Saya cukup kaget saat menerima e-mail dari pengurus Kompasiana beberapa waktu lalu, yang isinya undangan untuk menghadiri acara Nangkring bareng BKKBN di Kota Kupang. Tidak menyangka saja, ternyata saya -Kompasianer yang keaktifan menulis dan berdiskusi sangat fluktuatif- masih dianggap oleh pengelola sehingga diberi kesempatan hadir dalam acara nangkring. Salut buat pengurus Kompasiana.
Sependek yang saya ikuti, kali ini merupakan acara nangkring kompasiana yang pertama dilaksanakan di Kota Kupang. Acara keren ini merupakan bagian dari rangkaian perayaan Hari Keluarga Nasional 2016. Kita (warga NTT) mestinya bersyukur, kegiatan berskala nasional bisa dipusatkan di ibu kota provinsi NTT. Momentun yang langka dan bersejarah ini tidak saya sia-siakan. Saya yakin, Kompasianer lain pun begitu. Apalagi temanya sangat menarik, dan tentu saja sangat bermanfaat, “Nikah Usia Ideal Raih Masa Depan Cemerlang”.
Bang Nurulloh yang memoderatori diskusi pada Rabu, 27 Juli 2016 lalu di Hotel Aston-Kupang itu, secara spontan menyebut acara bincang-bincang sore itu sebagai diskusi panas. Cukup beralasan, matahari yang mulai merendah, sinarnya menembus hingga panggung acara yang dihelat di lantai 18.
Guyonan Bang Nurulloh ada benarnya juga. Peserta yang hadir awalnya terlihat kaku dan canggung. Suasananya seperti membeku. Diskusi ‘panas’ itulah yang mencairkan suasana, sehingga semua bisa santai bahkan sesekali tertawa lepas, disela-sela mendengarkan informasi yang penting untuk diketahui, dilaksanakan, bila perlu disebarluaskan ke publik.
Walaupun dalam suasana santai, bukan berarti substansi diskusi menjadi kabur maknanya. Perlu diketahui, narasumber yang hadir merupakan pakar di bidangnya masing-masing. Pembicara sangat representatif, sehari-hari mereka mengurusi masalah kependudukan. Ada Bapak Surya Chandra Surapaty sebagai Kepala BKKBN; drg. Jefrri Jap sebagai Ketua STIKes CHMK Kupang; Ibu Johana Lisapaly, Asisten 1 Setda NTT yang mewakili gubernur, dan seorang anak muda bernama Rendy sebagai Duta GenRe (Generasi Berencana) Mahasiswa NTT.
Sepanjang acara dimulai, begitu banyak informasi yang didengar. Saya mesti jujur, semuanya penting dan tentu saja akan bermanfaat jika diikuti dengan baik. Saya belum bisa menceritakan secara detail. Tapi, intisarinya bisa saya ceritakan di sini.
Pak Surya, narasumber yang ditanyai pertama kali oleh Bang Nurul, memberikan nasehat-nasehat penting, khususnya bagi anak-anak muda. Anak muda Indonesia, mestinya menjadi generasi berencana. Rencanakan pendidikan apa yang akan ditempuh; rencanakan kerja di mana atau membuka lapangan pekerjaan apa; rencanakan kapan menikah; rencanakan kebutuhan masa depan; dan sebagainya.
Lebih lanjut Pak Surya menekankan, anak muda kalau menikah didasari rencana, bukan karena bencana. Menikahlah saat usia sudah ideal. Memang masih banyak perdebatan mengenai usia pernikahan di Indonesia. BKKBN menyarankan agar perempuan menikah di atas 20 tahun dan laki-laki di atas 25 tahun. Pada usia ideal tersebut, bisa dipastikan organ resproduksi sudah berfungsi dengan baik. Begitupula secara psikologis dan ekonomi, pasangan menikah bisa lebih siap dengan baik.
Selain nikah usia ideal, hal penting lain yang perlu diperhatikan adalah jumlah dan jarak kehamilan. Dua anak cukup, bahagia dan sejahtera. Jarak kehamilan anak pertama dan kedua minimal tahun. Usahakan tidak ada dua balita dalam satu keluarga (kecuali kalau kembar ya..).