Mohon tunggu...
Coretan Bung Anto
Coretan Bung Anto Mohon Tunggu... Administrasi - Founder Pemuda Percaya Diri (PPD)

"Manusia yang ingin terus belajar dan memberi manfaat terhadap lingkungan sekitar."

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menjelang Pilkades, Jalan di Tambal Seperti Ban Bocor

15 Februari 2021   05:48 Diperbarui: 15 Februari 2021   06:36 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Jalan Rusak dan Berlubang

Oleh: Bung Anto

Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) serentak Tahun 2021 segera digelar, jalan-jalan di desa yang awalnya berlubang mulai diperbaiki, namun perbaikan jalan itu bagi masyarakat dijadikan bahan candaan baru, karena jalan ditambal bagaikan ban bocor. Masyarakat mengira ternyata bukan hanya ban bocor yang ditambal, jalan pun juga ditambal dikarenakan rusak. Pemerintah ada-ada saja, begitu kira-kira obrolan warga melihat jalan yang ditambal itu.

Perbaikan jalan itu memiliki banyak arti. Ada yang menyebut untuk menarik kembali suara pemilih yang telah lama hilang karena Kades-Nya tidak bekerja, atau memang sudah terlalu parah dan harus segera diperbaiki, atau jangan-jangan itu bukan jalan lagi, tapi jurang, makanya lubangnya sangat dalam. Saking banyak dan dalam lubangnya, sebagian warga terpleset dan jatuh tersungkur dari kendaraannya.

Melihat jalan yang mirip jurang itu, tiba-tiba masyarakat meniru kata-kata iklan rokok sampoerna mild yang ada dalam gambar poster dijalanan itu. "Bukan Main!" Warga memaklumi perbaikan jalannya, bukan karena jalan yang rusak, karena jalan rusak sudah tidak bisa dibiarkan terjadi. Namun untuk perbaikan jalan menjelang Pilkades, masyarakat menganggap memang sudah biasa terjadi setiap tahunnya, apalagi mendekati pendaftaran, yang lebih parah lagi, warga mengaku perbaikan itu sudah menjadi tradisi yang tidak bisa dibantah, artinya saking sering dilakukan oleh pejabat desa.

Bahan yang dibuat untuk menambal jalan bukan lagi menggunakan bahan jalan aspal, tapi jalan sirtu. Berdoa dan berharap saja semoga setelah mendekati pendaftaran, bahan yang dibuat menambal bukan lagi sirtu, tapi aspal kerikil besar disertai lem dan taburan gula pasir, mungkin salah bukan gula pasir, tapi taburan pasir. Ayo berdoa dan berharap lagi ketika pendaftaran semakin mendekat bahan aspalnya lebih bagus menggunakan aspal yang agak kecil kerikilnya disertai lem yang lebih melekat dan awet. Semoga saja ya.

Pemerintah Desa (Kades) membantah tuduhan masyarakat bahwa perbaikan jalan dilakukan menjelang Pilkades hanya untuk mencari suara, Kades mengatakan perbaikan jalan itu bukan untuk mencari suara, tapi memang untuk mengurangi orang-orang jatuh dan mendukung kemajuan desa. Kemudian warga bertanya lagi. Kenapa baru sekarang yang diperbaiki Pak/Ibu Kades, dari dulu kemana? Tanya warga. Pak/Ibu Kades pun menjawab. Karena anggaran yang dulu itu digunakan untuk kesejahteraan masyarakat.

Maklum, bilangnya untuk kemajuan desa dan kesejahteraan masyarakat, tapi kenyatannya untuk memperkaya diri dan lingkungan keluarganya, ada yang bilang "sok tahu saja kamu", kemudian ada yang menanggapi lagi, "tapi ada benarnya juga". Tidak ada yang salah memperbaiki jalan, apalagi jalan yang sudah rusak dan berlubang, tapi herannya kenapa baru diperbaiki ketika menjelang Pilkades? Kemana saja waktu menjabat jadi Kades? Sibuk mengejar proyek atau sibuk mengumpulkan dana desa yang seharusnya digunakan untuk membantu masyarakat dan memperbaiki desa, kenapa malah masuk kantong pribadi?

Perbaiki jalan rusak dan berlubang dari awal menjabat.
Jangan diperbaiki hanya karena Pilkades sudah dekat.
Lakukan pekerjaan yang mampu mendatangkan banyak manfaat.
Agar masyarakat bisa merasakan hasil yang selama ini kau simpan rapat-rapat.
Dahulukan kesejahteraan masyarakat yang sempat terabaikan.
Singkirkan segala keinginanmu dalam mengejar dan mempertahankan jabatan.
Mengabdilah tanpa memikirkan tambahan penghasilan.
Karena pemimpin yang sesungguhnya akan melakukan sesuatu dengan segala pengorbanan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun