Nak, Ini ada sedikit kopi, asli tumbuh dan diolah di Agusen, jangan lupa kesini lagi nanti ya! seru Ibu (warga Desa Agusen, Gayo Lues) itu, setelah kami selesai makan di rumah ibu nya.
Dari tepian sungai lembah perbukitan Agusen yang tumbuh tanaman kopi-kopi, aku melihat ada cinta tumbuh dengan subur disini, laksana suburnya pepohonan pinus yang selalu melambaikan dedaunan dengan ramah, tumbuh kokohnya pepohan kemiri, atau tumbuh mengaromanya wangi kopi-kopi terbaik dari Agusen itu sendiri.
Gayo Lues memang berhasil menunjukkan kelayakan dan kepatutan untuk tinggal di hati sesiapa saja yang bertemu dengan nya. Ia menggoda dengan cukup elegan, dan ia berhasil menunjukkan bahwa ia adalah kelembutan, kesejukan dan keteduhan. Maka, pantaslah Gayo menetap tinggal di hati-hati dan jiwa-jiwa yang tenang.
Selama 21 hari di Gayo Lues, kembali merefresh ingatanku terhadap masa KKN ku 21 hari di Simeulue Cut tahun 2017 lalu. Sembari sejenak sedikit lebih panjang menghela nafas, aku merefleksi dua peristiwa hidup ini. Bahwa akan selalu ada ingatan melekat atas perjalanan yang manis, atas pertemuan yang manis dengan orang-orang manis, atau kisah manis di tempat yang manis. Dan seluruh perjalanan ini kumaknai laksana perjalanan spiritual, sebab aku medapatkan banyak pelajaran di dalamnya.
Semua bermula dari mengikuti pendidikan pelatihan dasar (Latsar) CPNS 2022 di Gayo Lues, kami yang berjumlah 40 orang dari 4 Kabupaten/Kota (Aceh Jaya, Aceh Barat Daya, Aceh Singkil dan Lhokseumawe) ditempatkan di Hotel Nusa Indah Blangkejeren. Dengan ragam asal, latar belakang dan karakter, perjalanan pun dimulai.
Mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dan agenda pembelajaran Latsar bersama selama 21 hari, kami ber-40 dengan seiring waktu terus Kolaboratif mengHarmoni, sebab kami harus Adaptif dengan situasi ini. Layaknya sebuah organisasi, kami juga membentuk struktur kelas belajar, kelompok dan tim yang tentu melahirkan ragam aturan dan konsekuensi, mengajarkan kami untuk Akuntabel, Kompeten dan Loyal yang keseluruhan itu semua haruslah Berorientasi Pelayanan.
Kembali, setiap perjalanan dan pertemuan yang memberiku pelajaran, selalu kumaknai sebagai perjalanan spiritual. Aku melihat bagaimana seorang Ibu yang menanam tembakau di Kedah, seorang bapak yang memanen biji kopi di Agusen atau mendengar cerita abang yang menderek getah pinus di Rikit Gaib, yang semuanya itu telah menyisakan pelajaran tersendiri bagiku.
Dataran tinggi Gayo benar-benar adalah kehidupan, tanah yang tercipta sebagai tanah yang kaya dan subur, orang-orang Gayo benar-benar adalah kekumpulan cinta yang terpadu menjadi suatu entitas dan identitas.
Aku melihat betapa Tarian Saman telah menyatukan mereka, sarung-sarung telah menjaga mereka dari dinginnya malam. Kesetiaan terhadap simbol adat budaya dalam setiap sendi kehidupan mereka, kita bisa melihat bagaimana simbol adat budaya itu melekat di gedung-gedung publik, atau melebur di baju batik seragam sekolah. Semua itu me"reusam" membentuk suatu entitas dan identitas yang terjaga, sebagaimana terjaganya nikmatnya Asam Jing yang terhidang di rumah-rumah mereka.
Gayo Lues benar-benar terjaga oleh kokohnya pegunungan Leuser, kokohnya Reusam di sendi kehidupan bermasyarakat. Terimakasih telah memberikan perjalanan manis, pelajaran manis dan cinta yang manis. Terimakasih pula telah menerimaku yang masih banyak kekurangan dan masih harus belajar. Terimakasih pula telah menjadi teman dan guru yang baik. Semoga kita segera bertemu, bercerita lebih panjang, bercanda ria lebih lepas.