Dinner di Mbok Ginuk. Setelah mengahbiskan menu utama, kuminta secangkir kopi hitam. Sekedar untuk membunuh waktu sambil membaca koran.
Jawa Pos hari minggu cukup spesial. Saya suka membaca 'Ruang Putih', 'Buku', dan 'Senggang'. Itu beberapa rubrik khusus yang tidak kita temukan pada hari Senin hingga Sabtu.
Di rubrik senggang, saya temukan ramalan bintang. Oh, menarik juga untuk dibaca. Saya ingin tahu, kira-kira seperti apa perjalanan hidup seminggu yang akan datang.
Saya cari bintang sesuai tanggal lahir, 22 April. Karena tidak terbiasa, cukup lama saya meneliti satu per satu. Ternyata, saya tergolong dalam bintang taurus. Lambangnya seperti banteng atau sapi yang sedang melompat, jingkrak-jingkrak. Entalah, adakah makna dari lambang tersebut ?
Dan, inilah ramalan bintang Taurus minggu ini:
Jangan berpikir pesimis, hari esok siapa yang tahu. Kalau pekerjaan membuat pikiran jenuh atau bosan, lakukan inovasi. Jika Anda mengeluh saja, tidak akan menyelesaikan masalah. Kesehatan jaga stamina, mudah sakit. Keuangan ada rejeki di pertengahan minggu. Asmara tetap mantap. Hari baik Kamis. Angka bahagia 3-2.
***
Sepintas ramalan di atas tidak begitu buruk. Tapi, benarkan akan terjadi seperti itu ? Akankah Tuhan mempunyai kehendak yang sama ?
Khotbah pastor di Gereja hari ini, pada intinya mengajarkan bahwa, kehendak Tuhan tidak sama dengan kehendak manusia. Kita boleh merencanakan ini - itu, mau mendapatkan yang di sana dan di sini, tetap saja, kalau Tuhan tidak mengijikan atau berkehendak, nihil akan terjadi.
Dalam kisah Injil hari ini, saat pemimpin rumah ibadat -dengan penuh keyakinan-, meminta Yesus untuk menyembuhkan anaknya, kerabatnya malah mengisaratkan untuk membatalkan karena sudah meninggal.
Mendengar komentar orang-orang tersebut, Yesus tetap meneguhkan kepercayaan pemimpin rumah ibadat tadi dengan mengatakan: "Jangan takut, percaya saja !". Karena ada raya percaya, bangkitlah anak tadi hanya dengan menyebut, "Talita kum".
Kisah tersebut, menunjukkan pentingnya meminta dan yakin. Kita meminta apa yang kita inginkan dari Tuhan, kemudian meyakini dengan sungguh. Perkara kapan itu terkabul, bukan urusan kita. Ada saatnya Tuhan berkehendak, dan itulah waktu yang paling tepat. Syukuri saja apa adanya.