Mohon tunggu...
Saverinus Suhardin
Saverinus Suhardin Mohon Tunggu... Perawat - Perawat penulis

Saverinus Suhardin. Seorang Perawat yang senang menulis. Sering menuangkan ide lewat tulisan lepas di berbagai media online termasuk blog pribadi “Sejuta Mimpi” (http://saverinussuhardin.blogspot.co.id/). Beberapa opini dan cerpennya pernah disiarkan lewat media lokal di Kupang-NTT, seperti Pos Kupang, Timor Express, Flores Pos dan Victory News. Buku kumpulan artikel kesehatan pertamanya berjudul “Pada Jalan Pagi yang Sehat, Terdapat Inspirasi yang Kuat”, diterbikan oleh Pustaka Saga pada tahun 2018. Selain itu, beberapa karya cerpennya dimuat dalam buku antologi: Jumpa Sesaat di Bandara (Rumah Imaji, 2018); Bingkai Dioroma Kehidupan: Aku, Kemarin dan Hal yang Dipaksa Datang (Hyui Publisher, 2018); Jangan Jual Intergritasmu (Loka Media, 2019); dan beberapa karya bersama lainnya. Pernah menjadi editor buku Ring of Beauty Nusa Tenggara Timur: Jejak Konservasi di Bumi Flobamorata (Dirjen KSDA, 2021); Konsep Isolasi Sosial dan Aplikasi Terapi : Manual Guide bagi Mahasiswa dan Perawat Klinis (Pusataka Saga, 2021); dan Perilaku Caring Perawat Berbasis Budaya Masyarakat NTT (Pustaka Saga, 2022). Pekerjaan utama saat ini sebagai pengajar di AKPER Maranatha Kupang-NTT sambil bergiat di beberapa komunitas dan organisasi. Penulis bisa dihubungi via e-mail: saverinussuhardin@gmail atau WA: 085239021436.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Perbedaan Pesawat Terbang vs Angkutan Umum Versi Boros

22 Agustus 2016   09:42 Diperbarui: 22 Agustus 2016   09:53 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesawat yang hendak landing di Bandara Internasioan Eltari Kupang-NTT

"Baiklah, saya jelaskan sekarang biar kamu tahu. Tapi janji, jangan sampai kamu sebarkan ke orang lain, karena ini masih rahasia. Belum banyak orang yang tahu".

"Iya, lu sonde percaya beta ko ?", saya berusaha atau pura-pura meyakinkan Boros.

Boros mendekati saya duduk di samping kiri. Mulutnya sejajar dengan kuping, jaraknya begitu dekat. Saya merasa sedikit geli merasakan hembusan nafas Boros di daun telinga. Meski begitu, saya berusaha tenang mendengar apa yang dibisikkan Boros.

"Bro, kalau angkutan umum itu bisa kita lihat rute perjalanannya tanpa perlu bertanya, dari mana dan mau ke mana, karena tertulis jelas di bagian muka. Misalnya, Nasipaf-Kupang P/P; Kupang-Atambua P/P; Ruteng-Lembor P/P, dll. Beda kalau pesawat terbang, di badan pesawat tidak ada tulisan rute perjalanannya. Kondisi itulah yang membuat kita selalu bertanya di petugas bandara, mana pesawat yang hendak ke Jakarta, dsb. Makanya, saat pesawat tadi mau mendarat, walaupun jarak kita melihat tidak terlalu jauh, kita tidak tahu itu pesawat datang dari mana".

Saya tercengang, tidak bisa berkomentar apa-apa. Saya hanya bisa mengambil ranting kering di hadapan kami, kemudian mematahkannya menjadi bagian yang kecil-kecil.

"Ingat, ini rahasia kita Bro", Boros kembali mengingatkan saya dengan mimik serius.

Saya mengangguk saja. Dalam benak saya berdoa, "Tuhan, segera kayakan si Boros. Jadikanlah dia sebagai salah satu pemilik maskapai penerbangan swasta di Indonesia, khusunya NTT. Dengan begitu, impiannya untuk menuliskan rute tetap di badan pesawat bisa terwujud, Amin".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun