Dalam rangka meningkatkan semangat belajar, dan memberikan leluasa terhadap anak dalam pengambilan keputusan, pendekatan komunikatif-kolaboratif merupakan alternatif yang sangat menentukan.Â
Menurut Munirwan Umar dalam Jurnal Penelitiannya yang berjudul "Peranan Orang Tua dalam Peningkatan Prestasi Belajar Siswa" anak-anak tumbuh dan berkembang sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya, mulai dari kebiasaan interaksi dan komunikasi yang dilakukan dengan bapak, ibu, kakak, adik, juga kakek dan neneknya, dan sangat bergantung dengan situasi di rumah (menggosip atau menciptakan ruang belajar).
Kebiasaan interaksi dan pola komunikasi tersebut sangat dipengaruhi oleh dinamika semangat atau putus asa anak dalam belajar, berangkat dari fakta yang terjadi di lapangan, pola komunikasi orang tua dan anak cenderung monoton (satu arah) dan timpang sebelah, di satu sisi orang tua menyuruh dan menuntut anak untuk terus belajar saja, namun sang anak menginginkan untuk belajar sambil bermain, atau sekadar bermain saja. Anak meminta sarana belajar dan meminta didampingi, orang tua seringkali mengabaikan dan tidak memenuhinya.
Hal-hal semacam ini yang sering luput dari perhatian kita sebagai orang tua maupun anak, bagaimana mendorong daya semangat dan menciptakan ruang belajar yang efektif di lingkungan keluarga, sehingga apapun yang berkaitan dengan pendidikan, tidak selalu menjadi tugas dan tanggung jawab penuh lembaga pendidikan (sekolah).Â
Pendidikan selain di sekolah memang kurang diperhatikan, karena pola pikir dan kebiasaan turun-temurun yang tidak pernah diubah, yaitu pola pikir kita sebagai orang tua maupun anak yang memandang bahwa pendidikan hanya ada dan tersentral di sekolah.
Berikutnya persoalan kolaborasi atau kerja sama orang tua-anak dalam pengambilan keputusan masa depan pendidikan, lazimnya orang tua memang lebih dominan menentukan persoalan pendidikan, ditambah lagi dengan orang tua yang cenderung kurang percaya terhadap minat dan bakat sang anak.Â
Alhasil, orang tua dan anak sangat jarang melakukan kolaborasi atau kerja sama berupa melakukan komunikasi-negosiasi terlebih dahulu, kalau pun ada, keduanya saling mempengaruhi dan mempertahankan egonya masing-masing.
Berdasarkan penelitian Yohana Susetyo Rini dengan judul "Komunikasi Orangtua-Anak dalam Pengambilan Keputusan Pendidikan", terdapat tiga keluarga yang dijadikan sampel.Â
Dalam penelitian tersebut, terjadi hambatan komunikasi dan kolaborasi, faktor ini dipengaruhi oleh kesibukan dari keduanya, ketidakterbukaan anak kepada orang tua, dan orang tua yang terlalu memaksakan kehendaknya agar sesuai dengan keinginan dan harapan si orang tua tersebut.
Namun, dalam penelitian ini bertujuan untuk mencari dan mencapai keduanya saling pengertian (mutual understanding), yaitu orang tua dan anak di setiap pengambilan keputusan.
Dengan pendekatan komunikatif-kolaboratif (memahami pola komunikasi interpersonal, memiliki cita-cita dan tujuan yang sama perihal pendidikan), diharapkan mampu menciptakan ruang belajar di keluarga yang lebih stimulatif (mendorong), interaktif (saling aktif), dan persuasif (mengajak dengan halus).Â