.
Semua menganggap asing, menjauh, menghindar, tak ada yang mau berkawan. Siapa juga yang mau berteman dengannya? Keras kepala, sudah salah malah marah-marah. Enggak punya otak.
Muka ditekuk, marah sudah jadi hiasan muka. Bertindak semaunya. Bilangnya, "Mau sukses dalam versinya sendiri." Sukses mengkhayal. Tak mau keluar dari zona nyaman yang selalu sering disalahartikan.
Terlalu tekstual, pergi dari satu tempat ke tempat lain, sedangkan pola pikir, cara bertindak, sama saja. Enggak punya malu.
Pindah dari aktifitas yang itu itu saja pun, tak mau.
Zona nyaman; aktifitas dan tempat. Merajut rutinitas di atas rutinitas biasa adalah bukan hal biasa yang bisa dilakukan makhluk yang bertipe rata-rata kebanyakan. Pindah tempat pun takkan menjadikan apa pun, jika jiwa rebah sudah begitu mengerak, selalu menciptakan zona nyaman di mana pun, kapan pun, tidur di waktu-waktu terlarang, selalu marah ketika salah. Memasang wajah ketus serius pada seluruh pembenaran atas setiap kekeliruan.
Menyalahkan keadaan, menganggap semuanya benci, tak bisa, tak mau mengerti dirinya, setiap ada dua orang, tiga orang atau berapa pun yang mengobrol, selalu dianggap membicarakannya, rasa percaya diri yang terlampau melampaui sampah yang penuh belatung, terbang tak mampu, renang pun busuk, kasihan.
Banyak yang kasihan, iba dan ragamnya. Tetap saja, makhluk antah berantah selalu terdampar di mana pun, niat tulus baik yang lain selalu disalah artikan sebagai cacian, ujaran kebencian, cover cukup bagus, dalamnya kerak tai.
Sesisa-sisanya sisa, harusnya tak jadi sia-sia.