Kemenag Nagan Raya. Rabu 28/12/2022. Perlombaan yang mempernontonkan keuletan dan kekompakan dari pasangan suami istri membuat suasana menjadi hiruk pikuk disaat para suami mengayunkan parang dan para istri menanti duduk diatas tempat yang mempunyai mata yang akan mengerok isi apabila dialurkan berulang ulang diatasnya.
Aksi unik dan nyetrik terlihat pada perlombaan puliek ue dan kruet ue, yaitu antraksi dari kaum suami mengupas kelapa (ue) hingga tidak tersisa kulit dan diserahkan kepada para istri yang menanti diatas kuda parutan dibawakan oleh oleh kepala yang sudah botak, lomba ini dilaksanakan sebagai salah satu dari kegiatan menyambut Hari Amak Bhakti ke 77 Kementerian Agama RI.
Baju tradisional yang sederhana juga menghiasi para peserta dari kain sarung, ijak sawak, dan topi tua dipakai oleh suami istri, pemandangan penuh pesona ini membuat hampir ratusan pasang mata melirik dan ajang selfi antar sesama dan pendukung untuk mengabadikan moment yang jarang terjadi, kegiatan lomba difakuskan pada satu titik yang berada dihalaman samping kantor kemenag Kan Nagan Raya tepatnya pada lapangan volly.
Panitia lomba pulik & Kruet Ue Risnan ,mengatakan lomba ini mengusung tema kekompakan dan kerja sama dalam rumah tangga untuk menggapai cita cita luhur yaitu kesuksesan dan kurukunan.
" Lomba pulik (kupas) ue (kepala) yang dilalukan oleh para suami, selesai melaksanakan tugasnya sebagai kepala rumah tangga lalu menyerahkannya kepada istri dalam bentuk kelapa yang sudah dibelah selanjutnya tanggung jawab diserahkan kepada istri untuk kruet (mengukur ) ue yang telah siserahkan oleh para kekasih halalnya,"
Lanjutnya "ini membuktikan bahwa dalam mencapai kesuksesan berumah tangga harus adanya saling membantu antara istri dan suami, tidak akan mencapai tujuan yang dicapai apabila hanya salah satu yang menonjol sedangkan yang satu lagi tidak memberikan motivasi dan dukungan'"
Dalam kesempatan tersebut juga dituturkan bahwa kegiatan x ini juga mengusung tema kesederhanaan dari budaya leluhur kita yang berprofesi sebagai petani.
" Pakaian yang dipakai juga mengambarkan kesederhanaan dari kain sarung, ijak sawak, kupiah, luwe cuet , dan baju oblong adalah sebagai pengingat kepada para pendahulu kita bahwa baju yang saat ini kita dipakai dengan indah dan rapinya adalah hasil dari kerja keras pendahulu kita yang berjuang dan hidup dengan sederhanaan untuk menciptakan penerus generasinya yang sanggup menggantikan pakaian sederhana dengan jas dengan tidak menghilangkan semangat juang dan kegigihan untuk kemakmuran generasi selanjutnya." tuturnya
Salah satu peserta juga ikut memberikan tanggapannya dengan mengatakan bahwa kegiatan ini sangat memberikan motivasi agar suami istri harus kompak dalam segala hal.
"Dukungan istri membuat suami semakin semangat dalam menggerakkan parang untuk mengupas sabut kelapa hingga tuntas, agar dapat diserahkan segera kepada istri yang akan melaksanakan tugasnya sebagai pengukur kelapa dan menyelesaikan dengan tepat waktu, hal ini sangat membutuhkan perjuangan dan kelincahan dalam menggerakkan tangan ditambah dengan sedikit goyangan badan,"