[caption id="" align="aligncenter" width="374" caption="Bapak Tjokoaminoto"][/caption] 8 April lalu saya menyaksikan program Mata Najwa yang membahas film biografi Bapak H.O.S Cokroaminoto. Menarik, sekaligus buat penasaran. Apalagi mendengar komentar dari Pak Anies Baswedan yang mengatakan kalau Pak Cokro adalah sosok guru yang menggerakan. Kalau hari-hari ini kita mendegar ada sebutan guru yang kreatif, inovatif, dan inspiratif; Pak Cokro melampauinya, karena tidak hanya sebatas itu, beliau mampu menggerakan. Dia bagaikan penyengat, menyengat setiap orang yang dijumpainya sehingga mampu bergerak. Dia menggerakan !, kira-kira begitulah inti dari komentar dari Mas Menteri Pendidikan kita. Hijrah dan Iqro' Jika memang tertarik, mestinya saya nonton saat pertama kali tayang di Bioskop 9 April lalu. Namun, karena berbagai kendala, barulah tadi malam kesampaian untuk menonton. Momen itu juga menjadi pengalaman pertama kali saya nonton di bioskop. Kolot ya ? Memang ia, selama ini saya hanya nonton film di laptop hasil copy dari teman-teman. Ya...Gue mah gitu orangnya, hehehe. Pada menit-menit awal film berjalan, secara pribadi saya sudah menemukan cikal bakal pergerakan yang dilakukan oleh Pak Cokro. Bisa dikatakan, inti film itu ada pada nasehat dari kakeknya yang didasari pada ajaran Islam. Ada dua hal yang bisa dilakukan dalam meneladani Nabi Muhammad SAW, yaitu Hijrah dan Iqro'. Begitulah nasehat yang selalu bergema dalam pikiran Cokro. Dia gelisah dengan pesan tersebut. Selalu muncul pertanyaan tentang "hijrah" dalam benaknya. Kata hijrah berasal dari Bahasa Arab, yang berarti meninggalkan, menjauhkan dri dan berpindah tempat. Hijrah bisa memiliki banyak makna bergantung konteks yang dibicarakan. Hijrah menggambarkan perpindah, perubahan dari status quo. Dalam film tersebut, dilukiskan bagaimana Pak Cokro menggerakan banyak orang untuk hijrah dari kebodohan, perbudakan, penjajahan dan kondisi yang ketidakadilan. Mereka membangun pergerakan yang menjunjung tinggi prinsip "sama rata, sama rasa". Dalam konteks kekinian, "hijrah" juga masih tetap relevan. Kehidupan dunia yang selalu dinamis, berkembang, perubahan zaman dan iklim, menuntut kita untuk terus berhijrah dalam setiap proses kehidupan. Kita selalu berhijrah menuju "puncak" kehidupan yang lebih baik. Berhijrah dari kondisi biasa, menuju kesuksesan atau pencapaian yang luar biasa sesuai impian masing-masing. Kata kedua yang menyengat saya adalah Iqro'. Jujur saja, bagi saya kata ini sangat asing. Baru pertama kali mendengar setelah menonton filmnya. Setelah mencari informasi, kata itu diketahui bagian dari Surat dalam Kitab Suci Alqur'an. Inti dari semua penjelasan tentang Iqro' itu adalalah pesan untuk: "Bacalah, dan bacalah !". Keren. Saya suka dengan pesan tersebut. Membaca memang kunci utama untuk bisa hijrah. Membaca adalah dasar kita menyerap informasi, mengolahnya secara sistematis, lalu kemudian memutuskan apa yang harus dilakukan. Baca yang banyak, telah membuktikan banyak tokoh yang cerdas, berpengaruh, dan tentunya dikenang sepanjang masa. Sama seperti Pak Cokro, akan menjadi abadi semua kisa pergerakannya. Baiklah, sekian dulu catatan sederhana ini. Saya pamit untuk belajar dan terus berusaha agar bisa Hijrah dan Iqro' dengan baik. Semangat untuk selalu "Iqro'" , agar bisa menemukan jalan/arah "hijrah" yang tepat. Selama pagi, sehat dan sukses selalu. GBU
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H