Mohon tunggu...
Suhandayana Day
Suhandayana Day Mohon Tunggu... profesional -

PeGiat EDUMEDIART [ Edukasi, Media, Art ] antar institusi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kopipaste Nasib Tani

27 Desember 2011   01:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:43 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

kusruput secangkir kopi panas beberapa menit tadi. hmm ... nikmat serasa lemaskan kekakuan otot kaki. sayang, aroma bercampur hawa gelisah pergolakan kaum palawija, teh, kopi, cengkeh, tembakau tersedu risau sejak bertahun-tahun lampau. suara petani, buruh, perajin hasil kebun dan ikan kian menghitam kecoklatan: kenapa produsen negeri seberang gemar merecoki tata niaga kami? siapa mengundang mereka duduk di teras ladang dan huma ini?

kusulut batang rokok klobot tersalut ampas kopi. kunyahan singkong rebus menjelma getuk lindri. kelebat bini memetik terong, petai, cabe, bahan ragi sekedar menyaji menu sarapan pagi. anak-anak terlambat bangun di musim liburan sesekali, paling-paling hanya bisa melancong di pematang desa bukit tinggi

berita koran, radio, televisi masih kedengaran aneh. beras, kedelai, madu ajeg dipasok luar negeri. unsur hara tanah di sini tidakkah bertahan setia, kudengar sekelompok penghulu botani enggan menyemai bibit atau sebarkan pupuk olahan beta

wahai petani, nelayan, dan perajin, siapakah wakil rakyat kita di istana? sudahkah punya jejaring massa terpilin-ikat semangat bela sepanjang katulistiwa, dari tanah rencong di timur hingga puncak soekarno di barat? sambil minum kopi tubruk buatan perhutani, mengasam cengkeh kendari, menghisap kretek tembakau lintingan demak atau kediri, menyuling teh cap pasundan kota hujan, kita ingat saja lagi, kenapa memilih mereka jadi wali? sementara, boleh dijawab dengan kerja rodi, berteman matahari, menanam, menyiangi, merawat bumi. agar saat panen nanti tak sampai terlalu kecewakan rombongan bapak bupati

tak usah ikutan menyusul teman nimbrung kongkow di kantor mantri. tak perlu mengelus nadi lipatan rupiah tinggal beberapa lembar terselip di celana atau peci. sama saja juntrungnya, kopipaste nasib tani dikebiri ulah bangsa sendiri. tapi kalau berani, lihatlah perangai teman kita di pulau garam, menancap baleho bernada geram: selain tretan dilarang bertanam tembakau di karang trunajaya. entah, drama kasat apalagi meretas bumi madura.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun