Mohon tunggu...
Saverinus Suhardin
Saverinus Suhardin Mohon Tunggu... Perawat - Perawat penulis

Saverinus Suhardin. Seorang Perawat yang senang menulis. Sering menuangkan ide lewat tulisan lepas di berbagai media online termasuk blog pribadi “Sejuta Mimpi” (http://saverinussuhardin.blogspot.co.id/). Beberapa opini dan cerpennya pernah disiarkan lewat media lokal di Kupang-NTT, seperti Pos Kupang, Timor Express, Flores Pos dan Victory News. Buku kumpulan artikel kesehatan pertamanya berjudul “Pada Jalan Pagi yang Sehat, Terdapat Inspirasi yang Kuat”, diterbikan oleh Pustaka Saga pada tahun 2018. Selain itu, beberapa karya cerpennya dimuat dalam buku antologi: Jumpa Sesaat di Bandara (Rumah Imaji, 2018); Bingkai Dioroma Kehidupan: Aku, Kemarin dan Hal yang Dipaksa Datang (Hyui Publisher, 2018); Jangan Jual Intergritasmu (Loka Media, 2019); dan beberapa karya bersama lainnya. Pernah menjadi editor buku Ring of Beauty Nusa Tenggara Timur: Jejak Konservasi di Bumi Flobamorata (Dirjen KSDA, 2021); Konsep Isolasi Sosial dan Aplikasi Terapi : Manual Guide bagi Mahasiswa dan Perawat Klinis (Pusataka Saga, 2021); dan Perilaku Caring Perawat Berbasis Budaya Masyarakat NTT (Pustaka Saga, 2022). Pekerjaan utama saat ini sebagai pengajar di AKPER Maranatha Kupang-NTT sambil bergiat di beberapa komunitas dan organisasi. Penulis bisa dihubungi via e-mail: saverinussuhardin@gmail atau WA: 085239021436.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berterima Kasih Pada Sang Guru

15 Februari 2016   23:41 Diperbarui: 15 Februari 2016   23:44 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Yudisium Program Pendidikan Profesi Ners FKp Unair angkatan B16"][/caption]

Sejak pagi, langit Surabaya didominasi mendung. Sinar mentari yang biasanya garang, kini terhalang awan-awan hitam. Sekitar pukul 09.00, hujan pun turun dengan lebatnya. Air tergenang di mana-mana, membuat pengguna jalan cukup kerepotan melewatinya. Kondisi yang mengawali hari cukup runyam.

Meski alam kurang bersahabat, saya dan teman-teman angkatan B16 Fakultas Keperawatan Unair tetap bersemangat dan bergembira. Tidak peduli dengan hujan dan badai, kami tetap menerjangnya untuk bisa berkumpul di kampus. Pasalnya, pada hari ini kami mengikuti yudisium kelulusan dari program pendidikan profesi ners. Perasaan bercampur aduk. Bahagia karena telah melewati proses praktik profesi ners dengan baik; terharu dengan pencapaian atau prestasi yang telah diraih, apalagi pada akhir nama bisa ditambah gelar yang baru; sedih karena sebentar lagi akan berpisah dengan teman-teman seperjuangan; dan perasaan-perasaan lain yang sangat individual.

[caption caption="Suasana gembira menyambut yudisium"]

[/caption]Suasana yudisium kali ini agak terkesan lebih meriah karena dilaksanakan paska teman-teman berlibur ke kampung masing-masing. Sehingga, saat berjumpa kembali, banyak hal yang diceritakan. Apalagi semua lagi keranjingan untuk foto bersama. Riuh rendah terdengar dari ruang tempat berkumpul. Ditambah banyak teman yang membawa oleh-oleh dari daerah asalnya, membuat suasana semakin hiruk pikuk. Setiap orang hilir-mudik dari satu tempat ke tempat lain yang menyediakan camilan.

[caption caption="Angkat tongsis....!!!"]

[/caption]

Menafsir Senyuman Sang Guru

 Sebelum memasuki ruang yudisium, kami berkumpul di salah satu ruang khusus. Di sana kami diatur untuk duduk sesuai urutan absensi. Setelah semuanya siap, satu per satu kami diarahkan pindah ke ruang yudisium. Perasaan was-was berkecamuk. Apakah lulus dengan nilai yang pas-pasan saja, cukup, atau lebih cemelang ? Semua penasaran dengan hasil perjuangan selama kurang lebih setahun.

[caption caption="Foto bersama menyambut kebahagiaan yudisium..."]

[/caption]Di ruang Yudisium, sudah menunggu deretan Pimpinan Fakultas Feperawatan beserta staf Dosen. Melihat "sang guru" yang berjejer di sana, ada rasa bangga sekaligus terharu. Bangga memiliki Dosen seperti mereka. Kualifikasi pendidikan tidak diragukan lagi, semuanya lulusan terbaik dari institusi terbaik dalam dan luar negeri. Cara mengajar dan membimbing yang kreatif, tidak monoton, dan selalu ada hal yang baru, membuat kami sebagai mahasiswa/i terpacu untuk memperbaiki diri. Sekaligus mereka menjadi role model inspiratif dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang dipelajari dalam kelas. Kami juga terharu dengan dedikasi mereka yang luar biasa. Mereka selalu berusaha memberikan yang terbaik kepada mahasiswa/i. Tampaknya sangat tulus. Hampir tidak terdengar mereka mengeluh meskipun tingkah laku kami kadang tidak sesuai, bahkan menjengkelkan.

[caption caption="Narsis bersama Si Mikha, anak gadis dari peserta yang ikut yudisium..."]

[/caption]Saya, entah teman yang lain, memperhatikan wajah mereka satu per satu. Ada senyuman penuh makna di sana. Entah apa yang mereka pikirkan. Tapi, saya bisa membayangkan, senyuman itu sebagai pertanda rasa bangga mereka terhadap kami. "Sang guru" tentunya merasa senang, anak-anak didikan mereka telah siap diutus/disebarkan ke tempat-tempat yang membutuhkan. Kesuksesan yang kami raih, adahah kesuksesan sang guru juga.

Pesan Sang Guru

Sementara pikiran saya melayang ke mana-mana, suara Dekan FKp Unair -Prof. Dr. Nursalam, M. Nurs- yang memberikan sambutan, memaksa saya kembali fokus. Beliau menyapa semua yang hadir dan mengucapkan proficiat buat kami mahasiswa sejumlah 68 orang yang dinyatakan lulus sebagai ners baru. Gegap gempita tepuk tangan memenuhi seisi ruangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun