Mohon tunggu...
Suhandayana Day
Suhandayana Day Mohon Tunggu... profesional -

PeGiat EDUMEDIART [ Edukasi, Media, Art ] antar institusi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyoal Ucapan Apa Kepada Apa

25 Desember 2011   08:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:47 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Aktual, tapi carut-marut:  'siapa mengucapkan selamat kepada siapa'. Yang jarang disimak: 'ucapan apa kepada apa'.  Di balik kedua kata 'apa' kurang mendapat perhatian dibanding aksi 'siapa menerima ucapan dari siapa'. Sepele memang, mengapa hal ucapan selamat secara lisan ataupun tertulis dipersoalkan?

Lepas dari prentesi tendensius, saling mengucapkan selamat sudah menjadi konsumsi publik sejak dahulu kala. Pihak manapun biasa menerima dan menanggapi secara subyektif emosional atas produk sosial-budaya: seremonial, attentions. Dalam rangka apapun jargon-retail ini jadi luwes-gandhes, segar bila dilancarkan dalam suasana hangat. Siapa saja boleh melakukan, kopi-paste atau sedikit dikemas dengan media pengingat dan ornamen kado menyenangkan.

Umumnya, pengguna jargon ini sudah tau kontek materi atau perihal yang diucapkan, sudah maklum dan sesuai momentum penting atau peringatan sebuah peristiwa. Di saat mendengar teman mencapai kesuksesan di bidang pekerjaan, kita mengucapkan: "Selamat dan Sukses, Bung!" Pernikahan putra saudara dipenuhi kata-helat: "Semoga bahagia sampai hari tua." Penulis boleh sejenak lega, karena: "Selamat ya ... artikel kamu HL."

Atau, manakala  memperingati hari jadi atau kelahiran, sayangnya, memilih idiom: "Selamat ulang tahun," padahal satuan tahun (masehi, misalnya) tak pernah dialami ulang, melainkan tanggal, hari, pasaran, dan bulan. Sekedar menyisip, kejadian atau kelahiran yang jatuh pada tanggal 29 Februari baru akan berulang empat tahun sekali menurut perhitungan tahun kabisat.

Jika mau menggali agak dalam, kata kunci 'apa', baik tentang yang diucapkan maupun konsepsi 'apa' yang bersemayam di benak atau perasaan si penerima, ada esensi yang menggugat kesadaran. Membahas esensi 'apa' itu 'selamat', akan terkendala jika tak sampai menemui wujud selamat itu sendiri (hakekat). Saya hanya berharap sedikit saja menyimak wujud substansi dasar dari makna selamat, yakni 'bebas dari kungkungan yang menyiksa dan menyakitkan' bagi lahir-batin manusia. Piranti etik, pranatan, perundang-undangan, dan kesepakatan sudah sering dirujuk manusia agar dapat berikhtiar mewujudkan keselamatan. Selamat = bebas = merdeka = tidak di(ter)jajah. Namun, sampai hari ini rupanya, keadilan dan perdamaian belum berpihak penuh kepada manusia yang 'tidak cukup alasan atau memenuhi syarat dan rukun untuk dikenai sanksi'.

Ya, selamat sekaligus menyelamatkan, dipahami sebagai tindakan kecerdasan manusia yang akan menuai manfaat besar dalam silaturahmi. Karena itu, patut kiranya antar sahabat, saudara, famili, dan kenalan selalu berjibaku saling selamat-menyelamatkan, bahu-membahu, tolong-menolong hingga dirasakan buah kedamaian bagi seisi ruang semesta. Paling tidak, suka menempuh musyawarah di hadapan pemimpin bijak, selalu membekal ilmu-amaliah dan amal-alamiah, siaga mengarungi hidup dan kehidupan, hingga berkiprah memperjuangkan prestasi bersama (umat). Berbagi salam, yang ternyata setelah dicicip, berasa nikmat. Ucapkan 'apa' saja yang sudah bisa kita enyam.

Sebaliknya, jika tidak berawal dari nilai hakiki, maka produk budaya (informasi) berupa idiom atensi itu hanya sekedar ad-lib, lamise lathi, abang-abang lambe, basa-basi. Renungku, mengapa mau memberi atau terima 'topeng manis' dari ucapan: " ... selamat hari jadi ... selamat menempuh hidup baru ... selamat  malam ... selamat tahun baru ... !?"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun