Mohon tunggu...
Suhardin Djalal
Suhardin Djalal Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Sekolah Rakjat

Gooners Arsenal

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Sebelum Rakyat Diminta "Jangan Golput", Sebaiknya Pejabat Dulu "Jangan Korupsi"

12 Maret 2019   11:55 Diperbarui: 12 Maret 2019   19:46 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
baliexpress.jawapos.com

Memilih Golput?

Pemilihan Umum Serentak akan dilaksanakan pada tanggal 17 April 2019, Rakyat Indonesia akan menentukan pilihannya untuk menentukan siapa Presiden, DPR dan DPD pada lima tahun mendatang. Hampir semua tahapan telah berjalan, pencalonan, kampanye hingga pendataan para pemilih. Pada 17 April 2019 mendatang, kandidat akan berharap banyak kepada pemilih, karena hanya dengan dukungan masyarakat lah, kandidat tersebut bisa mendapatkan jabatan politik tersebut.

Namun, bagaimana jika ternyata rakyat enggan memilih, dengan berbagai alasan seperti kurang percaya dengan kandidat. Rakyat sudah bosan dengan janji-janji politis para kandidat, yang kian mempesona tapi tidak meyakinkan. Selain itu, rakyat sering mengaku kecewa dengan maraknya kasus korupsi, sombong nya kandidat pasca terpilih, atau lalai nya kandidat yang terpilih kepada aspirasi nya, dengan pertimbangan pengalaman selama lima tahun ke belakang. Tentu itu semua bukan lah mengada-ada, fakta terjadi cukup jelas, Koruptor selalu saja ada.

Lantas, bagaimana kalau Rakyat memilih untuk Golput? Siapa yang rugi? Siapa yang untung?

Alangkah miris sekali, jika kita tiba pada perhitungan rugi dan untung dalam demokrasi. Ini pertanda apa? Salah di mana? Dan harus bagaimana?

Mari kita ungkit kebobrokan yang ada dan terjadi, mulai dari korupsi, betapa banyak sudah kita mendengar kasus korupsi yang dipraktekkan oleh pejabat Pemerintah, anggota DPR bahkan sampai kepada lingkungan kekuasaan kehakiman. Kita juga bisa survey kepuasan masyarakat, betapa tidak jarang kita mendengar keluhan masyarakat dengan ungkapan kekecewaan "Untuk apa di pilih lagi, selama ini dia tidak pedulikan kita" atau "Hari ini dia mendekati kita, setelah dia terpilih, dia akan menjauh". Itu adalah sekilas fakta yang sering terjadi. Lain hal lagi dengan praktek Money Politic yang semakin bertambah bahkan dengan motif yang bervariasi. Ini tentu menjadi salah satu alasan penyebab tingginya tingkat korupsi di Indonesia.

Sebelum Rakyat Golput, telah dipromosikan kepada mereka "Tolak Golput", "Pilihan mu menetukan arah Indonesia kedepan" dan bentuk nasihat lainnya. Kemudian, jika Rakyat Golput, siapa yang rugi atau untung? apakah Rakyat atau Kandidat? Semua jawaban tergantung cara pandang.

Tapi, jika sebelum Rakyat disuruh "Jangan Golput", sebaiknya pejabat dulu selesaikan diri untuk "Jangan Korupsi"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun