Dulunya, saya tidak mengerti, kenapa orang memiliki kegemaran memanjat tebing. Saya melihat fenomena itu pertama di TV, lalu saat kuliah di Surabaya. Bahkan beberapa kampus besar di sana, menyediakan fasilitas latihan panjat tebing. Ada unit kegiatan mahasiswa (UKM) khusus yang mewadahi minat-bakat mahasiswa.
Saya berpikir, panjat tebing kan sangat bahaya. Kalau tidak konsentrasi, bisa jatuh dan tentu saja berakibat fatal. Lebih baik berdiam diri, atau carilah hobi yang lain. Masa dari sekian ratus hobi yang ada di muka bumi ini, tidak kamu pilih yang aman dan nyaman saja. Lagi pula, apa bisa menghasilkan uang dari sana (panjat tebing) ?
Begitulah 'sesat pikir' yang saya alami selama ini. Bukan tanpa alasan. Saya lahir dan dibesarkan di daerah yang memiliki banyak tebing, bukit, dan gunung. Setiap hari melihatnya, bahkan melintasi ke sana.
Saat mau ke pasar, mesti jalan kaki, jalannya masih berbatu dan ada bagian jalan yang menyerupai tebing. Hanya saja, memang tidak terlalu tinggi.
Saat mau mandi di sungai atau bedungan, kami juga mesti melewati jalan bertebing.
Saat menggembalakan ternak, kami juga sering melewati tebing. Kalau ternaknya hilang, kami bisa mencari hingga ke hutan, bukit, bahkan gunung.
Jadi, melewati tebing itu sudah biasa, meski sebenarnya itu sangat melelahkan. Kami sebisa mungkin untuk menghindari ke arena terjal tersebut. Sehingga sangat aneh bagi saya, kalau ada orang yang justru mencari tebing, lalu memanjatnya dengan susah payah serta penuh risiko.
Kemarin (15/7), saya coba-coba ikut ajakan dari komunitas pecinta panjat tebing NTT. Sebenarnya ada perasaan ragu dan enggan, tapi karena sudah diundang serta penasaran dengan sensasi panjat tebing, saya ikuti saja.
Banyak orang yang ikut bergabung. Penyelenggara utama kegiatan adalah komunitas pecinta panjat tebing yang bernama: Federasi Panjat Tebing Indonesia, NTT. Saya bergabung bersama teman-teman mahasiswa dan Dosen Stikes dan Akper Maranatha Kupang. Adalagi adek-adek dari SMK kelautan, dan lain-lain. Banyak orang, bahkan ada pula komunitas dari Jakarta.
Oh iya, biar Anda juga tahu, kegiatan yang kami ikuti ini masih dalam rangka memeriahkan perayaan HUT-RI yang ke-71. Tema kali ini adalah, "Indonesia Kerja Nyata". Nah, mungkin karena itulah, makanya kegiatan yang kami lakukan adalah panjang tebing bersama, pungut sampah di sapanjang lokasi wisata, memasang papan yang berisi ajakan "Bawa pulang sampah-mu", dan yang paling utama adalah mengibarkan Bendera Merah-Putih di puncak tertinggi Gunung Batu Fatuleu. Keren, kan ?