Begitu tiba di kost, saya segera mencari Boros di kamarnya. Dia sedang tidur. Saya mengetuk pintu kamarnya berulang-ukang. Syukur, tidak lama kemudian pintunya terbuka.
Saya masuk, eh Boros sudah terlentang lagi di kasur. Saya memukul kakinya. Dia mengangkat muka dan bicara dengan malas, "Ada apa, Bro ?".
"Bangun dulu !", saya mendesak. Saya memukul lagi kakinya.
Boros kemudian bangun dengan terpaksa. Sambil mengucel mata, dia turun dari tempat tidur, kemudian megambil segelas air di dispenser. Belum sempat dia menghabiskan minumnya, saya sudah meminta agar segera duduk.
"Ada apa sih ?", keluhnya.
Saya menunjukkan foto di layar gadget, "Lihat ini Boros !, saya dapat undangan dari pengelola Kompasiana". Saya tersenyum bangga, sambil menunggu respon Boros.
Dia diam saja, kelopak matanya kembali meredup. Responnya bukan dikategorikan 'dingin', tapi sudah pada level 'beku'. "Kurang ajar Si Boros ne", umpat saya dalam benak saja.
"Boros coba kau baca", sambil saya menepuk pundaknya, "saya disapa sebagai Kompasianer Kupang, keren kan ? Mereka mengundang saya untuk ikut acara 'Nangkring Bareng BKKBN Kupang'. Saya merasa bangga, kawan".
"Apa itu Kompasianer ?"
"Itu sebutan bagi orang yang ikut bergabung menjadi blogger Kompasiana".
"Kompasiana itu apa ?", Boros kembali bertanya, kali ini matanya terbelalak. Saya senang karena dia sudah lebih perhatian.