Praktek profesi ners telah dilalui beberapa bulan. Begitu banyak hal yang diperoleh berupa ilmu, kenalan, dan pengalaman. Bagi saya, pengalaman yang diperoleh merupakan paling menarik sekaligus penting. Benar orang mengatakan, “pengalaman adalah guru yang berharga”.
[caption id="attachment_366053" align="aligncenter" width="448" caption="Penyuluhan Kesehatan di RS Petrokimia Gresik oleh Mahasiswa Ners Unair"][/caption]
Kemarin (15/05/15), pengalaman baru terukir kembali. Kami mahasiswa praktik profesi ners dari Fakultas Keperawatan Unair melaksanakan penyuluhan kesehatan. Kegiatan berbagi informasi itu sering disingkat dengan PKRS (Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit). Ia, dinamakan demikian karena memang dilaksanakan di rumah sakit, tepatnya di ruang nifas RS Petrokimia Gresik.
[caption id="attachment_366054" align="aligncenter" width="448" caption="Briefing team sebelum penyuluhan dimulai"]
ASI Ekslusif
Penyuluhan yang diberikan berisi tentang ASI Eksklusif. “Makanan terbaik bagi bayi usia 0-6 bulan hanyalah ASI”, begitu kira-kira slogan yang sering dilontarkan oleh petugas kesehatan maupun lewat poster yang tertempel di mana-mana. Mungkin sudah bukan rahasia lagi, semua orang pada tahu tentang info tersebut. Atau paling tidak, sebagian besar orang pernah mendengar informasi yang baik itu.
[caption id="attachment_366055" align="aligncenter" width="448" caption="Setelah Briefing, siap-siap mulai penuluhan"]
Karena dianggap sangat penting, informasi ini selalu diulang penyampaiannya. Itulah alasan mengapa kami kembali diberi kepercayaan menyampaikan kembali informasi tersebut. Kami mengulas tentang apa itu ASI, manfaat ASI bagi bayi dan ibu, kandungngan nutrisi yang terkandung dalam ASI, dan cara menyimpan ASI yang sudah diperah.
Peserta yang hadir merupakan ibu postpartum (sehabis melahirkan) beserta keluarganya. Mereka cukup antusias mendengarkan penyuluhan yang disampaikan oleh Mbak Vivi dan dibantu Mbak Agida sebagai moderator. Teman-teman lain berperan sesuai jobdesk yang telah ditentukan dalam SAP (Satuan Acara Penyuluhan).
[caption id="attachment_366058" align="aligncenter" width="448" caption="Mbak Vivi (dekat whiteboard), sedang menjelaskan tentang "]
Penyuluh ASI, Sebaiknya Yang Berpengalaman.
Peyampaian materi ASI eksklusif berlangsung selama 20 menit. Selanjutnya moderator mangatur jalannya diskusi. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh peserta yang didominasi ibu primipara (melahirkan pertama kalinya). Banyak persoalan yang mereka temukan dalam mengimplementasikan pemberian ASI ekslusif.
Peserta lebih banyak menceritakan bagaimana pengalaman mereka menemukan kesulitan dalam memberikan ASI, dan meminta solusi yang terbaik. Untungnya, penyuluh (Mbak Vivi) beserta beberapa anggota kelompok kami yang lainnya sudah menikah dan memiliki pengalaman memberikan ASI eksklusif pada anaknya. Karena sudah mengalami, jawaban atau solusi yang diberikan begitu meyakinkan para peserta.
[caption id="attachment_366059" align="aligncenter" width="448" caption="Mbak Agida (paling kiri) sebagai moderator, mendengar secara aktif pertanyaan peserta"]
“Begini Ibu-ibu, masalah yang Anda hadapi, pernah juga dialami oleh saya dan tentunya juga Ibu yang lainnya”, itulah kalimat pertama yang dilontarkan penyaji saat menjawab pertanyaan peserta. Kalimat tersebut tentunya meningkatkan “trust” peserta terhadap kapabilitas penyaji ataupun kebernaran informasi yang disampaikan. Karena pernah mengalami, penyaji dengan gamblang menceritakan bagaimana mengatasi masalah-masalah dalam memberikan ASI dengan teknik yang sederhana, menggunakan sarana yang mudah didapat dalam keseharian.
Kalau kita pikirkan baik-baik, seandainya saya Saver, -seorang laki-laki yang belum menikah dan tentunya belum memiliki anak- memberikan penyuluhan / motivasi tentang ASI ekslusif bagi Ibu menyusui, efektifkah ? Saya tidak yakin kalau ibu-ibu akan percaya dengan apa yang disampaikan. Mungkin saja mereka berangggapan, “Bapak tahu apa soal menyusui, kami yang melakukan tidak semudah apa dibicarakan”. Maka, menurut saya, sebaiknya peyuluhan ASI eksklusif lebih cocok dilakukan oleh orang yang berpengalaman.
Rasa ASI berbeda ?
Ada satu pertanyaan menarik dari peserta. Saya pun cukup kaget mendengarnya. Diceritakan kalau bayinya lebih suka menyusui pada payudara sebelah kiri dari pada payudara sebelah kanan. Hal itu dibuktikan saat bayi menyusui pada payudara kiri cenderung mengisap dengan baik dan tidak rewel. Berbeda saat menyusui pada payudara kanan, bayi cenderung rewel dan tidak mengisap dengan baik. Setelah meceritakan pengalaman tersebut, tiba-tiba salah seorang ibu (peserta) lainnya menyeletuk, “Mungkin karena ASI payudara kanan rasanya lebih hambar atau pahit dibandingkan ASI payudara kiri ?”.
[caption id="attachment_366062" align="aligncenter" width="448" caption="Ibu Yuli (menggunakan baju batik dan jilbab biru) sebagai pembimbing klinik, melengkapi jawaban penyaji."]
Penyaji yang dibantu oleh Ibu Yuli sebagai pembimbing klinik memberikan jawaban atas persoalan tersebut. Pada intinya, informasi mengenai perbedaan rasa ASI itu hanyalah mitos. Struktur payudara kiri dan kanan, secara anatomi dan fisiologis pada umumnya sama. Tidak mungkin rasa ASI yang dihasilkannya berbeda. Lagi pula, pernahkan kita (orang dewasa) mencicipi rasa ASI tersebut ?
Jika tidak berbeda, mengapa bayi kelihatan lebih memilih salah satu sisi payudara ? Menurut Ibu Yuli, ada banyak faktor yang mempengaruhi. Bisa karena kondisi puting yang lecet sehingga bayi merasa tidak nyaman. Bisa juga karena tidak dibiasakan menyusui secara bergantian antar payudara kiri dan kanan sejak awal. Atas persoalan tersebut, tetap disarankan agar ibu menyusui tetap berupaya dengan sabar memberikan ASI secara bergantian antara payudara kiri dan kanan. Memberikan ASI adalah suatu keterampilan. Keterampilan membutuhan latihan atau usaha terus-menerus secara berkesinambungan. Ala bisa karena biasa.
[caption id="attachment_366063" align="aligncenter" width="448" caption="Evaluasi bersama setelah penyuluhan"]
Keberhasilan ASI Eksklusif: Tanggung Jawab Bersama
Sudah tidak terbantahkan betapa baik dan pentingnya ASI dibandingkan susu formula. Banyak manfaat yang bisa didapat, khususnya bagi bayi dan ibu. Namun, tantangan yang dihadapi tidak mudah dan bervariasi. Ada yang mengeluh produksi ASI sedikit atau tidak ada; Ada yang menghidar menyusui karena rasa sakit; Ada yang mengganggap ASI tidak cukup untuk kebutuhan nutrisi bayi; dan masih banyak hambatan lainnya.
Hambatan tersebut tidak kita ingkari. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya jika kita mau melakukan. Butuh kesebaran. Butuh niat dan usaha yang luar biasa.
Pemerintah telah membentuk sistem yang memungkinkan terlaksananya program tersebut. Tenaga kesehatan perlu terus mengingatkan lewat pendidikan kesehatan. Ibu menyusui kiranya memiliki niat untuk berupaya memberikan nutrisi yang terbaik bagi bayinya. Suami dan keluarga terus memberi dukungan tiap saat. Masyarakat turut memberi dukungan dengan menciptakan lingkungan yang kondisif bagi ibu menyusui. Kita semua, tanpa terkecuali, berperan dalam mensukseskan setiap ibu memberikan ASI ekslusif. Usia 0-6 bulan, hanya memberikan ASI sebagai nutrisi terbaik bagi bayi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H