Setiap cerita memang mengangkat beragam tema. Meski demikian, bila kita mencermati hubungan satu cerita dengan cerita yang lain, hal itu menjadi semacam autobiografi penulisnya. Dugaan itu muncul karena dari 9 cerita, semua menggunakan sudut pandang orang pertama tunggal, dan nama tokoh aku itu sesekali disebut Aldo, atau lebih lengkapnya Robertus Aldo Nishauf.
Cerpen "Siapa yang Menyuruhmu Masturbasi?" saja yang menggunakan sudut pandang orang ketiga. Di situ Aldo seperti sedang mengisahkan temannya yang bernama Ivan, mahasiswa yang akan menjalani ujian skripsi, tapi gagal lantaran keranjingan melakukan masturbasi.
Dari segi teknis penulisan cerpen, saya pikir buku ini tanpa banyak cela. Setiap cerpen dibukan dengan kalimat yang kuat; kalimat yang merangsang pembaca untuk terus penasaran, ada apa lagi setelahnya. Saya kira bukan hanya kalimat pertama, kalimat selanjutnya hingga kalimat terakhir pun tetap memikat pembaca, setidak-tidaknya untuk saya. Penulis memiliki kemampuan menulis narasi yang rapi dan runut, sehingga tidak memusingkan pembaca.
Kombinasi antara narasi, deskripsi, dialog, dan elemen cerpen lainnya juga runtut. Pengenalan atau penggambaran tokoh juga sangat juara. Setiap tokoh digambarkan selayak orang yang hidup; ia mempunyai masa lalu dan mempunyai harapan-harapan yang ingin dicapai, tapi memiliki banyak kendala dalam prosesnya. Kendala yang dihadapi tokoh-tokoh tersebut membuat cerita memiliki ketegangan yang stabil. Hal itu didukung pula dengan alur cerita yang maju-mundur, dan hal ini pula yang membuat saya sebagai pembaca tidak rela meninggalkan buku sebelum selesai hingga akhir.
Ending ceritanya juga bikin geregetan; karena penulisnya hampir membuat semua akhir cerita yang menggantung. Penutup cerita seperti itu memungkinkan pembaca untuk terus berpikir atau berimajinasi, apa lagi yang akan dialami para tokoh selanjutnya. Itu seperti cerita yang belum selesai, dan penulisnya ingin membebaskan pembaca untuk menentukan bagaimana kisah itu mau diakhiri.
Sarat dengan Sara dan Vulgar
Urutan cerpen dalam buku tersebut menggambarkan kisah penulisnya ketika memasuki masa kuliah di Jawa. Selama di Jawa, Aldo si penulis itu merasa dipandang tidak adil oleh orang-orang kota itu.
"Setengah warga kota ini menatap saya dengan jijik," demikian keluhannya pada halaman 2, "dan sering pula beberapa dari mereka tidak tahan untuk bertanya secara langsung, mengapa rambut saya terlalu keriting, mengapa rahang dan hidung saya sangat besar."
Apakah Aldo menerima perundangan itu begitu saja dengan tabah? Tentu saja tidak, meski ia membalas perilaku rasis itu tidak secara terbuka. Kalau tidak maki-maki dalam hati, ya, dituliskan dalam cerita seperti yang dilakukannya dalam buku tersebut. Seperti ketika ia menghadapi Endah Galuh Dalimah, tokoh orang Jawa yang menjadi teman kuliahnya saat itu. Aldo sangat membenci Endah, sampai ia mengatakan lewat tatapan mata: "Kasihan kau, Anak Jawa. Kau kaya dan trendi, tapi tolol bukan main."
Isu SARA model olok-olokan berbasis suku seperti itu banyak kita temukan dalam cerpen yang lainnya. Pendek kata, ada banyak konten yang sarat dengan sara, termasuk juga cukup vulgar.
Pada halaman sampul buku ini memang sudah diberi tanda khusus "Untuk Dewasa", sebab banyak adegan yang terbilang cukup vulgar. Sebagai anak muda yang normal, Aldo tentu saja berpacaran, bahkan memiliki banyak kekasih. Kisah percintaan masa muda itu diwarnai dengan aksi ciuman, berpelukan, hingga melakukan hubungan layaknya suami istri. Beberapa cerita dalam buku ini memang dengan jelas mendeskripsikan adegan hubungan seks; seperti membenarkan berita-berita seks bebas remaja yang kita dengar atau baca selama ini.