap materi mengenai kompetensi sosial emosional yang harus mampu dipahami dan diterapkan oleh guru sebagai tenaga pendidik, khususnya calon guru penggerak.
Kegiatan berikutnya adalah koneksi antar materi. Bagaimana saya sebagai calon guru penggerak mampu membuat koneksi dari materi-materi yang telah didapatkan, yaitu filosofi pemikiran KHD, nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak, budaya posiitif, dan pembelajaran berdiferensiasi, dikoneksikan dengan pembelajaran sosial emosional.
Kegiatan terakhir adalah aksi nyata sebagai penerapan di kelas/seklah dari pemahaman mengenai KSE.
Feelings (Perasaan)
Saya merasa materi PSE ini amat penting sebagai bekal dalam memberikan pembelajaran yang berpihak pada murid dengan mengenal dan memahami karakter, dan emosi murid. Saya merasa termotivasi untuk lebih memahami lagi agar dapat menerapkan pembelajaran sosial emosional tersebut dalam proses pembelajaran di kelas, apalagi dengan keragaman murid yang ada dalam berbagai sisi, baik minat dan bakat, karakter, kemampuan, maupun gaya belajarnya. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi seorang guru.
Findings (pembelajaran)
Setelah mempelajari materi PSE sebagai sebuah proses kolaborasi yang  memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional sehingga nantinya mampu untuk Memahami, menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran diri), menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri), merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial),membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi), dan membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab).
Dalam modul ini dijelaskan kerangka sistematis dan kolaboratif pembelajaran kompetensi sosial dan emosional CASEL:
- Penciptaan lingkungan belajar yang tepat serta terkoordinasi untuk meningkatkan pembelajaran akademik, sosial, dan emosional semua murid
- Kemitraan/kerjasama sekolah-keluarga-komunitas untuk membentuk lingkungan belajar dan pengalaman yang bercirikan hubungan/relasi yang saling mempercayai dan berkolaborasi
- Kurikulum dan pembelajaran yang jelas dan bermakna, dan evaluasi secara berkala.
Dengan materi PSE ini menjadi bekal bagi seorang pendidik (guru) untuk mampu menciptakan lingkungan kelas yang kondusif dengan berbagai teknik yang dipelajari seperti teknik STOP, ataupun teknik-teknik lainnya.
Future (penerapan)
Dalam penerapannya di kelas/sekolah, langkah awal yang dapat dilakukan sebagai implementasi dari KSE adalah memulai dari diri sendiri. Menjadikan diri sebagai teladan, dan melakukan upaya kolaboratif dengan rekan sejawat.
Ke depannya saya akan berusaha menerapkan KSE di kelas, seperti melakukan ice breaking saat murid terlihat mulai jenuh belajar, melatih kolaborasi antar mereka, menanamkan sikap empati dan peduli terhadap sesama, menumbuhkan sikap disiplin dan saling menghormati, serta karakter-karakter baik lainnya yang dapat digali dari diri murid agar terciptanya pembelajaran yang kondusif, aman, nyaman, dan menyenangkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI