Mohon tunggu...
Suhandi Hasan
Suhandi Hasan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Achiver

Ambonese (de yure), Celebes (de facto)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ayah, Bunda Terapakan 4 M Agar Anak Anda Terhindar dari "Penyakit" Media Sosial

16 Agustus 2017   02:46 Diperbarui: 16 Agustus 2017   03:33 1296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://blog.sukawu.com/wp-content/uploads/2016/06/Dampak-dan-Manfaat-Media-Sosial-Bagi-Anak.jpg

Perkembangan dunia teknologi yang semakin pesat telah menciptakan fenomena baru pada masyarakat Indoensia yaitu kencenderungan berinterkasi di dunia maya melaui media sosial -yang mampu menjangaku begitu laus dengan kecepatan tinggi serta fleksibel, ketimbang berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Tak bisa dipungkiri, masyarakat Indonesia lebih senang berinterkasi di medsos. Hasil kajian beberapa LSM menunjukan bahwa masyarakat Indoensia adalah yang paling aktif berkomentar di medsos, belum lagi dengan kegermaran menguggah foto di akun pribadi seperti instagram dan facebook yang menjadikan ineteraksi dunia maya kian hari kian ngetren.

Ber-medsos pada umumnya "mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat" sebab jamak didapati saat nongkrong atau ngopi bareng, sosial media lebih sering diperhatikan daripadamengobrol. Bahkan jika mengobrol-pun dilakukan sambil melihat gadget dan terkadang obrolan menjadi tak semenarik obralan chat di medsos.

Fenomena semacam ini, kian menegaskan eksistensi sosial media telah bergeser dari (hanya) sekedar gaya hidup kini menjadi sebuah kebutuhan. Hal ini tentu saja menimbulkan "penyakit" sosial media bagi masyarakat Indonesia pada umumnya, termasuk keluarga. Apalagi jika penyakit tersebut sampai  masuk dalam kehidupan anak-anak sekaligus ayah dan ibu akibatnya dapat menimblkan komplikasi diantaranya;

Menghilangkan quality-time

Fakta yang tak dapat disanggahdi dunia ini ialah jika waktu yang telah berlalu takkan pernah kemabali (lagi). Banyak orang tua yang terlampau sibuk dengan urusan kerjaan sampai-sampai kehilangan kesempatan berharga untuk mengahbiskan waktu yang berkualitas dengan keluarga. Lebih buruk lagi, jika kesempatan itu ada namun dihabiskan untuk main bermain gadget dan ber-medsos yang pada akhirnya quality-time bersama keluarga jadi hilang.  

Menyebabkan Ketagihan

Keseringan bersosmed sedikit banyak membuat dunia nyata diabaikan dan waktu cenderung dihabiskan di dunia maya. Hal ini jika dibiarkan dapat membuat kita menjadi kecanduan  akibatnya jika sehari tidak ber-sosial-media serasa ada yang kurang dalam hidup. Meski itu  sehari. Terutama bagi generasi millennial -generasi yang lahir pada kisaran tahun 1980-an sampai 1990-an (berusia antara 17 tahun sampai 34 tahun), yang lahir dan tumbuh di tengah kemanjuan teknlogi yang sedimikan canggih. Potensi kecanduan sosmed menjadi lebih besar.     

Menciptakan generasi menunduk

Seringkali keasikan bermain gadget atau ber-sosial media membuat penggunanya mengabaikan orang yang di depannya dan cenderung "nunduk". Sehingga akan sangat sulit mengajak ngobrol orang yang sedang asik mengutak-atik gadget. Hal ini tentu saja membuat lawan bicaranya merasa tidak dihargai. Apalagi jika yang terjadi ialah orang tua yang berbicara dengan anaknya yang sedang asik main gadget atau bersosial media.

Cara menghindari penayakit sosial media

Namun, tak perlu khawatir. Penyakit di atas dapat dicegah, bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati. Caranya ialah dengan menerapkan 4 M yang di kutip dari laman Republika.co.id pada tanggal 15 Juni 2017 dengan judul "Mencegah Dampak Negatif Media Sosial pada Anak"

Pertama, menanamkan pendidikan agama yang baik sekaligus memberikan contoh penerapan ajaran agama tersebut. Para orangtua harus memberikan contoh terbaik dari penerapan ajaran agama, sebab anak-anak lebih mudah mencontoh tindakan yang baik ketimbang wejangan yang panjang lebar. Jadi,

Kedua, mengurangi kesibukan di luar rumah bagi para orang tua, dan lebih mengintensifkan komunikasi di dalam keluarga, khususnya dengan anak-anak. Sebab anak-anak lebih membutuhkan kehadiran orang tua secara fisik seperti memeluk atau membelai

Ketiga, meminimalisasi penggunaan gadget oleh anak-anak, jangan berikan ponsel pada anak. Kalau mereka sudah berusia remaja, mungkin bisa dipertimbangkan penggunaannya dengan aturan-aturan yang moderat. Namun jika anak masih duduk di bangku TK atau SD, pertimbangkan lagi untuk memberikan ponsel dengan alasan apapun.

Keempat, memperkenalkan pada anak bahaya internet maupun media sosial yang diakses secara berlebihan. Intinya, orang tua mempunyai peran yang sangat luar biasa dalam mendidik anak-anak di rumah. Saat di sekolah, anak-anak menjadi tanggung jawab para gurunya. Namun di luar sekolah, di manapun anak-anak itu berada dalah tanggung jawab para orang tua sehingga peran keluarga dalam pendidikan anak haruslah diperkuat mulai saat ini. Karena itu memastikan mereka aman dari berbagai gangguan atau potensi gangguan, juga menjadi tanggung jawab orang tua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun